Forim Iman Kristen
Diskusi Tanya Jawab => Diskusi Kitab Suci => Topic started by: John Paul III on July 15, 2012, 04:37:58 AM
-
Studi kasus:
Si A adalah pelanggar HAM, suka membunuh, dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Suatu saat si A tertangkap dan di adili.
Jika kita yang menjadi hakim dari si A tsb. , dan sebagai seorang kristen,.. bagaimanakah kita harus memutuskan ?
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
-
Studi kasus:
Si A adalah pelanggar HAM, suka membunuh, dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Suatu saat si A tertangkap dan di adili.
Jika kita yang menjadi hakim dari si A tsb. , dan sebagai seorang kristen,.. bagaimanakah kita harus memutuskan ?
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
Ikutan diskusi Bro John (http://www.laymark.com/l/m/m059.gif) (http://www.laymark.com)
19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:1 ITB)
Pararel thd ayat diatas.
Dengan dasar hukum dunia, saya akan memberikan hukuman sesuai dengan hukum dunia yang ditetapkan untuk kesalahan si A tersebut.
Akan tetapi saya akan tetap berdoa agar kasih Allah bekerja untuk si A.
(http://www.laymark.com/l/m/m177.gif) (http://www.laymark.com)
-
Ikutan diskusi Bro John (http://www.laymark.com/l/m/m059.gif) (http://www.laymark.com)
19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:1 ITB)
Pararel thd ayat diatas.
Dengan dasar hukum dunia, saya akan memberikan hukuman sesuai dengan hukum dunia yang ditetapkan untuk kesalahan si A tersebut.
Akan tetapi saya akan tetap berdoa agar kasih Allah bekerja untuk si A.
(http://www.laymark.com/l/m/m177.gif) (http://www.laymark.com)
Kalau tetap menghukum,.. berarti bro phoeey tidak ada rasa kasihan pada si A dong ...???
Sedangkan kalau bro ada rasa kasihan pada si A,.. maka bro (sebagai hakim) akan memaafkan kesalahan si A dan membebaskannya.
dilema...dilema...
-
Kalau tetap menghukum,.. berarti bro phoeey tidak ada rasa kasihan pada si A dong ...???
Sedangkan kalau bro ada rasa kasihan pada si A,.. maka bro (sebagai hakim) akan memaafkan kesalahan si A dan membebaskannya.
dilema...dilema...
Yaa gimana lagi.
Karena saya kan berada pada posisi hakim. Otomatis saya dahulukan kewajiban saya untuk mengadili.
Tetapi bila saya pada posisi si B yang menderita akibat perbuatan si A.
Maka saya akan mendahulukan forgiveness kepada si A. (Kalo ngomong gampang, tapi kenyataan bisa2 saya asah pedang :violent1: )
Begitu Bro John.
Memang apa ada ayat yang menyatakan bahwa hakim yang maha pengampun ??
-
Studi kasus:
Si A adalah pelanggar HAM, suka membunuh, dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Suatu saat si A tertangkap dan di adili.
Jika kita yang menjadi hakim dari si A tsb. , dan sebagai seorang kristen,.. bagaimanakah kita harus memutuskan ?
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
:icon_biggrin: Menurut saya, jika kita yang menjadi hakim pada kasus tersebut, kita harus bersikap sebagai hakim, bukan bersikap sebagai Kristen. Memang benar, di negara kita ini, mengingat sila pertama Pancasila, tidak mungkin seseorang bisa menjadi hakim bila tidak beragama (berkepercayaan). Namun, setelah terekrut menjadi hakim, saya kira, walau dia menganut kristen, kekristenan si hakim harus agak dikebelakangkan. Meski si hakim melepas kekristenannya saat menghakimi, namun ajaran kekristenan itu sudah menyatu dalam pribadi si hakim, dan keputusan yang diambil layak diharapkan memang kristiani. Kristiani bukan Kristus, bukan? Yahhh... berupaya menyerupai Kristus, tetapi bukan Kristus.
