Author Topic: Dibenarkan karena Iman  (Read 6248 times)

0 Members and 7 Guests are viewing this topic.

Offline St Yopi

  • Non Nobis Domine, Non Nobis, Sed Nomini Tuo Da Gloriam
  • FIK council
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 797
  • Reputation Power:
  • St Yopi
    • styopi.blogspot.com
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #45 on: September 25, 2012, 09:07:21 AM »
14:15 Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." 14:16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. 14:17 Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. 14:18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. 14:19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. 14:20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. 14:21 Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. 14:22 Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. 14:23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. 14:24 Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."

Tidak ada seorangpun yg diundang akan menikmati jamuan. Siapa yg menikmati jamuan? Mereka yg ditarik Bapa (ayat 21 & 23).

Ditarik tidak sama dengan diundang.


Salam
Ada yang ditawarkan/diundang

Ada yang ditarik/dipaksa

Itulah keselamatan dalam Alkitab!

Barangsiapa menang maka akan masuk Surga, karena akan dihakimi menurut perbuatan masing-masing!

Amin?
Inter Esse Et Non Esse

Cogito Ergo Sum

Tuus Totus Ego Sum, Et Omnia Mea Tua Sunt

Extra Ecclesiam Nulla Salus

In Hoc Signo Vinces

With love,

your Yopi

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #46 on: September 25, 2012, 10:43:19 AM »
Saya kutip lagi di sini ya:
Instead, faith is God's work in us, that changes us and gives new birth from God. (John 1:13). It kills the Old Adam and makes us completely different people.

It changes our hearts, our spirits, our thoughts and all our powers. It brings the Holy Spirit with it. Yes, it is a living, creative, active and powerful thing, this faith. Faith cannot help doing good works constantly. It doesn't stop to ask if good works ought to be done, but before anyone asks, it already has done them and continues to do them without ceasing.  Anyone who does not do good works in this manner is an unbeliever. ...

Faith is a living, bold trust in God's grace, so certain of God's favor that it would risk death a thousand times trusting in it. Such confidence and knowledge of God's grace makes you happy,       joyful and bold in your relationship to God and all creatures. The Holy Spirit makes this happen through faith. Because of it, you freely, willingly and joyfully do good to everyone, serve everyone, suffer all kinds of things, love and praise the God who has shown you such grace.

Thus, it is just as impossible to separate faith and works as it is to separate heat and light from fire!

Pertanyaan bro onde: apakah orang dengan perbuatan yg tidak baik adalah orang tidak beriman? atau beriman palsu/kosong/mati?

Yg saya tangkap dari tulisan Luther itu, orang yang tidak beriman adalah "anyone who does not do good works in this manner" Saya lihat di situ penekanannya adalah "in this manner". Apa yang dimaksud dng "in this manner"? Dapat kita lijat di beberapa kalimat sebelumnya: "Faith cannot help doing good works constantly. It doesn't stop to ask if good works ought to be done, but before anyone asks, it already has done them and continues to do them without ceasing."

Jadi, perbuatan baik orang beriman adalah perbuatan yang bersumber dari imannya. Perbuatan baik orang beriman adalah "wajah" dari imannya.

Jadi, perbuatan baik adalah perbuatan yang merupakan ekspresi dari iman. Perbuatan yang tidak baik adalah perbuatan yang bukan ekspresi dari iman. JAdi, orang

yang melakukan perbuatan tidak baik adalah orang yang mengekspresikan yang-bukan-iman. Apakah orang tsb punya iman? Ya, bisa punya, bisa tidak. Orang yang punya iman toh juga bisa melakukan perbuatan yang bukan ekspresi imannya (perbuatan tidak baik). Sementara, orang yang tidak punya iman berarti tidak mungkin melakukan perbuatan baik.
ok bro, thx..

luther mengatakan: "Faith cannot help doing good works constantly"
lalu disisi lain luther juga berkata: "Thus, it is just as impossible to separate faith and works as it is to separate heat and light from fire! "

seperti yang bro simpulkan bahwa:
orang beriman itu bisa berbuat baik, juga bisa berbuat tidak baik. namun perbuatan baik pastilah keluar dari iman.

luther: "iman tidak dapat menjamin seseorang selalu berbuat baik, namun perbuatan baik itu pastilah keluar dari iman."

rada aneh memang manakala orang beriman masih bisa berbuat tidak baik.. :) orang beriman punya kebaikan dan keburukan.

well....
jika kita kaitkan dengan roma 3:28 bahwa manusia dibenarkan karena (hanya: by luther)iman: (SOLAFIDE), maka orang beriman yang berbuat tidak baik ("Faith cannot help doing good works constantly") tidaklah berpengaruh pada keselamatan orang beriman itu. perbuatan tidak baik seorang beriman tidak diperhitungkan. karena jika diperhitungkan maka rumusnya menjadi iman+perbuatan baik. atau beriman harus lah berbuat baik jika mau selamat. atau iman yg hidup, yaitu iman yang harus mewujud dalam perbuatan.

maka benarlah bahwa secara ekstrim martin luther mengungkapkan bahwa: “…Be a sinner, and let your sins be strong, but let your trust in Christ be stronger…. No sin can separate us from Him, even if we were to kill or commit adultery thousands of times each day…”

setelah orang menerima Yesus (beriman), maka tak peduli apapun yang dilakukannya (perbuatan tidak diperhitungkan), (sekalipun) entah ia membunuh atau berzinah

beribu-ribu kali sehari, pasti akan tetap selamat. MANUSIA DIBENARKAN OLEH IMAN SAJA (SOLAFIDE)

luther tidak memisahkan perbuatan baik dan iman. namun luther memisahkan perbuatan tidak baik dan iman. maka secara kosnsepsi luther telah memisahkan antara perbutan dan iman.

kosep luther ini kemudian "dikembangkan" lagi oleh calvin,
calvin lebih menekankan keketatan logisnya terhadap konsepsi SOLAFIDE ini.

calvin berpendapat bahwa orang beriman itu pastilah berbuat baik. dan perbuatan baik itu pastilah dari iman. orang beriman tidak bisa berbuat tidak baik, demikian sebaliknya. bisa kita lihat dalam point P pada TULIP (Perseverance of the Saints).jadi jika orang tidak berbuat baik, maka sesungguhnya dia adalah orang tidak beriman.


kembali kepada solafide luther:

bahwa perbuatan baik hanyalah sebuah ekspresi yang secara rela dan tulus kepada Tuhan, sebagai ucapan syukur, wujud balas budi, namun tentu saja tidak mempengaruhi keselamatan seseorang beriman. perbuatan tidak diperhitungkan, namun imanlah yg diperhitungkan.

jika faktanya iman dan perbuatan itu dipisahkan.
maka saya rasa tepatlah yang saya tulis di awal. definisi iman itu adalah sebuah keyakinan. sehingga yg utama dan satu2nya yang harus ditekankan dalam protestanisme SOLAFIDE ini adalah, keyakinan.. dimana orang harus terus meyakin2kan dirinya.. segala bentuk perbadatan, KKR, Pujian, dan sejenisnya adalah cara menuju penebalan keyakinan(penebalan iman) hal penyembuhan, mukjizat, bahasa roh, dan sejjenisnya.. dan tanpa kita sadari pula, bahwa dalam rangka memperkuat keyakinan itu, maka ekpresi pengkothbah protestanisme itu umumnya ber api2.. untuk menggelorakan jiwa, menebalkan keyakinan.. keyakinan yg bergelora.. semangat dipompa setiap saat.. keyakinan dijaga hingga akhir hayat. itulah iman protestan menurut sepengetahuan saya. pengamal ini saya pikir kharismatik paling pas.. hehehe....

