Damai sejahtera menyertai FIKers sekalian.
Jika demikian adanya,
Jika melihat kepada sejarah munculnya protestanisme, sola scriptura sebagai pilihan yang paling masuk akal pada waktu itu, ketika (sebagian) masyarakat tidak lagi bisa percaya terhadap tradisi dan magisterium. Ingat lho, saya bicara mengenai psikologi massa pada waktu itu, dimana sebagian orang mulai kehilangan kepercayaan terhadap Gereja, tetapi masih bisa menaruh keyakinan 100% terhadap Kitab Suci.
Namun pada perkembangan berikutnya, sola scripturanya masih dipegang (yaitu keyakinan bahwa Alkitab adalah satu2nya Firman Allah yang infalible), namun interpretasi terhadap sola scriptura jelas berkembang, sehingga pada akhirnya ada berbagai variasi pemahaman terhadap sola scriptura maupun variasi pemahaman terhadap teks Kitab Suci).
Apakah bisa diartikan bahwa
sola scriptura yang sekarang ini sudah tidak sama dengan yang mula-mula, dimana sudah terjadi perubahan interpretasi seiring dengan berkembangnya zaman?
Jika itu benar, maka dimungkinkan penyebutan
"Sola Scriptura" oleh seseorang, berbeda makna atau definisi dari sebutan oleh orang lain. Demikiankah? Jika ada varian-varian pemaknaan oleh setiap orang, pertanyaannya, siapa yang paling berotoritas menentukan, definisi bakunya? Bila pendefinisian
sola scriptura oleh para penganutnya saja belum sama, bagaimana pula 'memperkenalkan'
sola scriptura itu kepada pihak yang tidak menganutnya?
Kondisi seperti itu, sangat cenderung akan membawa kepada diskusi tidak berujung. Definisi tertentu atas
sola scripturabagi yang seorang sudah final, bagi yang seorang lain juga sudah final, meskipun definisi pada kedua orang itu tidak sama. Masing-masing pihak merasa bahwa pendefinisian olehnyalah yang paling kompeten.
Keburukannya, para partisipan diskusi ini sudah
urun rembug, akhirnya sadar, diskusi hanya membuang waktu. Sebab, masing-masing partisipan
telah mematok definisi yang berterima di benaknya, sehingga tidak akan menerima definisi apapun yang akan dikemukakan pihak lain. Entah logis ato tidak, entah argumentatif ato tidak, entah berdasar ke Alkitab ato tidak, di benak partisipan trit sudah terpatok,
hanya pendefinisian olehku dan kelompokku yang benar. Meskipun, setelah di-
challenge, sebenarnya pendefinisian olehnya dan kelompoknya sduah berantakan. Tetapi, entah karena apa (kemungkinan hanya karena ego), sungkan mengakui pemaparan pihak lain.
Dalam kondisi diskusi sepeti itu, saya usulkan agar partisipan diskusi lebih dahuku mengambil jarak dari diskusi, membaca ulang dari halaman awal. Semoga dengan begitu akan memberikan pengertian yang pas. Bila nyata-nyata tidak dapat menerima pendefinisian ato berbagai isi
posting-an partisipan lain, dan juga tidak memiliki dasar yang kuat untuk mempetahankan pemaknaannya sendiri, menurut saya,
sudah sampai pada waktu untuk menghentikan diskusi dengan topik ini.Damai Tuhan Jesus Kristus menyertai FIKers sekalian.
Damai, damai, damai.