Si pelanggar HAM yang ketangkap itu juga, idealnya, sudah mengetahui bahwa dia melanggar HAM, maka konsekuensi pelanggarannya harus diembannya. Kalau dia tidak ingin menerima hukuman, maka dia harusnya tidak melakukan pelanggaran. Jadi, sepanjang si hakim mendasarkan keputusannya pada aturan hukum yang berlaku di pengadilan dunia, saya pikir, tidak perlu ada kerisauan.
Agak OOT sedikit, mungkin berdekatan dengan latar pikir JP III mengemukakan studi kasus ini, ialah pemikiran para tersangka/terdakwa kasus-kasus kriminal. Yang akhir-akhir ini mengemuka kembali ialah kasus "Jagal dari Jombang". Ketika melakukan pelanggaran HAM, sang tokoh tersebut tidak mengenakan atribut agama. Ketika menjalani proses peradilan, sang tokoh mengenakan atribut agama secara lengkap. Kira-kira, apa tujuannya?
Menurut saya, ya untuk 'mengemis' empati dari sang hakim yang juga seorang pemeluk agama, agar ketika mengambil keputusan, menyelipkan nilai-nilai kebaikan agama yang dianutnya. Nah, jika kembali ke pertanyaan studi kasus, maka sebagai seorang Kristen yang ditunjuk sebagai hakim, saya harus mengikuti ajaran Jesus Kristus, yang telah dikemukakan Phooey. Saya sependapat dengannya. Pada saat menjalankan tugas sebagai hakim, sang hakimnya harus mengkebelakangkan kekristenannya, sebab pada saat pengadilan itu, sang hakim menjalankan urusan dunia, bukan urusan Tuhan. Yahhh... istilah kerennya, pada saat mengambil keputusan profesi, maka si pengambil keputusan harus memilih professional judgement, bukan yang lain.
Itu dari saya, damai, damai, damai.
-
Studi kasus:
Si A adalah pelanggar HAM, suka membunuh, dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Suatu saat si A tertangkap dan di adili.
Jika kita yang menjadi hakim dari si A tsb. , dan sebagai seorang kristen,.. bagaimanakah kita harus memutuskan ?
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
kadang hukuman dapat menjadikan org yang dihukum sadar..
jadi aku pikir sangat pantas kalau ada hukuman TETAPI bukan atas dasar dendam.. :laughing7:
-
kadang hukuman dapat menjadikan org yang dihukum sadar..
jadi aku pikir sangat pantas kalau ada hukuman TETAPI bukan atas dasar dendam.. :laughing7:
Oh iya, bro, itu harus, karena dasarnya adalah keadilan.
Hukuman yang diberikan bukan dalam rangka pembalasan, tetapi hukuman terhadap tindak kesalahannya, serta membuat jera agar kesalahan yang sama tidak diulang kembali.
Itulah mengapa Katolik menolak hukuman mati.
Syalom
-
Studi kasus:
Si A adalah pelanggar HAM, suka membunuh, dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Suatu saat si A tertangkap dan di adili.
Jika kita yang menjadi hakim dari si A tsb. , dan sebagai seorang kristen,.. bagaimanakah kita harus memutuskan ?
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
dihukum bro menurut standard hukum yang berlaku...dan afaik sudah ada beberapa pertimbangan termasuk...
1. apakah si terdakwa menyesali perbuatannya
2. apakah si terdakwa memberikan keteranang berbelit2..
3. apakah ini perbuatan yang pertama atau bagaimana...
setelah dihukum sesuai standard hukum ada penilaian lain yang di lakukan setelah si terhukum masuk penjara...kelakukan baik dll...
dan imho ini ada remisi tersendiri.
Sebagai orang kristen justru kita terpanggil untuk menegakkan keadilan tanpa pandang bulu.
salam damai :)
-
Iya sih.. Sebagai hakim kita harus adil.
(Untung Yesus itu compassion-nya lebih tinggi dari justice..... sehingga dia tidak menghukum kita malah sebaliknya mengampuni... )
-
yang bisa mengampuni perbuatan nya adalah keluarga korban, yang bisa mengampuni dosa nya adalah Tuhan. Sebagai hakim saya akan menghukumnya setimpal dengan perbuatan nya dan memperlakukan nya sebagai manusia. Itu juga sudah mencerminkan kasih.