Yesus pernah didatangi seorang pemuda yang katanya telah melakukan perbuatan2 baik dari 10 perintah Allah (termasuk mencintai orang lain seperti mencintai

dirinya sendiri). Tapi setelah diulik sedikit, ternyata terungkap bahwa pemuda tsb melakukan perbuatan2 baik tsb bukan sebagai ekspresi imannya, karena ketika Yesus memerintahkannya untuk nurut dan ikut Dia, pemuda itu malah kabur.

Jadi keutamaan ada pada iman kepada Allah dan perbuatan2 baik lahir darinya.


Salam
namun tidak harus orang beriman melahirkan perbuatan baik.. :D

iman yang hidup haruslah mewujud dalam perbuatan.. tidak terpisahkan antara perbuatan dan iman.
demikian juga perbuatan tidak dapat menyelamatkan jika tanpa iman.

gereja katolik selalu mengajarkan: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.(yak 2:18)
« Last Edit: September 25, 2012, 09:45:53 PM by ond32lumut »
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #47 on: September 25, 2012, 12:06:11 PM »
14:15 Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." 14:16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. 14:17 Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. 14:18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. 14:19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. 14:20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. 14:21 Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. 14:22 Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. 14:23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan PAKSA-lah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. 14:24 Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."
pinoq,

Menurut saya, ayat tsb ttg parabel yg menyangkut bbrp unsur : bangsa2 (mereka2 yg di undang, dgn kata lain mereka2 yg telah mendengar ttg Yesus) - bangsa2 (mereka yg di "paksa" utk datang ke perjamuan, dgn kata lain orang2 yg tidak/belum tau ttg Yesus) dan PI (Pekabar Injil, hamba2 yg melakukan "pemaksaan" tsb).

Dan kata "paksa" disitu ---imo--- bukan dalam pengertian di ikat, di seret atopun dgn kekerasan.
"Paksa" disitu --- lebih bersifat/bertujuan "memaksa" ke si hamba2 utk menyatakan "undangan" tsb.
Ibarat PI sampe ke pelosok2 hutan rimba utk dikabarkan kepada orang2 drh situ ---> disitulah maksudnya bahwa orang2 penghuni hutan rimba tsb "dipaksa" utk mendengarkan kabar Injil.

Quote
Tidak ada seorangpun yg diundang akan menikmati jamuan.
Ya... tetapi hukum SebabAkibatnya kan bukan : "Karena tidak ada yang diundang, maka tidak seorangpun menikmati jamuan" --- melainkan "Karena yang diundang TIDAK-MAU, maka tidak seorangpun menikmati jamuan". :)

:)
salam.
« Last Edit: September 25, 2012, 12:11:32 PM by odading »

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #48 on: September 25, 2012, 07:58:25 PM »
Jadi, ditarik itu 'semacam' diikat dan diseret serta wajib mau, begitu bro?

 :oO

Bukan, bro.

Saya tidak menyamakan istilah "paksa" di ayat 23 itu dengan istilah "ditarik Bapa" dari Yoh 6:44. Sebab, pemaksaan yang terjadi di Lukas 14:23 itu dilakukan oleh hamba-hamba, bukan Allah langsung. Sementara, penarikan yg di Yoh 6:44 dilakukan oleh Bapa.

Salam

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #49 on: September 25, 2012, 08:48:49 PM »
luther tidak memisahkan perbuatan baik dan iman. namun luther memisahkan perbuatan tidak baik dan iman. maka secara kosnsepsi luther telah memisahkan antara perbutan dan iman.

---cut---
kembali kepada solafide luther:

bahwa perbuatan baik hanyalah sebuah ekspresi yang secara rela dan tulus kepada Tuhan, sebagai ucapan syukur, wujud balas budi, namun tentu saja tidak mempengaruhi keselamatan seseorang beriman. perbuatan tidak diperhitungkan, namun imanlah yg diperhitungkan.

jika faktanya iman dan perbuatan itu dipisahkan.
maka saya rasa tepatlah yang saya tulis di awal. definisi iman itu adalah sebuah keyakinan. sehingga yg utama dan satu2nya yang harus ditekankan dalam protestanisme SOLAFIDE ini adalah, keyakinan..
--cut--

Ooo begitu. Ya tentu saja bro onde bisa berkesimpulan demikian karena bro onde punya presaposisi yang saya cetak tebal itu.

Masalahnya, apakah orang-orang protestan punya presaposisi yang sama? Wallahualam...

(Kasus ini sama seperti beberapa orang protestan yang kekeuh nuduh bahwa orang Katholik menyembah patung. Meski sudah dijelaskan oleh orang Katholik sendiri bahwa mereka tidak menyembah patung, orang-orang protestan tsb tetep kekeuh nuduh.)

Quote
luther tidak memisahkan perbuatan baik dan iman. namun luther memisahkan perbuatan tidak baik dan iman. maka secara kosnsepsi luther telah memisahkan antara perbutan dan iman.

kosep luther ini kemudian "dikembangkan" lagi oleh calvin, calvin lebih menekankan keketatan logisnya terhadap konsepsi SOLAFIDE ini. calvin berpendapat bahwa orang beriman itu pastilah berbuat baik. dan perbuatan baik itu pastilah dari iman. orang beriman tidak bisa berbuat tidak baik,....

Yang saya cetak tebal itu.... :D :D :D....check & re-check dulu aja bro... :D
Soalnya, yang saya baca di Commentary on Romans-nya Calvin beda banget dengan kesimpulan bro onde tsb.

Quote
gereja katolik selalu mengajarkan: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.(yak 2:18)

Amin.

(buat saya pribadi, yang warna merah itu yang penting.   :))


Salam bro onde

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #50 on: September 25, 2012, 09:07:57 PM »
Ya... tetapi hukum SebabAkibatnya kan bukan : "Karena tidak ada yang diundang, maka tidak seorangpun menikmati jamuan" --- melainkan "Karena yang diundang TIDAK-MAU, maka tidak seorangpun menikmati jamuan". :)

Yap betul. Mereka tidak-mau. Mereka tidak menganggap penting undangan itu. Mereka memilih 'dunia' daripada 'surga'.
Oleh sebab itu, "Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku"

Btw, perumpamaan ini diungkapkan lebih detil di Matius 22:1-14.


Salam

Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #51 on: September 25, 2012, 09:40:17 PM »
Ooo begitu. Ya tentu saja bro onde bisa berkesimpulan demikian karena bro onde punya presaposisi yang saya cetak tebal itu.

Masalahnya, apakah orang-orang protestan punya presaposisi yang sama? Wallahualam...

(Kasus ini sama seperti beberapa orang protestan yang kekeuh nuduh bahwa orang Katholik menyembah patung. Meski sudah dijelaskan oleh orang Katholik sendiri bahwa mereka tidak menyembah patung, orang-orang protestan tsb tetep kekeuh nuduh.)
waduuh... jangan seperti itulah... masak saya seperti itu?? jadi seperti apa?

orang beriman pasti baik, atau orang beriman bisa berbuat tidak baik?

saya coba mengikuti alur pikir anda lho.. saya juga berusaha mengulas tulisan martin luther..
saya copas lagi tulisan anda:

Jadi, perbuatan baik adalah perbuatan yang merupakan ekspresi dari iman. Perbuatan yang tidak baik adalah perbuatan yang bukan ekspresi dari iman. JAdi, orang yang melakukan perbuatan tidak baik adalah orang yang mengekspresikan yang-bukan-iman. Apakah orang tsb punya iman? Ya, bisa punya, bisa tidak. Orang yang punya iman toh juga bisa melakukan perbuatan yang bukan ekspresi imannya (perbuatan tidak baik). Sementara, orang yang tidak punya iman berarti tidak mungkin melakukan perbuatan baik.
kalau tulisan anda sejelas itu, apakah saya masih menyimpulkan salah?salahnya dimana? kalau iya salahnya dimana? saya tidak pingin jadi orang yang "pokoknya" kok.. saya ingin mendengar lebih.. :D

preposisi itu sekuat daya saya mengerti tulisan luther.. dan secermat mkn menelaah tulisan anda.. :D
coba kalau berkenan, anda simplekan konsespsi anda itu...

mungkin saja konsepsi anda tidak sama dengan konsepsi luther..

coba anda bantu memberitahu saya letak kekeliruan saya memahami konsepsi luther ataupun konsepsi anda.. :)

Yang saya cetak tebal itu.... :D :D :D....check & re-check dulu aja bro... :D
Soalnya, yang saya baca di Commentary on Romans-nya Calvin beda banget dengan kesimpulan bro onde tsb.
apa bisa di share kan?? :)

Amin.

