Mat 10:16 mengatakan: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”
Ayat ini tidak bermaksud agar kita meniru setan. Sebab ‘cerdik/ bijaksana seperti ular dan tulus seperti merpati’ (be wise as serpents and innocent as doves) merupakan sebuah peribahasa, yang mengacu kepada sifat- sifat positif yang dapat disimbolkan oleh kedua binatang tersebut.
Menurut keterangan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, Dom Orchard, ed., maksud ayat ini adalah:
Cerdik (wise= bijaksana) seperti ular dan tulus seperti merpati… adalah peribahasa dan anjuran agar kita berhati- hati, dan dengan tenang dan bijaksana, namun tidak membahayakan, polos, dan tulus di dalam bertindak dan berhubungan dengan orang lain. Dengan kata lain, sederhana apa adanya, tak berbahaya, terus terang, tulus dan tanpa kelicikan. … di tengah- tengah serigala. Meskipun Kristus mengutus para murid-Nya tidak hanya ke tengah- tengah serigala, tetapi bahkan di tengah- tengah serigala, tetap Ia memerintahkan agar mereka bertindak dengan kelembutan seperti domba dan kesederhanaan seperti merpati. Dengan demikian Ia memperlihatkan dengan jelas kebesaran kuasa-Nya, dengan mengalahkan serigala dengan domba yang terus menerus terancam dimangsa dan dicabik- cabik oleh mereka [serigala-serigala itu], …. untuk mengubah kodrat serigala yang buas, di dalam kelembutan dan kepolosan (innocence). Asalkan kita mempertahankan kodrat sebagai domba, kita akan dengan mudah mengatasi para penentang kita; tetapi jika kita berubah menjadi serigala, maka kita menjadi cemoohan dari para musuh kita…. Penyelamat kita, di dalam kebijaksanaan-Nya yang sempurna, mengetahui dengan sungguh kodrat segalanya; nafsu bukan untuk dikalahkan dengan nafsu, tetapi hanya dengan kelemahlembutan. Oleh karena itu, inilah yang dilakukan oleh para Rasul, ketika orang- orang Yahudi itu menegur mereka dengan berkata, Tidakkah sudah kita perintahkan kepadamu berkali- kali agar tidak mengajar di dalam nama ini [nama Yesus]? (lih. Kis 4). Meskipun para Rasul mempunyai kuasa untuk melakukan mukjizat- mukjizat yang besar, namun mereka tidak berlaku kasar, tidak ekstrim, baik di dalam perkataan maupun perbuatan. Dengan kesederhanaan mereka menjawab, Silakan kamu putuskan sendiri, manakah yang benar di hadapan Tuhan: taat kepadamu atau taat kepada Allah. Dan pada saat yang sama, mereka menujukkan kebijaksanaan mereka dengan berkata, Kami tidak mungkin untuk tidak berkata- kata tentang apa yang telah kami dengar dan kami lihat. (St. Yohanes Krisostomus, hom. xxxiv.)
Sebagai domba…. Ia [Kristus] membandingkan mereka dengan domba, tidak saja karena kepolosan mereka, tetapi juga karena mereka diutus tanpa senjata dan berkekurangan dari semua dukungan manusia -dalam hal makanan, pakaian dan tempat tinggal…. Bijaksana… Agar kamu dapat berhati- hati terhadap jebakan para musuhmu. Kebijaksanaan ular di sini dipuji, karena ketika ia tidak dapat melarikan diri [dari jebakan musuhnya], ular itu akan setidak- tidaknya mempertahankan kepalanya bebas dari kesakitan, sementara merelakan sisa tubuhnya menderita. Oleh karena itu, para murid Kristus, yang mempunyai Kristus sebagai kepala mereka, harus mempertahankan iman mereka, meskipun kehilangan apapun yang lain.”
Maka memang di sini Yesus ingin mengambil sifat positif dari ular dan merpati yaitu kebijaksanan/ kecerdikan dan ketulusan, dan mengajarkan sifat- sifat tersebut kepada para murid-Nya untuk mewartakan Kabar Gembira. Dunia mungkin tidak menerima kita, atau bahkan menyerang kita sebagaimana serigala menyerang domba- domba, namun dengan mengandalkan kuasa Tuhan, maka kebijaksanaan dalam tutur kata maupun tingkah laku, ketulusan dan kelemahlembutan kita akan menang dan mengatasi keberingasan mereka yang melawan kita.
http://katolisitas.org/7572/mat-1016-secerdik-ular-setulus-merpati