Ya, sependapat.
Jadi disini ADA unsur keterlibatan natural manusia ---> yaitu antara mau atau tidak-mau.
terimakasih atas masukan ayat dari pinoq, barusan saya membacanya.
Bila kita membaca perumpamaan tsb, maka terlihat jelas bahwa unsur keterlibatan manusia itu TIDAK digambarkan dengan adanya tamu undangan yang mau dan yang tidak mau. Yang digambarkan adalah tamu undangan yang TIDAK MAU. Dengan demikian, Yesus menggambarkan kondisi natural manusia setelah jatuh dalam dosa, yakni TIDAK MAU alias MENOLAK karena mereka memiliki sesuatu yang lebih mereka kasihi daripada Allah.
Dengan demikian, yang jadi fokus dalam perumpamaan ini bukan metode Allah menyelamatkan manusia (diundang atau dipaksa), melainkan fakta ttg kondisi natural manusia setelah jatuh dalam dosa, yakni TIDAK MAU alias MENOLAK Allah.
Kalau sudah begitu, apakah Allah masih akan menggunakan metode “undangan” atau “tawaran” dalam menyelamatkan manusia? Jelas sekali ditunjukan di perumpamaan tsb bahwa ketika keselamatan itu ditawarkan (metode “undangan”) maka tidak ada yang mau.
Orang2 lain yg "dipaksa" datang dan akhirnya hadir di pesta tsb, ADA yg datang mengenakan baju pesta dan ada pula yg tidak mengenakan baju pesta. Dan pada akhir ayat : (14) Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.. Jadi yg dipilih adalah orang orang yg hadir berpakaian pesta ---> jadi disini ada keterlibatan unsur natural manusia.
Pada bagian ini, telah jelas bahwa metode penyelamatan Allah bukan metode “undangan” atau “tawaran”. Orang-orang yang kemudian hadir memenuhi hall pesta adalah orang-orang yg “diciduk” dari jalanan. Ini seperti yang ada dalam perumpamaan pukat (Mat 13:47)
13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.Orang-orang yang “diciduk” dari jalanan itu bagaikan berbagai jenis ikan-ikan yang terjaring pukat. Dan, sama seperti ikan-ikan itu, orang-orang itu tidak ditawari dan tidak berkeputusan.
Sekarang, siapakah yang “diciduk” oleh hamba-hamba Allah? Orang2 miskin dan cacat dan lumpuh dari jalanan dan lorong2 kota. Apakah mereka tipe orang yang punya baju pesta? Apakah mereka tipe orang yang bisa beli baju pesta? Tidak. Mereka bukan tipe orang yang punya atau bisa punya baju pesta.
Saya baru bisa mengerti (ataupun berpendapat) terdapat unsur Penarikan apabila di ayat Matius tsb, dikisahkan misal sbb : Semua orang yang hadir di pesta tsb, tidak mengenakan pakaian pesta --- oleh karena itu, tuan rumah mengenakan baju pesta ke sebagian kelompok dari orang2 tsb. Setelah sebagian kelompok mengenakan baju pesta (karena di kenakan oleh si tuan rumah) dan sebagian kelompok tidak mengenakan baju pesta (karena tuan rumah tidak mengenakan baju pesta ke kelompok ini) --- maka tuan rumah mengikat dan mencampakan orang2 yang tuan rumah tidak kenakan baju pesta.
Well, Yesus tidak mengatakan di perumpamaanNya tsb bahwa si raja memberikan baju pesta kepada orang-orang yang “diciduk” itu.
JUGA,
apabila di ayat Matius tsb dikisahkan misal sbb : tuan rumah menyuruh hamba-hambanya agar saat "memaksa" orang lain tsb (orang2 diluar yg telah menerima undangan) untuk berkata ke sebagian yang "dipaksa" : 'saat datang ke pesta kenakanlah baju pesta', dan ke sebagian yang lain TIDAKdisampaikan kalimat tsb --- sehingga tentu disaat orang orang ini hadir di pesta, sebagian kelompok ada yg memakai baju pesta, sebagian lagi tidak berbaju pesta --- barulah saya bisa mengertikan (atopun berpendapat) bhw di kisah tsb ada unsur Penarikan.
Yang ini juga tidak dikatakn Yesus dalam perumpamaanNya tsb.