(buat saya pribadi, yang warna merah itu yang penting.   :))


Salam bro onde
kok cocok dengan GK ya? :)

one more, mari ditelaah lebih dalam konsespsi solafide itu.. :)
« Last Edit: September 25, 2012, 09:48:58 PM by ond32lumut »
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #52 on: September 26, 2012, 01:02:32 AM »
waduuh... jangan seperti itulah... masak saya seperti itu?? jadi seperti apa?
orang beriman pasti baik, atau orang beriman bisa berbuat tidak baik?
saya coba mengikuti alur pikir anda lho.. saya juga berusaha mengulas tulisan martin luther..saya copas lagi tulisan anda:

kalau tulisan anda sejelas itu, apakah saya masih menyimpulkan salah?salahnya dimana? kalau iya salahnya dimana? saya tidak pingin jadi orang yang "pokoknya" kok.. saya ingin mendengar lebih.. :D

preposisi itu sekuat daya saya mengerti tulisan luther.. dan secermat mkn menelaah tulisan anda.. :D coba kalau berkenan, anda simplekan konsespsi anda itu... mungkin saja konsepsi anda tidak sama dengan konsepsi luther..coba anda bantu memberitahu saya letak kekeliruan saya memahami konsepsi luther ataupun konsepsi anda.. :)

Waduh saya nggak bilang bro onde keliru lho. Saya cuma bilang bahwa bila bro onde berangkat dari presuposisi (sebelumnya saya salah tulis 'presaposisi' --> emangnya sapo tahu wkwkwk...), maka bro onde akan hanya melihat inti sola fide dalam hal memupuk keyakinan saja.

Dan, itu tidak keliru. Sola Fide-nya Luther memang bilang soal memupuk keyakinan. Dia bilang begini di Treatise On Good Works-nya: " for if he finds his heart confident that it pleases God, the work is good, even if it were so small a thing as picking up a straw. If confidence is absent, or if he doubts, the work is not good, although it should raise all the dead and the man should give himself to be burned."

Tapi Sola Fide-nya Luther bukan bicara soal memupuk keyakinan saja. Sola Fide-nya Luther bicara pertama-tama ttg good works. Treatise On Good Works berisi ttg good works itu apa, dan dibuka dengan kalimat : "We ought first to know that there are no good works except those which God has commanded, even as there is no sin except that which God has forbidden. Therefore whoever wishes to know and to do good works needs nothing else than to know God's commandments."

Jadi, sola fide (hanya iman) bukan bicara melulu iman atau melulu yakin saja, melainkan ada dalam konteks melakukan good works, yakni melakukan perintah2 Allah. Jadi, sungguh Luther tidak melakukan pemisahan antara iman dan perbuatan. Iman itu ada, perbuatan (good works) itu ada. Dan keduanya berhubungan melekat tak terpisahkan. Hubungan itu adalah bahwa setiap good work yang dilakukan sudah semestinya dilakukan atas dasar iman saja (sola fide), bukan atas dasar suatu keyakinan bahwa mengerjakan good work akan menghasilkan imbalan (keselamatan).

Kalau good works (perintah2 Allah) dilakukan atas dasar keyakinan bahwa mengerjakan good work akan menghasilkan imbalan (keselamatan), maka good works itu akan menjadi not good works alias sin. Dia mendasarkan konsepsinya ini dari tulisan Paulus: "This is the teaching of St. Paul, Romans xiv: "Whatsoever is not done of or in faith is sin."

Jadi begitulah konsepsi Luther ttg hubungan antara iman dan perbuatan baik (melakukan perintah2 Allah).

Jadi, apakah melakukan good works itu penting? Bukan hanya penting, melainkan harus karena itu adalah perintah2 Allah. Atas dasar apa orang Kristen mengerjakan good works itu? Apakah semata-mata karena itu adalah perintah dari Allah? Apakah supaya Allah tidak marah, atau supaya Allah beri imbalan? Bukan. Orang Kristen melakukan good works atas dasar iman bahwa apa yang dikerjakannya menyenangkan hati Allah.

Luther memberikan contoh hubungan iman dan perbuatan baik dari kehidupan sehari-hari. Bayangkan sepasang kekasih. Si pria melakukan perbuatan baik kepada si wanita karena ia percaya bahwa si wanita menyukai perbuatan baiknya itu, bukan karena si pria ingin diberi imbalan oleh si wanita. Apapun yang dilakukannya (besar atau kecil) adalah karena ia percaya bahwa itu semua menyenangkan hati pasangannya.

"In this faith all works become equal, and one is like the other; all distinctions between works fall away, whether they be great, small, short, long, few or many. For the works are acceptable not for their own sake, but because of the faith which alone is, works and lives in each and every work without distinction, however numerous and various they are, just as all the members of the body live, work and have their name from the head, and without the head no member can live, work and have a name."

Waktu Luther bilang "all works become equal" di situ, itu bukan berarti 'membunuh' = 'menolong orang miskin'. (note: dari awal Luther sedang bicara menjalankan perintah Allah). Yang di maksud dng all works adalah semua hal yang dilakukan manusia (bekerja, berdagang, belajar, makan, minum, tidur, jalan, dll)

This we may see in a common human example. When a man and a woman love and are pleased with each other, and thoroughly believe in their love, who teaches them how they are to behave, what they are to do, leave undone, say, not say, think? Confidence alone teaches them all this, and more. They make no difference in works: they do the great, the long, the much, as gladly as the small, the short, the little, and vice versa; and that too with joyful, peaceful, confident hearts, and each is a free companion of the other. But where there is a doubt, search is made for what is best; then a distinction of works is imagined whereby a man may win favor; and yet he goes about it with a heavy heart, and great disrelish; he is, as it were, taken captive, more than half in despair, and often makes a fool of himself.

Begitu, bro. Jadi, bro onde nggak keliru kok, cuma sedikit kurang lengkap. :D

(Note: kutipan2 di atas dicopas dari http://www.ccel.org/ccel/luther/good_works.v.html)

Quote
apa bisa di share kan?? :)

Bro onde bilang: calvin berpendapat bahwa orang beriman itu pastilah berbuat baik. dan perbuatan baik itu pastilah dari iman. orang beriman tidak bisa berbuat tidak baik,....

Nah, yang saya cetak tebal itu membuat saya bertanya2. Terus saya cek. Dan saya menemukan di  Commentary on Romans Calvin bilang:

"...as long as we are children of Adam, and nothing more than men, we are in bondage to sin, that we can do nothing else but sin; but that being grafted in Christ, we are delivered from this miserable thraldom; not that we immediately cease entirely to sin, but that we become at last victorious in the contest."

dan sebelumnya dia bilang:

"the death of Christ is efficacious to destroy and demolish the depravity of our flesh, and his resurrection, to effect the renovation of a better nature, and that by baptism we are admitted into a participation of this grace. This foundation being laid, Christians may very suitably be exhorted to strive to respond to their calling."

Dari yang saya garis bawahi, kita bisa melihat bahwa Calvin tidak berpikir bahwa orang beriman tidak bisa berbuat tidak baik, melainkan bahwa orang beriman bisa berbuat baik (melakukan kehendak Bapa) dan bisa berbuat tidak baik. --> kalo nggak salah, jauh sebelum CAlvin St Agustine pernah mengemukakan hal yang serupa.

