Tema kita: berdiskusi tentang suatu subjek perbandingan.
Aya: kondisi adam before falls vs kondisi adam & keturunannya after adam falls.
Oda: kondisi adam before falls == kondisi adam & keturunannya after adam falls.
Baya,
sebenernya saya sudah post ke pak medice ttg perihal "kondisi" dan "nature".
Apabila baya sempet baca2 post saya ke pak medice, mungkin baya bisa menyimpulkannya ttg hal tsb.
Baya menulis "kondisi Adam" berbeda dgn "kondisi Kain".
Saya tidak menyanggahnya.
Yang saya sedang "cerewetin" adalah Natur.
Saya nggak ingin membahas terlalu panjang ttg hal ini (kondisi)... anyway agar baya mengerti - pertanyaan di benak saya tidak pernah terhenti yg sbb :
"bagaimana bisa 'tega2-nya' kita manusia menyatakan bhw Allah menciptakan diri kita dengan Natur
whatever but in negative sense gara2 Adam makan buah ?".
Jawaban pak medice sedikit mencerahkan saya :
Jiwa-jiwa keturunan Adam selanjutnya memang tidak mati/bercela in regard to God creating and infusing; but only with regard to the body into which it is infused ==> (Thomas Aquinas, ST, q 83, art. 1, reply to objection 4)
Pov bro soal "kodrat kecenderungan berbuat dosa" : (cmiiw)
Aya: ketika kita beri mainan pada kumpulan anak kecil usia 4 tahun.. mereka dengan sendirinya berebutan, ada yang memukul temannya, dsb = tabiat kecenderungan berbuat dosa
Saya sebagai ortu melihat anak balita saya memukul temannya, di benak saya itu BUKAN kecenderungan berbuat dosa. Secara dari pov saya, itu
sudah trespass dari boundary yg telah menjadi acuan saya. Saya tidak mengerti mengapa dikatakan "cenderung" sementara padahal anak saya SUDAH memukul ?
Dari pov saya, kata "cenderung" itu ada di probabilitas.
Untuk menilai "cenderung" - maka saya mesti menyatakan dulu boundary ke anak saya tsb yakni dengan "menghardik"nya:
eeee.... nak jangan begitu, gak boleh.
Setelah ngitung2, ada 10x saya "menghardik" demikian - 8x si anak tetep melakukannya, 2x si anak langsung berhenti ---> maka saya baru bisa menilai bhw anak saya cenderung trespass dari boundary yg saya nyatakan ke dia ("hardikan") ---> ini hanya sekedar contoh, karena pada kenyataannya tentu hal2 demikian berjalan mengalir sebagaimana sebuah kehidupan ---> jadi TOLONG jangan baya tuntut lagi perhitungan2nya secara literally. Saya tidak pernah bawa bawa kalkulator atopun ngitung2in ada brapa kali si anak mengabaikan hardikan saya dan brapa kali mengindahkan hardikan saya
.
Objection:
1. Pengetahuan tentang suatu batasan yang bersifat (realita after adam falls) dan kita rasakan serta ketahui bersama belum tentu dapat diterapkan kepada (realita before adam falls) mengingat ayat2 lain pada Alkitab tentang "original damage - sinfull nature", dsb...
Sekali lagi, saya tidak pernah berhenti bertanya-tanya :
bagaimana bisa tega2nya kita manusia utk menyatakan bhw Allah menciptakan bayi dengan SINFUL NATURE - originally ALREADY DAMAGED - condemned ???So, ini akan sulit dibahas - karena pov kita dasarnya memang berbeda.
- pedoman dasar baya adalah bayi diciptakan Allah dgn SINFUL nature berdasarkan Alkitab, sehingga otomatis tidak akan keluar pertanyaan seperti ungu.
- pedoman dasar saya adalah : Allah menciptakan manusia bayi TIDAK didalam sinful nature berdasarkan dirsen odading ... baru setelah itu ngerujuk ke interpretasi ayat Alkitab - dan ketika menemukan konsep OS, diketika itulah saya merasa "janggal"
2. Dengan begitu, maka orang2 yang gangguan jiwa juga merusak, membakar, dari pov mereka tidak merasa bersalah (mungkin).
Pada sistem hukum dunia yg benar, tidak semudah itu orang membunuh, lalu ngaku2 kena gangguan jiwa dan bilang nggak tau bhw membunuh itu dilarang (nggak ngerti/belon denger boundary-nya).
Setelah analisa akurat ybs memang sakit jiwa ... ya di asilum, kalo analisanya dia nggak sakit jiwa ya masuk penjara, karena apapun itu alasannya - dia SUDAH trespass dari boundary yang telah diketahui dan berlaku di suatu tempat.
Argumentasi:
1. Jika pada asumsi di pov Allah "raba/sentuh/metik" (tapi belum dimakan) merupakan sebuah "kecenderungan berbuat dosa" serta "mortal", maka [kecenderungan berbuat dosa & mortal]sungguh amat baik dilihat Allah contrary to God's plan for man - per after adam's fall ? (Kej 1:31)
Wah... terbalik
.
Saya tidak bermaksud menyatakan bhw raba/sentuh/metik itu kecenderungan berbuat dosa, baya. Contoh yg saya paparkan itu utk perbandingan dari pov baya yg bilang bhw : anak memukul temannya =
cenderung berbuat dosa ---> which in fact, orange itu BUKAN pedoman saya.
Apabila saya sendiri tidak berpedoman orange ... maka bagi saya, kisah Adam tidak ada orange.
Manusia diciptakan ABLE TO, able to trespass batasan yang dia sudah ketahui able to "trespass" pada batasan yg dia tidak ketahui namun diketahui being/person lain.
Kecenderungan adalah probabilitas --- tersangkut erat dgn kondisi eksternal, jaman, lingkungan, dlsb.
maka [kecenderungan berbuat dosa & mortal] = sungguh amat baik dilihat Allah contrary to God's plan for man - per after adam's fall ? (Kej 1:31)
Nah itu ... dengan acuan pov baya bhw balita mukul = kecenderungan berbuat dosa ----> maka ini menjadikan tertuntun-nya ke kesimpulan bhw Allah menciptakan bayi sudah
tidak sungguh amat baik lagi - even dimata Allah itu sendiri. How could that be possible ??????
baya bertanya-tanya ataupun tarohlah dengan bahasa sehari harinya :
"gile luh odading, mosok tega2nya bilang bhw Allah menciptakan Adam dgn kecenderungan berbuat dosa ? Yang
sungguh amat baik itu adalah Adam diciptakan TIDAK dengan kecenderungan berbuat dosa, oda!"
Logik dari jawaban odading adalah :
"So baya, secara pov baya KainHabil terlahir dengan kecenderungan berbuat dosa artinya baya berpendapat bhw mereka ataupun anakmu sendiri kalo nanti baya dapet anak nan lucu, innocense dan menggemaskan ciptaan Allah tsb TIDAK sungguh amat baik ?? .
2. Pada adam tidak dikatakan sebagaimana pada kain: "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
eeeee.... nak jangan lari2 nanti jatoh
nak, hati2 dijalan.. jangan ngebut2an yah.
Kalimatnya lain, sense-nya sama ---> agar yg dibilangin tidak kenapa-napa
.