-
yang bisa mengampuni perbuatan nya adalah keluarga korban, yang bisa mengampuni dosa nya adalah Tuhan. Sebagai hakim saya akan menghukumnya setimpal dengan perbuatan nya dan memperlakukan nya sebagai manusia. Itu juga sudah mencerminkan kasih.
Salam Damai.
Semisal ternyata perbuatannya benar2 keji.......dimana berimplikasi ke arah hukuman mati.
Apakah Bro tetap menjatuhkan hukuman mati ?? (http://www.cute-factor.com/images/smilies/onion/014.gif)
Kalau pengampunan kan sudah banyak ya ayat2nya.
Tapi perasaan belum pernah menemukan ayat Alkitab yang tersurat dan tersirat menyetujui hukuman mati.
GBU
:):)
-
Salam Damai.
Semisal ternyata perbuatannya benar2 keji.......dimana berimplikasi ke arah hukuman mati.
Apakah Bro tetap menjatuhkan hukuman mati ?? (http://www.cute-factor.com/images/smilies/onion/014.gif)
Kalau pengampunan kan sudah banyak ya ayat2nya.
Tapi perasaan belum pernah menemukan ayat Alkitab yang tersurat dan tersirat menyetujui hukuman mati.
GBU
:):)
hakim kan bisa menolak untuk menangani kasus....jadi untuk kasus spt ini saya tolak aja deh....ngeles.....
-
hakim kan bisa menolak untuk menangani kasus....jadi untuk kasus spt ini saya tolak aja deh....ngeles.....
Di forum sebelah, saya pernah diskusi masalah hakim dalam memutuskan hukuman mati, atau tidak.
Sebenarnya, tidak ada keharusan seorang hakim memutus hukuman mati. Jadi kalau menurut nuraninya tidak cocok memvonis mati, ya janga diputus mati.
Syalom
-
yang bisa mengampuni perbuatan nya adalah keluarga korban, yang bisa mengampuni dosa nya adalah Tuhan. Sebagai hakim saya akan menghukumnya setimpal dengan perbuatan nya dan memperlakukan nya sebagai manusia. Itu juga sudah mencerminkan kasih.
bro ..
biarpun hakim,.. anda juga kan manusia.. dan kristen pulak... orang kristen kan dituntut untuk selalu penuh compassion (seperti dicontohkan Yesus sendiri)..
hayo bagaimana ?
-
bro ..
biarpun hakim,.. anda juga kan manusia.. dan kristen pulak... orang kristen kan dituntut untuk selalu penuh compassion (seperti dicontohkan Yesus sendiri)..
hayo bagaimana ?
Karena itu Bro....
Saya sendiri menghindari jabatan yang mengharuskan pekerjaan mirip hakim.
Kalau di perusahaan seperti HRD & Personalia.
Kalau karyawan tidak mampu .... harus dilepas.
Kadang2 enggak tega.....kepingin nya sih ngajar sampai memenuhi kriteria.
(http://www.laymark.com/l/m/m173.gif) (http://www.laymark.com)
-
bro ..
biarpun hakim,.. anda juga kan manusia.. dan kristen pulak... orang kristen kan dituntut untuk selalu penuh compassion (seperti dicontohkan Yesus sendiri)..
hayo bagaimana ?
hakim kan bisa menolak untuk menangani kasus....jadi untuk kasus spt ini saya tolak aja deh....ngeles.....
-
hukum dunia di tentukan oleh dunia, hukum surga ditentukan oleh Yesus..
kita boleh menjadi hakim kasus dunia..
-
hukum dunia di tentukan oleh dunia, hukum surga ditentukan oleh Yesus..
kita boleh menjadi hakim kasus dunia..
Batasannya bagaimana bro?
-
Batasannya bagaimana bro?
yang bahaya batasan nya kalo penafsiran masing2....
-
yang bahaya batasan nya kalo penafsiran masing2....