Dari kutipan yang terakhir, Calvin menyatakan bahwa karena seseorang telah diselamatkan, maka nasihat2 untuk berbuat baik yang diberikat kepada orang tsb menjadi tidak sia-sia. Sebab, dengan diselamatkan berarti orang didamaikan dengan Allah; orang bukan lagi seteru Allah; orang kembali menikmati hubungan yang baik dengan Allah sehingga perbuatan-perbuatan baiknya memiliki makna (menyenangkan hati Allah). Kalau belum diselamatkan, perbuatan-perbuatan baik orang tidak menyenangkan hati Allah.

Begitu, bro. 


Salam

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #53 on: September 27, 2012, 12:47:00 PM »
Yap betul. Mereka tidak-mau. Mereka tidak menganggap penting undangan itu. Mereka memilih 'dunia' daripada 'surga'.
Ya, sependapat.
Jadi disini ADA unsur keterlibatan natural manusia ---> yaitu antara mau atau tidak-mau.

Quote
Btw, perumpamaan ini diungkapkan lebih detil di Matius 22:1-14.
terimakasih atas masukan ayat dari pinoq, barusan saya membacanya.

Dalam kisah Matius tsb, ---apabila saya memposisikan pendapat spt pinoq ---yaitu "memberi tahu" ttg ada pesta ke semua orang itu BUKAN dalam pengertian ttg Penarikan--- saya tidak/ masihbelum melihat kisah tsb mengandung unsur Penarikan.

Orang2 lain yg "dipaksa" datang dan akhirnya hadir di pesta tsb, ADA yg datang mengenakan baju pesta dan ada pula yg tidak mengenakan baju pesta. Dan pada akhir ayat : (14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.. Jadi yg dipilih adalah orang orang yg hadir berpakaian pesta ---> jadi disini ada keterlibatan unsur natural manusia.

Saya baru bisa mengerti (ataupun berpendapat) terdapat unsur Penarikan apabila di ayat Matius tsb, dikisahkan misal sbb : Semua orang yang hadir di pesta tsb, tidak mengenakan pakaian pesta --- oleh karena itu, tuan rumah mengenakan baju pesta ke sebagian kelompok dari orang2 tsb. Setelah sebagian kelompok mengenakan baju pesta (karena di kenakan oleh si tuan rumah) dan sebagian kelompok tidak mengenakan baju pesta (karena tuan rumah tidak mengenakan baju pesta ke kelompok ini) --- maka tuan rumah mengikat dan mencampakan orang2 yang tuan rumah tidak kenakan baju pesta.

JUGA,
apabila di ayat Matius tsb dikisahkan misal sbb : tuan rumah menyuruh hamba-hambanya agar saat "memaksa" orang lain tsb (orang2 diluar yg telah menerima undangan) untuk berkata ke sebagian yang "dipaksa" : 'saat datang ke pesta kenakanlah baju pesta', dan ke sebagian yang lain TIDAKdisampaikan kalimat tsb --- sehingga tentu disaat orang orang ini hadir di pesta, sebagian kelompok ada yg memakai baju pesta, sebagian lagi tidak berbaju pesta --- barulah saya bisa mengertikan (atopun berpendapat) bhw di kisah tsb ada unsur Penarikan.

Nah, kalo menurut pinoq --- dimanakah adanya unsur Penarikan di kisah Matius tsb ?
Apakah disaat kisah menyatakan : tuan rumah memilih yg berbaju pesta dan mencampakkan yg tidak berbaju pesta ? (please CMIIW)

Apabila jawabannya YA, bukankah artinya disitu memang ada terdapat unsur SebabAkibat yg berkaitan antar pihak si pengundang yaitu si tuan rumah dgn pihak yg hadir di pesta ? (yg berbaju pesta dipilih ikut perjamuan, yg tidak berbaju pesta dicampakkan).

:)
salam.
« Last Edit: September 27, 2012, 12:51:37 PM by odading »

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #54 on: September 28, 2012, 01:09:18 AM »
Ya, sependapat.
Jadi disini ADA unsur keterlibatan natural manusia ---> yaitu antara mau atau tidak-mau.
 terimakasih atas masukan ayat dari pinoq, barusan saya membacanya.

Bila kita membaca perumpamaan tsb, maka terlihat jelas bahwa unsur keterlibatan manusia itu TIDAK digambarkan dengan adanya tamu undangan yang mau dan yang tidak mau. Yang digambarkan adalah tamu undangan yang TIDAK MAU. Dengan demikian, Yesus menggambarkan kondisi natural manusia setelah jatuh dalam dosa, yakni TIDAK MAU alias MENOLAK karena mereka memiliki sesuatu yang lebih mereka kasihi daripada Allah.

Dengan demikian, yang jadi fokus dalam perumpamaan ini bukan metode Allah menyelamatkan manusia (diundang atau dipaksa), melainkan fakta ttg kondisi natural manusia setelah jatuh dalam dosa, yakni TIDAK MAU alias MENOLAK Allah.

Kalau sudah begitu, apakah Allah masih akan menggunakan metode “undangan” atau “tawaran” dalam menyelamatkan manusia? Jelas sekali ditunjukan di perumpamaan tsb bahwa ketika keselamatan itu ditawarkan (metode “undangan”) maka tidak ada yang mau.

Quote
Orang2 lain yg "dipaksa" datang dan akhirnya hadir di pesta tsb, ADA yg datang mengenakan baju pesta dan ada pula yg tidak mengenakan baju pesta. Dan pada akhir ayat : (14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.. Jadi yg dipilih adalah orang orang yg hadir berpakaian pesta ---> jadi disini ada keterlibatan unsur natural manusia.

Pada bagian ini, telah jelas bahwa metode penyelamatan Allah bukan metode “undangan” atau “tawaran”. Orang-orang yang kemudian hadir memenuhi hall pesta adalah orang-orang yg  “diciduk” dari jalanan. Ini seperti yang ada dalam perumpamaan pukat (Mat 13:47)

13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.

Orang-orang yang “diciduk” dari jalanan itu bagaikan berbagai jenis ikan-ikan yang terjaring pukat. Dan, sama seperti ikan-ikan itu, orang-orang itu tidak ditawari dan tidak berkeputusan.

Sekarang, siapakah yang “diciduk” oleh hamba-hamba Allah? Orang2 miskin dan cacat dan lumpuh dari jalanan dan lorong2 kota. Apakah mereka tipe orang yang punya baju pesta? Apakah mereka tipe orang yang bisa beli baju pesta? Tidak. Mereka bukan tipe orang yang punya atau bisa punya baju pesta.

Quote
Saya baru bisa mengerti (ataupun berpendapat) terdapat unsur Penarikan apabila di ayat Matius tsb, dikisahkan misal sbb : Semua orang yang hadir di pesta tsb, tidak mengenakan pakaian pesta --- oleh karena itu, tuan rumah mengenakan baju pesta ke sebagian kelompok dari orang2 tsb. Setelah sebagian kelompok mengenakan baju pesta (karena di kenakan oleh si tuan rumah) dan sebagian kelompok tidak mengenakan baju pesta (karena tuan rumah tidak mengenakan baju pesta ke kelompok ini) --- maka tuan rumah mengikat dan mencampakan orang2 yang tuan rumah tidak kenakan baju pesta.

Well, Yesus tidak mengatakan di perumpamaanNya tsb bahwa si raja memberikan baju pesta kepada orang-orang yang “diciduk” itu.

Quote
JUGA,
apabila di ayat Matius tsb dikisahkan misal sbb : tuan rumah menyuruh hamba-hambanya agar saat "memaksa" orang lain tsb (orang2 diluar yg telah menerima undangan) untuk berkata ke sebagian yang "dipaksa" : 'saat datang ke pesta kenakanlah baju pesta', dan ke sebagian yang lain TIDAKdisampaikan kalimat tsb --- sehingga tentu disaat orang orang ini hadir di pesta, sebagian kelompok ada yg memakai baju pesta, sebagian lagi tidak berbaju pesta --- barulah saya bisa mengertikan (atopun berpendapat) bhw di kisah tsb ada unsur Penarikan.