Nah, kalo menurut pinoq --- dimanakah adanya unsur Penarikan di kisah Matius tsb ?
Apakah disaat kisah menyatakan : tuan rumah memilih yg berbaju pesta dan mencampakkan yg tidak berbaju pesta ? (please CMIIW)
Saya melihat unsur “penarikan Allah” itu di bagian ini:
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.Ada
satu orang di antara kerumunan, yang diidentifikasi sebagai orang yang tidak layak hadir di pesta tsb
hanya oleh si raja, yakni hanya setelah si araja sendiri yang menilik ke orang-orang yang hadir.
Seperti apakah orang itu? Siapakah dia? Mengapa hanya si raja yang mengidentifikasi ketidaklayakannya?
Ingat, orang-orang yang “diciduk” itu adalah orang-orang miskin semua, yakni orang-orang yang naturally pakai baju khas orang miskin (compang-camping, dekil, kumal, bau, dll). Satu orang ini langsung terlihat bedanya oleh si raja karena ia pakai baju yang beda dari yang lain, yang mungkin menurut dia adalah baju yang layak untuk dipakai ke pesta raja.
Orang ini bukan bagian dari orang-orang yang “diciduk” hamba-hamba si raja. Orang ini datang dengan niatnya sendiri, merasa dirinya pasti diterima di pesta tsb. Mengapa? Kita lihat.
Kata raja “
Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?” Kata “saudara” di situ berarti comrade atau friend. Jadi, orang ini adalah orang yang familiar dengan lingkungan kerajaan. Itu sebabnya hamba-hamba si raja mempersilahkan dia masuk tanpa pikir dua kali karena toh orang ini adalah seorang comrade, rekan, teman. Hanya si raja yang melihat ketidaklayakan orang itu.
Namun, si raja melihat sampai ke hati. Baju yang dipakai orang itu tidak menutupi pandangan raja, meskipun bajunya itu beda sendiri dari yang lain, baju yang ia pikir sebagai baju pantas utk pesta. Namun, justru BUKAN baju itu yang disebut oleh si raja sebagai baju pesta. Si raja berkehendak untuk menjamu orang-orang miskin, cacat, lumpuh, yakni orang-orang yang bajunya compang-camping. Itu sebabnya si raja langsung mengenali orang tsb di antara kerumunan orang banyak di hall pesta tsb.
“Hey, Anda yang pakai jas...kok Anda bisa masuk?” kata si raja. Ini versi vulgar saya. “O o o, Anda pikir Anda layak hadir di pesta ini, ya? Mampus sana!”
Jadi, baju pesta yang sesungguhnya adalah baju yang si raja mau lihat, bukan baju yang orang pikir pantas sebagai baju pesta. Orang yang diselamatkan Allah adalah orang yang Allah mau selamatkan, bukan orang yang berusaha pantas untuk diselamatkan tapi dengan usahanya itu malah jadi tidak sesuai dengan kemauan Allah.
Baju itu adalah Kristus (Roma 13:14; Gal 3:27.). Satu orang itu adalah orang yang berada dalam lingkungan umatNya (Gereja), melakukan pekerjaan-pekerjaan pelayanan layaknya pekerjaan umat Allah, berseru2 Tuhan! Tuhan!, bernubuat demi namaNya, mengusir setan demi namaNya, mengadakan banyak mujizat demi nama-Nya, tapi ia tidak pernah dikenal Allah (Matius 7:21-23). Mengapa? Karena “baju pesta” yang Allah mau lihat tidak ada padanya, yakni Kristus.
Lalu, di mana unsur penarikannya? Kembali pada bagaimana orang bisa datang kepada Kristus. Tidak ada orang yang datang kepada Kristus, kalau Bapa tidak menariknya kepadaNya.
Apabila jawabannya YA, bukankah artinya disitu memang ada terdapat unsur SebabAkibat yg berkaitan antar pihak si pengundang yaitu si tuan rumah dgn pihak yg hadir di pesta ? (yg berbaju pesta dipilih ikut perjamuan, yg tidak berbaju pesta dicampakkan)
Ya, ada prinsip sebab-akibat. Kalau mengenakan Kristus, selamat. Kalau tidak mengenakan Kristus, tidak selamat.
salam.