Naah, itu kan yang paling mudah dan ampuh untuk dilaksanakan.
Syalom
-
Ikutan diskusi Bro John (http://www.laymark.com/l/m/m059.gif) (http://www.laymark.com)
19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:1 ITB)
Pararel thd ayat diatas.
Dengan dasar hukum dunia, saya akan memberikan hukuman sesuai dengan hukum dunia yang ditetapkan untuk kesalahan si A tersebut.
Akan tetapi saya akan tetap berdoa agar kasih Allah bekerja untuk si A.
(http://www.laymark.com/l/m/m177.gif) (http://www.laymark.com)
Saya sependapat ama phoeey.
Sesuai dgn urutan rangkingnya :
1. Law
2. Compassion = Justice
3. Punishment
Tuhanpun kayaknya nggak mencampur-aduk kan 3 point tsb, namun urutan rangkingnya berbeda :
Compassion
Law = Justice
Punishment
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
Bagi yang nanti masuk neraka, kan nggak menjadikan artinya Tuhan TIDAK full of compassion :)
salam.
-
Studi kasus:
Si A adalah pelanggar HAM, suka membunuh, dan bertindak tidak adil terhadap sesama.
Suatu saat si A tertangkap dan di adili.
Jika kita yang menjadi hakim dari si A tsb. , dan sebagai seorang kristen,.. bagaimanakah kita harus memutuskan ?
Apakah kita harus adil,.. atau kita harus full of compassion ??
Kalau saya hakimnya, saya akan mengusahakan keadilan bagi si A. Itulah compassion saya.
Jadi, saya tidak melihat ada dilema di kasus ini. Apakah kalau kita tidak memvonis si A dng hukuman yang setimpal lantas kita tidak menunjukan Christian compassion atas si A? Tidak.
-
Kalau saya hakimnya, saya akan mengusahakan keadilan bagi si A. Itulah compassion saya.
:icon_thumleft: - sependapat :)
Law is Law.
Justice is 'compassion' :3some:
Punishment is punishment.
-
Kalau saya hakimnya, saya akan mengusahakan keadilan bagi si A. Itulah compassion saya.
Jadi, saya tidak melihat ada dilema di kasus ini. Apakah kalau kita tidak memvonis si A dng hukuman yang setimpal lantas kita tidak menunjukan Christian compassion atas si A? Tidak.
Compassion itu tidak menghukum,...
Compassion itu SELALU mengampuni..
Kalau anda hakim dan menghukum, berarti anda hanya ADIL saja,.. tidak compasssion..
Kalau anda mengampuni dan membebaskan dari hukuman,.. berarti anda hanya compassion saja.
compassion and justice tampaknya seperti dua sisi mata uang yang saling bertolakbelakang di sini.
hayo gimana .. he he
-
:icon_thumleft: - sependapat :)
Law is Law.
Justice is 'compassion' :3some:
Punishment is punishment.
Bro oda...
Mana mungkin anda menghukum si A,.. jika hati anda penuh compassion...?
Seseorang yang hatinya dipenuhi compassion,.. itu tidak akan pernah bisa menghukum..
sebab menghukum = menyakiti
dan menyakiti against compassion..
hayo gimana ???
tambah seru...
-
Bagi yang nanti masuk neraka, kan nggak menjadikan artinya Tuhan TIDAK full of compassion :)
salam.
bro Oda,..
Saya rasa mereka yg masuk neraka bukan karena mereka tidak menerima compassion dari Tuhan.
Tuhan (lewat Yesus) telah memberikan compassion itu,.. tapi sayang,.. mereka menolak.
Jadi mereka yg ke neraka itu adalah karena ulahnya sendiri.
Kalau pak hakim dalam kasus si A diatas,.. problemnya adalah disuruh memilih (sebagai manusia kristen), apakah pilih compassion atau justice.
Jadi hakim dan Tuhan sangat berbeda.
Tuhan TELAHmemberi compassion (tapi manusia menolaknya, sehingga manusia itu masuk neraka),
sedangkan,
pak Hakim dalam kasus di atas,.. SEDANG memilih antara justice atau compassion.
begitu kira-kira.