Yang ini juga tidak dikatakn Yesus dalam perumpamaanNya tsb.

Quote
Nah, kalo menurut pinoq --- dimanakah adanya unsur Penarikan di kisah Matius tsb ?
Apakah disaat kisah menyatakan : tuan rumah memilih yg berbaju pesta dan mencampakkan yg tidak berbaju pesta ? (please CMIIW)

Saya melihat unsur “penarikan Allah” itu di bagian ini:
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.

Ada satu orang di antara kerumunan, yang diidentifikasi sebagai orang yang tidak layak hadir di pesta tsb hanya oleh si raja, yakni hanya setelah si araja sendiri yang menilik ke orang-orang yang hadir.

Seperti apakah orang itu? Siapakah dia? Mengapa hanya si raja yang mengidentifikasi ketidaklayakannya?

Ingat, orang-orang yang “diciduk” itu adalah orang-orang miskin semua, yakni orang-orang yang naturally pakai baju khas orang miskin (compang-camping, dekil, kumal, bau, dll). Satu orang ini langsung terlihat bedanya oleh si raja karena ia pakai baju yang beda dari yang lain, yang mungkin menurut dia adalah baju yang layak untuk dipakai ke pesta raja.

Orang ini bukan bagian dari orang-orang yang “diciduk” hamba-hamba si raja. Orang ini datang dengan  niatnya sendiri, merasa dirinya pasti diterima di pesta tsb. Mengapa? Kita lihat.

Kata raja “Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?” Kata “saudara” di situ berarti comrade atau friend. Jadi, orang ini adalah orang yang familiar dengan lingkungan kerajaan. Itu sebabnya hamba-hamba si raja mempersilahkan dia masuk tanpa pikir dua kali karena toh orang ini adalah seorang comrade, rekan, teman. Hanya si raja yang melihat ketidaklayakan orang itu.

Namun, si raja melihat sampai ke hati. Baju yang dipakai orang itu tidak menutupi pandangan raja, meskipun bajunya itu beda sendiri dari yang lain, baju yang ia pikir sebagai baju pantas utk pesta. Namun, justru BUKAN baju itu yang disebut oleh si raja sebagai baju pesta. Si raja berkehendak untuk menjamu orang-orang miskin, cacat, lumpuh, yakni orang-orang yang bajunya compang-camping. Itu sebabnya si raja langsung mengenali orang tsb di antara kerumunan orang banyak di hall pesta tsb.

“Hey, Anda yang pakai jas...kok Anda bisa masuk?” kata si raja. Ini versi vulgar saya. “O o o, Anda pikir Anda layak hadir di pesta ini, ya? Mampus sana!”

Jadi, baju pesta yang sesungguhnya adalah baju yang si raja mau lihat, bukan baju yang orang pikir pantas sebagai baju pesta. Orang yang diselamatkan Allah adalah orang yang Allah mau selamatkan, bukan orang yang berusaha pantas untuk diselamatkan tapi dengan usahanya itu malah jadi tidak sesuai dengan kemauan Allah.

Baju itu adalah Kristus (Roma 13:14; Gal 3:27.). Satu orang itu adalah orang yang berada dalam lingkungan umatNya (Gereja), melakukan pekerjaan-pekerjaan pelayanan layaknya pekerjaan umat Allah, berseru2 Tuhan! Tuhan!, bernubuat demi namaNya, mengusir setan demi namaNya, mengadakan banyak mujizat demi nama-Nya, tapi ia tidak pernah dikenal Allah (Matius 7:21-23). Mengapa? Karena “baju pesta” yang Allah mau lihat tidak ada padanya, yakni Kristus.

Lalu, di mana unsur penarikannya? Kembali pada bagaimana orang bisa datang kepada Kristus. Tidak ada orang yang datang kepada Kristus, kalau Bapa tidak menariknya kepadaNya.

Quote
Apabila jawabannya YA, bukankah artinya disitu memang ada terdapat unsur SebabAkibat yg berkaitan antar pihak si pengundang yaitu si tuan rumah dgn pihak yg hadir di pesta ? (yg berbaju pesta dipilih ikut perjamuan, yg tidak berbaju pesta dicampakkan)

Ya, ada prinsip sebab-akibat. Kalau mengenakan Kristus, selamat. Kalau tidak mengenakan Kristus, tidak selamat.


salam.
« Last Edit: September 28, 2012, 01:18:55 AM by pinoq »

Offline odading

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 3314
  • Reputation Power:
  • Denominasi: non-agama
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #55 on: September 29, 2012, 04:10:05 PM »
Dengan demikian, Yesus menggambarkan kondisi natural manusia setelah jatuh dalam dosa, yakni TIDAK MAU alias MENOLAK karena mereka memiliki sesuatu yang lebih mereka kasihi daripada Allah.
Nah... pertanyaannya :
Kenapa parabel menyatakan ada yg di undang dan ada yg tidak di undang ?
Sementara/Padahal SEMUA (baik yg diundang maupun yg tidak diundang) pinoq katakan PASTI MENOLAK ?

(3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu.

Quote
Dengan demikian, yang jadi fokus dalam perumpamaan ini bukan metode Allah menyelamatkan manusia (diundang atau dipaksa), melainkan fakta ttg kondisi natural manusia setelah jatuh dalam dosa, yakni TIDAK MAU alias MENOLAK Allah.
Sekali lagi, berdasarkan yg menurut pinoq adalah sebuah fakta --- kenapa Yesus menggunakan parabel : ada yg diundang dan ada yg tidak diundang ?

(3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu.

Saya memposisikan diri dalam berpendapat = pinoq :
Kenapa mengundang orang orang yg kata pinoq berdasarkan fakta TIDAK MAU hadir ?

Quote
Jelas sekali ditunjukan di perumpamaan tsb bahwa ketika keselamatan itu ditawarkan (metode “undangan”) maka tidak ada yang mau.
yg merah... ---imo--- tidak... tidak jelas sama sekali loh pinoq. Karena didalam parabel : "yang tidak mau" itu adalah orang orang YANG DI UNDANG. ---> dan ini tidak menuntun utk bisa berpendapat bahwa : "baik yg diundang maupun yg tidak diundang" TIDAK MAU hadir.

Quote
Orang-orang yang kemudian hadir memenuhi hall pesta adalah orang-orang yg  “diciduk” dari jalanan. Ini seperti yang ada dalam perumpamaan pukat (Mat 13:47)

Orang-orang yang “diciduk” dari jalanan itu bagaikan berbagai jenis ikan-ikan yang terjaring pukat. Dan, sama seperti ikan-ikan itu, orang-orang itu tidak ditawari dan tidak berkeputusan.

Quote
Sekarang, siapakah yang “diciduk” oleh hamba-hamba Allah? Orang2 miskin dan cacat dan lumpuh dari jalanan dan lorong2 kota.
saya tidak menemukan ke-sinkronan antara "berbagai jenis ikan" dgn "orang orang miskin/lumpuh".
Apakah saat menciduk ikan, penciduk itu secara otomatis memilah milah jenis ikan yg segar2 saja ? :)

Tidak pula ada dinyatakan di ayat bhw yg "dipaksa" tsb adalah orang orang miskin, cacat dan lumpuh. Dimana ayat yg menyatakan bhw yg tidak di undang tsb adalah yg ungu di Matius 22:1-14 tsb ?

Bahkan, pada Matius disini --- "undangan" kembali lagi disebut oleh tuan rumah. ----> "(9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana".

Bahkan pula, pada Matius disini --- orang2 yg hadir di pesta tsb terdiri dari orang baik dan orang jahat. ---> orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.

