Memang sulit memahami Alkitab jika paradigma berpikir kita sudah dibatasi oleh doktrin agama yang kita miliki, sehingga ketika membaca suatu ayat, kita cenderung untuk melihat "cela' atau "kelemahan" dalam kalimat tersebut, dan bukan mencoba memahami arti kalimat tersebut dengan meletakkan sesuai konteksnya.
Kembali ke ayat di atas, Yesus tidak mengajarkan kita untuk membenci keluarga kita, apalagi membenci orangtua kita. Bagaimana mungkin Yesus mengajarkan kita untuk membenci orangtua kita sementara salah satu perintah dalam Sepuluh Firman adalah "Hormatilah orangtuamu."
Makna ayat di atas adalah: kalau kamu mengasihi orangtuamu, saudaramu, anak-anakmu, atau siapapun melebihi kamu mengasihi Aku, maka kamu tidak layak menjadi muridKu. Kalau orangtuamu, saudara2mu, atau bahkan anak-anakmu menghalangi kamu untuk mengasihi Aku maka kamu harus memilih lebih mengasihi Aku, jika tidak demikian maka kamu tidak layak bagiKu. Mengasihi Aku haruslah total, melebihi kasihmu terhadap orangtuamu, anak-anakmu atau saudara2mu.
Apakah ini bermakna kita harus membenci mereka - bahkan seandainya mereka menghalangi kita untuk mengasihi Yesus? Tentu saja tidak demikian. Kita tetap harus mengasihi mereka. Yesus menggunakan kata "membenci" sebagai penegasan/penekanan makna. Ini yang dinamakan sebagai gaya bahasa (entah istilahnya metafora, hiperbola, atau apa...). Dan Yesus cukup sering menggunakan gaya bahasa demikian, termasuk ketika memberi perintah "cungkillah matamu, daripada seluruh tubuhmu dibuang ke neraka", dan banyak contoh lainnya.
ok lah kalau begitu tafsirnya mas,
berarti kalimat dlm tafsir lebih masuk dari kalimat sebenarnya dari ayatnya mas
kalau kamu mengasihi orangtuamu, saudaramu, anak-anakmu, atau siapapun melebihi kamu mengasihi Aku, maka kamu tidak layak menjadi muridKu
saya setuju dengan kalimat tafsir tsb