-
Saya termasuk yang mampu menghukum walau mengasihi. Contohnya saat kita memberi hukuman pada anak. Atau kepada karyawan.
Bukankah seharusnya memang begitu?
-
Bro oda...
Mana mungkin anda menghukum si A,.. jika hati anda penuh compassion...?
Begini maksud saya John...
Dalam 'kasus' seperti yg dipaparkan di awal topik... sebagai hakim setidaknya kan harus melihat dikedua belah pihak.... pihak pembunuh (A) dan pihak keluarga yg dibunuh (B).
Oleh karena itu saya me'nyetarakan' Adil (Justice) = BekasKasih (Compassion).
IMO,
Hakim tidak mungkin ... :
1. sementara dia Compassion ke si A dgn membebaskannya - maka artinya dia tidak adil thdp keluarga si B
2. Compassion thdp keluarga si B, menjatuhkan hukuman semena-mena ke si A ---> tidak adil thdp si A.
Jadi disini, BelasKasih berjalan berimbang dgn Keadilan.
(yah menurut saya aja siiii ... :)).
Saya rasa mereka yg masuk neraka bukan karena mereka tidak menerima compassion dari Tuhan.
Tuhan (lewat Yesus) telah memberikan compassion itu,.. tapi sayang,.. mereka menolak.
Jadi mereka yg ke neraka itu adalah karena ulahnya sendiri.
Oleh karena itu saya taroh Compassion di nomor-1 kalo menyangkut 'urusan' Tuhan ... :)
Namun kalo di urusan manusia kan dasarnya bukan Compassion, melainkan LAW negara dulu ---> dan sang hakim yg hidup di negara tsb PUN dibawah LAW ini. Oleh karena itulah saya sependapat dgn phooey :
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.".
Se-full-of-Compassion-nya si hakim, IMO - dia masih dibawah "apa yg wajib dia berikan kepada negara".
Kalau pak hakim dalam kasus si A diatas,.. problemnya adalah disuruh memilih (sebagai manusia kristen), apakah pilih compassion atau justice.
Negara berdasarkan LAW dan penduduknya dituntut utk mematuhi LAW negara, maka IMO - hakim HARUS memilih Justice.
kecuali ayatnya :
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar Allah dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.". wkwkwk .... :laughing7:
Tapi ini cuma menurut saya aja loh... :)
salam.
PS : Bentuk Compassion bisa dia lakukan dgn mensupport istri dan bayi-nya si A, misalnya... hehehe.
-
bro Oda,..
Saya rasa mereka yg masuk neraka bukan karena mereka tidak menerima compassion dari Tuhan.
Tuhan (lewat Yesus) telah memberikan compassion itu,.. tapi sayang,.. mereka menolak.
Jadi mereka yg ke neraka itu adalah karena ulahnya sendiri.
Kalau pak hakim dalam kasus si A diatas,.. problemnya adalah disuruh memilih (sebagai manusia kristen), apakah pilih compassion atau justice.
Jadi hakim dan Tuhan sangat berbeda.
Tuhan TELAHmemberi compassion (tapi manusia menolaknya, sehingga manusia itu masuk neraka),
sedangkan,
pak Hakim dalam kasus di atas,.. SEDANG memilih antara justice atau compassion.
begitu kira-kira.
Begini maksud saya John...
Dalam 'kasus' seperti yg dipaparkan di awal topik... sebagai hakim setidaknya kan harus melihat dikedua belah pihak.... pihak pembunuh (A) dan pihak keluarga yg dibunuh (B).
Oleh karena itu saya me'nyetarakan' Adil (Justice) = BekasKasih (Compassion).
IMO,
Hakim tidak mungkin ... :
1. sementara dia Compassion ke si A dgn membebaskannya - maka artinya dia tidak adil thdp keluarga si B
2. Compassion thdp keluarga si B, menjatuhkan hukuman semena-mena ke si A ---> tidak adil thdp si A.
Jadi disini, BelasKasih berjalan berimbang dgn Keadilan.