Quote
Apakah mereka tipe orang yang punya baju pesta? Apakah mereka tipe orang yang bisa beli baju pesta? Tidak. Mereka bukan tipe orang yang punya atau bisa punya baju pesta.
Sekali lagi, bisa tolong cantumkan ayat Matius 22:1-14 yg berisi bhw yg diciduk itu HANYA terdiri dari orang orang miskin/cacat/lumpuh, dan mereka bukan tipe yg bisa punya baju pesta ?

Quote
Ingat, orang-orang yang “diciduk” itu adalah orang-orang miskin semua, yakni orang-orang yang naturally pakai baju khas orang miskin (compang-camping, dekil, kumal, bau, dll).
Bagaimana saya mengingatnya pinoq, wong di ayatnya kalimat yg bisa menuntun ke pengertian bhw yg hadir adalah miskin semua saja tidak ada  --- apalagi kalimat eksplisitnya ... :)

Quote
Orang ini bukan bagian dari orang-orang yang “diciduk” hamba-hamba si raja. Orang ini datang dengan niatnya sendiri, merasa dirinya pasti diterima di pesta tsb.
Sirkular pinoq - nggak sinkron.
Di awal kamu bilang SEMUA TIDAK MAU datang, namun disini kamu nyatakan yg bold merah. :)

Quote
Si raja berkehendak untuk menjamu orang-orang miskin, cacat, lumpuh, yakni orang-orang yang bajunya compang-camping.
Basis ayatnya di Matius 22:1-14 tsb ?

Tarolah saya sepakat dgn quote diatas,
Bukankah ini menunjukan KARENA orang2 yang .... (natural manusia), MAKA si raja mengundang mereka ?

Quote
Orang yang diselamatkan Allah adalah orang yang Allah mau selamatkan, bukan orang yang berusaha pantas untuk diselamatkan tapi dengan usahanya itu malah jadi tidak sesuai dengan kemauan Allah.
Jadi sekarang ceritanya, yang si raja mau selamatkan adalah orang2 YANG miskin/cacat/lumpuh dan berbaju compang-camping ? (dalam kisah di Matius 22:1-14 versi pinoq :)

Sungguh saya nggak ngerti, jelas jelas ayat menyatakan :
Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?

Kok pinoq jadi berkesimpulan si raja itu berkehendak yang hadir dipesta tsb berpakaian compang-camping oleh karena yg diciduk itu orang orang miskin ???

Quote
Saya melihat unsur “penarikan Allah” itu di bagian ini:
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
---> ya... jadi berarti tergantung dari orang yg "berpakaian pesta" atau kagak.

Quote
Ya, ada prinsip sebab-akibat. Kalau mengenakan Kristus, selamat. Kalau tidak mengenakan Kristus, tidak selamat.
Dan dalam parabel di Matius 22:1-14, si raja TIDAK mengenakan baju pesta ke semua yg hadir tetapi satu orang. Melainkan yang hadir tsb datang dengan mengenakan baju pesta, tetapi satu orang.

Prinsip SebabAkibat disitu adalah :
Karena yg hadir berbaju pesta, Maka si raja menerimanya ... BUKAN Karena si raja mengenakan baju pesta kepada yg hadir disitu, Maka si raja menerimanya.

Lalu dimana model unsur "Penarikan Allah" versi pinoq ? versi pinoq : "semua manusia mati, gak bisa ngapa2in lagi - kalo tidak ditarik Allah"

Dimana ke-paralelan-nya antara "semua manusia mati" dgn "para hadirin di yg terdiri dari orang2 baik dan jahat di pesta tsb" ?

:)
salam.
« Last Edit: September 29, 2012, 04:21:46 PM by odading »

Offline Iceng

  • FIK - Newbie
  • *
  • Posts: 8
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Katolik
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #56 on: September 29, 2012, 10:49:09 PM »
He he he , bro O"Dad
kalau yang begini om rasa bukan dibenarkan karena iman, tapi  DIBENARKAN KARENA ALASAN
karena iman dia sebenarnya sudah tau kalu itu salah tapi dilakukan lagi dan lagi.

Tuhan Yesus memberkati

Han
yap, jika karena alasan ini itu, bukan karna iman.

klo menurut saya yang jelas contohnya ini :

 23:39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!  "

 23:40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
23:41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. c "

23:42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja. d " 23:43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus 1 . e "

yang dicetak tebal, itulah iman.  atau contoh rasul thomas, setelah dia melihat dia percaya, ini bukan iman. makan tertulis berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya, ini Iman. :)

tapi kalo model penjahat diatas, itukan seperti bonus, karna hidup pada jaman itu, kalau jaman sekarang sih, agak konyol kalo mau ikut seperti itu :)


Offline ond32lumut

  • Global Moderator
  • Hero Member
  • *****
  • Posts: 960
  • Reputation Power:
  • The Jesuits University
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #57 on: September 30, 2012, 05:22:07 PM »
Jadi, sola fide (hanya iman) bukan bicara melulu iman atau melulu yakin saja, melainkan ada dalam konteks melakukan good works, yakni melakukan perintah2 Allah. Jadi, sungguh Luther tidak melakukan pemisahan antara iman dan perbuatan. Iman itu ada, perbuatan (good works) itu ada. Dan keduanya berhubungan melekat tak terpisahkan. Hubungan itu adalah bahwa setiap good work yang dilakukan sudah semestinya dilakukan atas dasar iman saja (sola fide), bukan atas dasar suatu keyakinan bahwa mengerjakan good work akan menghasilkan imbalan (keselamatan).

Kalau good works (perintah2 Allah) dilakukan atas dasar keyakinan bahwa mengerjakan good work akan menghasilkan imbalan (keselamatan), maka good works itu akan menjadi not good works alias sin. Dia mendasarkan konsepsinya ini dari tulisan Paulus: "This is the teaching of St. Paul, Romans xiv: "Whatsoever is not done of or in faith is sin."

Jadi begitulah konsepsi Luther ttg hubungan antara iman dan perbuatan baik (melakukan perintah2 Allah).

Jadi, apakah melakukan good works itu penting? Bukan hanya penting, melainkan harus karena itu adalah perintah2 Allah. Atas dasar apa orang Kristen mengerjakan good works itu? Apakah semata-mata karena itu adalah perintah dari Allah? Apakah supaya Allah tidak marah, atau supaya Allah beri imbalan? Bukan. Orang Kristen melakukan good works atas dasar iman bahwa apa yang dikerjakannya menyenangkan hati Allah.

Luther memberikan contoh hubungan iman dan perbuatan baik dari kehidupan sehari-hari. Bayangkan sepasang kekasih. Si pria melakukan perbuatan baik kepada si wanita karena ia percaya bahwa si wanita menyukai perbuatan baiknya itu, bukan karena si pria ingin diberi imbalan oleh si wanita. Apapun yang dilakukannya (besar atau kecil) adalah karena ia percaya bahwa itu semua menyenangkan hati pasangannya.

"In this faith all works become equal, and one is like the other; all distinctions between works fall away, whether they be great, small, short, long, few or many. For the works are acceptable not for their own sake, but because of the faith which alone is, works and lives in each and every work without distinction, however numerous and various they are, just as all the members of the body live, work and have their name from the head, and without the head no member can live, work and have a name."

Waktu Luther bilang "all works become equal" di situ, itu bukan berarti 'membunuh' = 'menolong orang miskin'. (note: dari awal Luther sedang bicara menjalankan perintah Allah). Yang di maksud dng all works adalah semua hal yang dilakukan manusia (bekerja, berdagang, belajar, makan, minum, tidur, jalan, dll)

This we may see in a common human example. When a man and a woman love and are pleased with each other, and thoroughly believe in their love, who teaches them how they are to behave, what they are to do, leave undone, say, not say, think? Confidence alone teaches them all this, and more. They make no difference in works: they do the great, the long, the much, as gladly as the small, the short, the little, and vice versa; and that too with joyful, peaceful, confident hearts, and each is a free companion of the other. But where there is a doubt, search is made for what is best; then a distinction of works is imagined whereby a man may win favor; and yet he goes about it with a heavy heart, and great disrelish; he is, as it were, taken captive, more than half in despair, and often makes a fool of himself.