(yah menurut saya aja siiii ... :)).
Oleh karena itu saya taroh Compassion di nomor-1 kalo menyangkut 'urusan' Tuhan ... :)
Namun kalo di urusan manusia kan dasarnya bukan Compassion, melainkan LAW negara dulu ---> dan sang hakim yg hidup di negara tsb PUN dibawah LAW ini. Oleh karena itulah saya sependapat dgn phooey :
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.".
Se-full-of-Compassion-nya si hakim, IMO - dia masih dibawah "apa yg wajib dia berikan kepada negara".
Negara berdasarkan LAW dan penduduknya dituntut utk mematuhi LAW negara, maka IMO - hakim HARUS memilih Justice.
kecuali ayatnya :
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar Allah dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.". wkwkwk .... :laughing7:
Tapi ini cuma menurut saya aja loh... :)
salam.
PS : Bentuk Compassion bisa dia lakukan dgn mensupport istri dan bayi-nya si A, misalnya... hehehe.
IMHO, kita mengampuni SESEORANG (manusianya), namun menghukum PERBUATANNYA, akan tetapi karena "Kesatuan Hipostatik" (pinjam istilah) antara SESEORANG dengan PERBUATANNYA, maka SEOLAH-OLAH kita menghukum SESEORANG, bukan hanya PERBUATANNYA :peace:
-
IMHO, kita mengampuni SESEORANG (manusianya), namun menghukum PERBUATANNYA, akan tetapi karena "Kesatuan Hipostatik" (pinjam istilah) antara SESEORANG dengan PERBUATANNYA, maka SEOLAH-OLAH kita menghukum SESEORANG, bukan hanya PERBUATANNYA :peace:
Berarti Mod Yopi setuju untuk diberlakukannya full compassion ?
:think:
-
Berarti Mod Yopi setuju untuk diberlakukannya full compassion ?
:think:
Aku setuju keduanya sama2 setara dan seimbang :)
-
IMHO, kita mengampuni SESEORANG (manusianya), namun menghukum PERBUATANNYA, akan tetapi karena "Kesatuan Hipostatik" (pinjam istilah) antara SESEORANG dengan PERBUATANNYA, maka SEOLAH-OLAH kita menghukum SESEORANG, bukan hanya PERBUATANNYA :peace:
terus terang saya kadang masih bingung ttg "kita menghukum".
Saya masih rancu antara :
Kita (sbg subjek yg manusia) melakukan penghukuman ?
versus
Hukum itu sendiri sebenernya yg "berbicara" ?
Maksud saya begini analoginya :
Suatu negara mempunyai Law/Rule : "melanggar lampu merah ditilang" yg dikeluarkan oleh presiden-nya ---> nah, pada kata "ditilang"... itu yg menilang si presiden ("presiden menilang" = "kita menghukum") ? atokah ya karena Rule itu sendiri yg "berbicara" (jadi mengabaikan / tidak bersangkut paut pada subjek penilang ... entah itu si presiden sendiri, polisi, hakim, dlsb).
salam.
-
terus terang saya kadang masih bingung ttg "kita menghukum".
Saya masih rancu antara :
Kita (sbg subjek yg manusia) melakukan penghukuman ?
versus
Hukum itu sendiri sebenernya yg "berbicara" ?
Maksud saya begini analoginya :
Suatu negara mempunyai Law/Rule : "melanggar lampu merah ditilang" yg dikeluarkan oleh presiden-nya ---> nah, pada kata "ditilang"... itu yg menilang si presiden ("presiden menilang" = "kita menghukum") ? atokah ya karena Rule itu sendiri yg "berbicara" (jadi mengabaikan / tidak bersangkut paut pada subjek penilang ... entah itu si presiden sendiri, polisi, hakim, dlsb).
salam.
Selamat pagi.
Dalam hal ini yang melakukan penghukuman adalah subyeknya.
Semisal hukum berbunyi : "Mencuri akan dihukum penjara 2 hari."
Si A melakukan pencurian dan tidak ketahuan.