Begitu, bro. Jadi, bro onde nggak keliru kok, cuma sedikit kurang lengkap. :D

(Note: kutipan2 di atas dicopas dari http://www.ccel.org/ccel/luther/good_works.v.html)

Bro onde bilang: calvin berpendapat bahwa orang beriman itu pastilah berbuat baik. dan perbuatan baik itu pastilah dari iman. orang beriman tidak bisa berbuat tidak baik,....

Nah, yang saya cetak tebal itu membuat saya bertanya2. Terus saya cek. Dan saya menemukan di  Commentary on Romans Calvin bilang:

"...as long as we are children of Adam, and nothing more than men, we are in bondage to sin, that we can do nothing else but sin; but that being grafted in Christ, we are delivered from this miserable thraldom; not that we immediately cease entirely to sin, but that we become at last victorious in the contest."

dan sebelumnya dia bilang:

"the death of Christ is efficacious to destroy and demolish the depravity of our flesh, and his resurrection, to effect the renovation of a better nature, and that by baptism we are admitted into a participation of this grace. This foundation being laid, Christians may very suitably be exhorted to strive to respond to their calling."

Dari yang saya garis bawahi, kita bisa melihat bahwa Calvin tidak berpikir bahwa orang beriman tidak bisa berbuat tidak baik, melainkan bahwa orang beriman bisa berbuat baik (melakukan kehendak Bapa) dan bisa berbuat tidak baik. --> kalo nggak salah, jauh sebelum CAlvin St Agustine pernah mengemukakan hal yang serupa.

Dari kutipan yang terakhir, Calvin menyatakan bahwa karena seseorang telah diselamatkan, maka nasihat2 untuk berbuat baik yang diberikat kepada orang tsb menjadi tidak sia-sia. Sebab, dengan diselamatkan berarti orang didamaikan dengan Allah; orang bukan lagi seteru Allah; orang kembali menikmati hubungan yang baik dengan Allah sehingga perbuatan-perbuatan baiknya memiliki makna (menyenangkan hati Allah). Kalau belum diselamatkan, perbuatan-perbuatan baik orang tidak menyenangkan hati Allah.

Begitu, bro. 


Salam
thx bro panjang lebarnya lagi..

wah.. itu iman yg ideal, dan saya sepakat sejah ini.. :D

tapi mari kita bicara ttg iman yang tidak ideal..
anda percaya ada orang beriman yang perbuatannya tidak baik? setidak2nya saya yakin luther pun mengakui itu.. karena luther menemukan bahwa dirinya seketat apapun tidak bisa melepaskan diri dari perbuatan dosa.

jadi yang saya tanyakan, bagaimana dosa2 orang beriman itu diperhitungkan?

kita kembali bicara apa yg dimaksud "dibenarkan" oleh iman itu bukan bro?? :)

dan apakah salah, jika saya katakan perbuatan baik itu hanyalah sebagai balas jasa, ataupun wujud syukur karena kebaikan Tuhan yg telah menyelamatkan umat manusia? ataukah perbuatan baik merupakan SYARAT manusia dalam mengimani Yesus?

saya pikir anda cukup berbeda dengan protestan kebanyakan bro... mungkin saja yg anda imani itu bukan solafide protestan.. karena kebetulan solafide versi katolik itu juga ada.. dan hampir mirip seperti pendapat anda itu.. :D

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3 : 23

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #58 on: October 01, 2012, 01:17:28 AM »
Nah... pertanyaannya :
Kenapa parabel menyatakan ada yg di undang dan ada yg tidak di undang ?
Sementara/Padahal SEMUA (baik yg diundang maupun yg tidak diundang) pinoq katakan PASTI MENOLAK ?
Quote
(3) Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu.
 Sekali lagi, berdasarkan yg menurut pinoq adalah sebuah fakta --- kenapa Yesus menggunakan parabel : ada yg diundang dan ada yg tidak diundang ?

Sorry, sepertinya saya belum sepenuhnya paham dengan maksud dari pertanyaan bro oda tsb. Tolong jelaskan lagi ya.

Quote
Saya memposisikan diri dalam berpendapat = pinoq :
Kenapa mengundang orang orang yg kata pinoq berdasarkan fakta TIDAK MAU hadir ?
Menurut saya karena dua alasan:
1. Si raja mengundang orang-orang karena si raja mau mengundang mereka. Karena si raja ini orangnya baik, maka ia mau merayakan pesta bersama dengan orang-orang yang dekatnya (teman-teman si raja, atau tetangga, atau rekan bisnis, atau semacamnya). Saya pikir ini adalah fenomena yang wajar. Kalo orang punya hajatan, maka ia akan mengundang orang-ornag dekatnya, kan?
2. Undangan diberikan bukan berdasarkan fakta bahwa orang yg diundang tidak mau datang. Yang berlaku adalah sebaliknya, fakta bahwa orang yang diundang tidak mau datang didasarkan pada adanya undangan tsb. Undangan tsb mengungkapkan/membuktikan (testifies) penolakan manusia. Hal ini paralel dng perihal pemberian Hukum Taurat. Hukum Taurat berisi undangan bagi manusia untuk hidup benar di hadapan Allah. Namun, setelah manusia jatuh dalam dosa, posisi Hukum Taurat menjadi bukti bahwa manusia telah menolak undangan tsb. Berikut ayat referensinya:

"Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."Roma 3:20
   
"Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak  tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" Roma 7:7

"..., tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran." Roma 4:15

Quote
yg merah... ---imo--- tidak... tidak jelas sama sekali loh pinoq. Karena didalam parabel : "yang tidak mau" itu adalah orang orang YANG DI UNDANG. ---> dan ini tidak menuntun utk bisa berpendapat bahwa : "baik yg diundang maupun yg tidak diundang" TIDAK MAU hadir.

Ya, benar. Yang tidak mau hadir adalah mereka yang punya undangan. Sementara, orang yg tidak punya undangan tidak bisa dibilang tidak mau hadir, melainkan tidak bisa hadir.

“Tidak mau hadir” dan “tidak bisa hadir” → intinya sama “tidak hadir”--> mati

Tapi, orang yang tidak bisa hadir itu kemudian dibuat hadir oleh si raja. Dari catatan Lukas, kita melihat bahwa ketika raja mengundang kelompok yang kedua (yang miskin, cacat, lumpuh), undangannya tsb bersifat imperatif via hamba-hambanya (membawa (eisago) dan memaksa (anagkazo) ).

Jadi, masalahnya sekarang adalah bukan soal undangan lagi (Sebab, dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang punya undangan mau hadir). Masalahnya sekarang adalah apakah yang hadir itu berpakaian pesta atau tidak.


--bersambung di bawah---
« Last Edit: October 01, 2012, 01:19:04 AM by pinoq »

Offline pinoq

  • FIK - Full
  • ***
  • Posts: 223
  • Reputation Power:
  • Denominasi: belum pasti
Re: Dibenarkan karena Iman
« Reply #59 on: October 01, 2012, 01:20:39 AM »
sambungan @odading

Quote
saya tidak menemukan ke-sinkronan antara "berbagai jenis ikan" dgn "orang orang miskin/lumpuh".Apakah saat menciduk ikan, penciduk itu secara otomatis memilah milah jenis ikan yg segar2 saja ? :)

13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.”

Quote
Tidak pula ada dinyatakan di ayat bhw yg "dipaksa" tsb adalah orang orang miskin, cacat dan lumpuh. Dimana ayat yg menyatakan bhw yg tidak di undang tsb adalah yg ungu di Matius 22:1-14 tsb ?

Tidak dicatat oleh Matius, tapi dicatat oleh Lukas (Luk 14:21 -23)

Quote
Bahkan, pada Matius disini --- "undangan" kembali lagi disebut oleh tuan rumah. ----> "(9) Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana".

Matius memang hanya mencatat bahwa perintah raja adalah mengundang, Namun, Lukas mencatat secara lebih spesifik bahwa undangan yang kali ini bersifat imperatif (membawa (eisago) dan memaksa (anagkazo) ). Jadi, sifatnya berbeda dengan undangan yang pertama. Bila undangan yang pertama bisa ditolak, undangan yang kedua (yang diperintahkan si raja) bersifat tak dapat ditolak (itu sebabnya saya pakai kata di”ciduk” ---> seperti para gelandangan, pelacur, preman diciduk pamong praja).

Quote
Sekali lagi, bisa tolong cantumkan ayat Matius 22:1-14 yg berisi bhw yg diciduk itu HANYA terdiri dari orang orang miskin/cacat/lumpuh, dan mereka bukan tipe yg bisa punya baju pesta ?

Tidak dicatat oleh Matius, tetapi dicatat oleh Lukas (14:21-23)

“Orang-orang yang jahat dan orang-orang yang baik” → catatan Matius
“Orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh + orang-orang yang ada di semua jalan dan lintasan” → catatan Lukas

Artinya: orang-orang yang di”ciduk” adalah mereka yang diperlakukan sebagai “sampah masyarakat”.

Quote
Sirkular pinoq - nggak sinkron. Di awal kamu bilang SEMUA TIDAK MAU datang, namun disini kamu nyatakan yg bold merah. :)

Kalo bro oda perhatikan, ketika saya berbicara ttg orang yang tidak mau datang di post saya sebelumnya, saya sedang berbicara ttg orang-orang yang mendapat undangan. Saya tidak bicara ttg semua orang. DI post saya tsb, saya bilang: “Yang digambarkan adalah tamu undangan yang TIDAK MAU” dan “Kalau sudah begitu, apakah Allah masih akan menggunakan metode “undangan” atau “tawaran” dalam menyelamatkan manusia? Jelas sekali ditunjukan di perumpamaan tsb bahwa ketika keselamatan itu ditawarkan (metode “undangan”) maka tidak ada yang mau.

Sementara itu, orang-orang yang hadir adalah orang-orang yang di”ciduk” (imperatif). Artinya, kalau tidak di'ciduk', ya mereka tidak bisa datang.
 
Quote
Tarolah saya sepakat dgn quote diatas, Bukankah ini menunjukan KARENA orang2 yang .... (natural manusia), MAKA si raja mengundang mereka ?

Kurang tepat, bro. Faktor sebabnya adalah kehendak si raja yang memerintahkan hamba-hambanya untuk men”ciduk” orang-orang. Orang-orang itu di”ciduk” karena ada perintah si raja, bukan karena mereka punya sesuatu pada diri mereka yang membuat mereka bisa hadir di pesta raja, 

Quote
Jadi sekarang ceritanya, yang si raja mau selamatkan adalah orang2 YANG miskin/cacat/lumpuh dan berbaju compang-camping ? (dalam kisah di Matius 22:1-14 versi pinoq :)

Ya. Si raja mau menyelamatkan orang-orang yang tidak bisa hadir karena tidak punya undangan. Yang punya undangan justru dimusnahkan raja (karena tidak ada seorangpun yang telah diundang –thus punya undangan-- mau datang).

Quote
Sungguh saya nggak ngerti, jelas jelas ayat menyatakan :Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?

Kok pinoq jadi berkesimpulan si raja itu berkehendak yang hadir dipesta tsb berpakaian compang-camping oleh karena yg diciduk itu orang orang miskin ???

Saya berkesimpulan seperti itu karena Lukas mencatat bahwa yang hadir adalah orang-orang miskin. Dan, by logic, orang-orang miskin tidak punya pakaian pesta. Lantas, sebodoh itukah seorang raja bahwa ketika ia menhadirkan orang-orang miskin maka ia mengharapakan orang-orang miskin itu berpakaian pesta layaknya tamu-tamu raja?

 
Quote
---> ya... jadi berarti tergantung dari orang yg "berpakaian pesta" atau kagak.
 Dan dalam parabel di Matius 22:1-14, si raja TIDAK mengenakan baju pesta ke semua yg hadir tetapi satu orang. Melainkan yang hadir tsb datang dengan mengenakan baju pesta, tetapi satu orang.

Ya, Dan, si raja sudah expect bahwa tamu-tamunya bakal berpakaian layaknya orang miskin berpakaian. Pakaian macam inilah yang kemudian diakui raja sebagai pakaian pesta. Dan, ketika si raja masuk ke hall pesta, ia langsung mengidentifikasi satu orang. Mengapa? Karena satu orang tsb tidak berpakaian layaknya orang miskin, yg telah diakui oleh raja sebagai pakaian pesta.

Pada post saya sebelumnya, saya bilang bahwa “pakaian pesta” adalah Kristus. Nah, bila digambarkan sebagai pakaian pesta, maka pakaian pesta macam apa Kristus itu? Apakah ia adalah pakaian pesta yang layaknya diakui oleh dunia sebagai pakaian pesta? Tidak, kan? Sebab, keberadaan Kristus sendiri adalah sebuah keberadaan yang berbeda, yang kontras dengan ekspektasi dunia, yang singular dan particular. Seperti apa pakaian pesta yang singular dan particular itu? Yang bukan sesuai dengan ekspektasi dunia, melainkan sesuai dengan ekspektasi pengutusNya (Allah).

Saya mengakurkan interpretasi saya soal pakaian pesta tsb dengan wacana panggilan orang Kristen di dunia, seperti yang terungkap dalam ayat: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan  kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm 12:2) ---> pakaian pesta yang dikenan raja bukan pakaian pesta yang diakui dunia.

Quote
Prinsip SebabAkibat disitu adalah : Karena yg hadir berbaju pesta, Maka si raja menerimanya ... BUKAN Karena si raja mengenakan baju pesta kepada yg hadir disitu, Maka si raja menerimanya.

Kurang tepat, bro. Sebab, pada saat ini sikap si raja bukan soal “mau menerima yang mana”. Pada saat ini, si raja sudah memerintahkan untuk menghadirkan. Sikap raja pada bagian ini adalah “mau mengusir yang mana” (bahkan, membasmi yang mana).

Prinsip sebab-akibatnya pun menjadi: “Karena ada orang yang tidak berpakaian pesta spt yang dikenan si raja, maka orang tsb diusir/dibasmi”. Ini tidak sama dengan “Karena berpakaian pesta spt dikenan raja, maka raja menerima mereka”. Sebab, si raja sudah menerima mereka duluan (yakni ketika ia memerintahkan hamba-hambanya untuk men”ciduk” mereka). Penerimaan si raja bukan disebabkan oleh keputusan orang-orang yang hadir, melainkan oleh karena kehendak si raja sendiri ketika ia memberika perintah itu.

Quote
Lalu dimana model unsur "Penarikan Allah" versi pinoq ? versi pinoq : "semua manusia mati, gak bisa ngapa2in lagi - kalo tidak ditarik Allah"

Dimana ke-paralelan-nya antara "semua manusia mati" dgn "para hadirin di yg terdiri dari orang2 baik dan jahat di pesta tsb" ?

Semua orang yang diundang tidak mau datang ---> tidak hadir ---> mati
Orang yang tidak punya undangan tidak bisa datang ---> tidak hadir ---> mati
Jadi, semua orang (yang punya undangan + yg tidak punya undangan) mati.

Orang yg kemudian hadir di pesta itu adalah orang2 yang di”ciduk” Allah.


Salam
« Last Edit: October 01, 2012, 01:23:07 AM by pinoq »