Dalam hal ini terlihat karena tidak ketahuan maka si A tidak menjalani hukuman.
Walaupun si A sudah berbuat, tetapi "Hukum" tidak berbicara.
Hukum baru dapat berbicara melalui Petugas Hukum.
cmiiw
-
terus terang saya kadang masih bingung ttg "kita menghukum".
Saya masih rancu antara :
Kita (sbg subjek yg manusia) melakukan penghukuman ?
versus
Hukum itu sendiri sebenernya yg "berbicara" ?
Maksud saya begini analoginya :
Suatu negara mempunyai Law/Rule : "melanggar lampu merah ditilang" yg dikeluarkan oleh presiden-nya ---> nah, pada kata "ditilang"... itu yg menilang si presiden ("presiden menilang" = "kita menghukum") ? atokah ya karena Rule itu sendiri yg "berbicara" (jadi mengabaikan / tidak bersangkut paut pada subjek penilang ... entah itu si presiden sendiri, polisi, hakim, dlsb).
salam.
Selamat pagi.
Dalam hal ini yang melakukan penghukuman adalah subyeknya.
Semisal hukum berbunyi : "Mencuri akan dihukum penjara 2 hari."
Si A melakukan pencurian dan tidak ketahuan.
Dalam hal ini terlihat karena tidak ketahuan maka si A tidak menjalani hukuman.
Walaupun si A sudah berbuat, tetapi "Hukum" tidak berbicara.
Hukum baru dapat berbicara melalui Petugas Hukum.
cmiiw
Thanx bro :deal: :hug: :flower1:
-
Selamat pagi.
Dalam hal ini yang melakukan penghukuman adalah subyeknya.
Maksud saya "subjek" disini adalah si presiden sbg pencanang hukum :)
Misal ibarat begini :
Presiden : Kalo mencuri masuk penjara.
Apakah ini bermakna : Kalo mencuri, saya penjara-in loh.
Jadi dari situ kan terkesan, bukan hukum yg "berbicara" - melainkan presiden yg berbicara ... :). (bener gak yah ? saya sendiri juga masih gak jelas... :)).
Oleh karena itu kan sempet saya tulis :
atokah ya karena Rule itu sendiri yg "berbicara" (jadi mengabaikan / tidak bersangkut paut pada subjek penilang ... entah itu si presiden sendiri, polisi, hakim, dlsb).
Jadi maksud saya disini adalah : Hukum tidak berfokus kepada siapa si subjek pelaksananya, melainkan "berbicara"nya (isinya)... :).
Hukum baru dapat berbicara melalui Petugas Hukum.
maap... kok saya agak janggal yah dgn kalimatnya ? kesannya Hukum/Rule tsb berada "dibawah" PetugasHukum ? ---> dimana Kalo PetugasHukum gak ada, maka hukum gak bisa "berbicara".
IMO - Hukum tetep yg "berbicara", bahkan (menurut saya) si presiden itu sendiripun yg mencanangkan itu hukum - berada "dibawah" Hukum tsb.
Yah... tapi saya sendiri juga masih bingung kok utk kepastiannya --- makanya saya tanyakan disini ... hehehe :D.
anyway, makasih atas masukan siloam dan yopi.
:)
salam.
-
IMO - Hukum tetep yg "berbicara", bahkan (menurut saya) si presiden itu sendiripun yg mencanangkan itu hukum - berada "dibawah" Hukum tsb.
Yah... tapi saya sendiri juga masih bingung kok utk kepastiannya --- makanya saya tanyakan disini ... hehehe :D.
anyway, makasih atas masukan siloam dan yopi.
:)
salam.
IMHO, kalau bercermin dari Mrk 2:27, Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, dengan asumsi Sabat = Hukum, maka saya mengartikannya, Hukum dibuat untuk manusia, dan bukan manusia untuk hukum. Jika hukum dibuat untuk manusia, berarti hukum itu berada di bawah manusia, artinya manusia bisa mencederai hukum, sementara hukum tidak bisa mencederai manusia.
Damai, damai, damai.