Nah, saya malah jadi tambah bingung. "Requirement sebagai anak si ortu" itu maksudnya bagaimana? Masa menjadi anak pakai requirement?
hehehe... atuh menjadi anak literal ngbrojol jadi bayi gak perlu requirement "jangan bohong lagi ya...." donk bud
. Yang saya maksud adl menjadi anak yg sesuai dgn harapan si ortu. Sang ortu menyebutkan "requirement"nya ---> dengan ortu berkata2 hal ini, ya = ngajarin/ajaran.
Secara singkat, di pov saya "requirement" itu adalah "jangan bohong". Ketika
ortu menyatakan "requirement" tsb, ya yg spt budi bilang, yakni : ajaran.
Itu (itu = kalimat ijo budi) lebih seperti ajaran supaya anak saya jadi orang yg baik
So,
- A. "jangan bohong" adalah "requirement".
- B. Budi menyatakan kalimat ijo, adalah "requirement" di pov budi sbg ortu. (mengajar)
- C. Dari pov si anak, "jangan bohong" adalah "requirement" SUPAYA dia menjadi orang baik berdasarkan point-B.
KAlau jadi murid suatu sekolah, baru saya bisa mengerti bahwa itu ada requirementnya. Tapi jadi anak?
Dengan menggunakan contoh murid sekolah, sepertinya budi berfokus pada "requirement" itu sendiri ---> yakni : murid sekolah perlu "requirement" ... anak sendiri tidak memerlukan "requirement".
Lho?? Ajaran kok = requirement?
Sedangkan pada pengertian saya, terserah apapun itu penyebutannya - mao requirement kek, mao ajaran kek, mao syarat kek .... fokus saya adalah : "pemenuhan" keinginan si yg menyatakan.
Guru bilang : "jangan malas ya supaya naik kelas" ---> ini dipengertian saya setara diketika ortu bilang : "jangan bohong nak ya supaya jadi anak baik".
A. "jangan malas" adalah "requirement".
B. Guru menyatakan kalimat tsb, adalah "requirement" di pov dia sbg guru.
C. Dari pov si murid, "jangan malas" adalah "requirement" SUPAYA dia naik kelas berdasarkan point-B.
Kalau saya, keselamatan itu ya kondisi selamat dari suatu bahaya.
Kalo di pov saya ... "keselamatan" (instan) itu adalah asumsi sso yg terhindar dari akibat (dimana ybs berasumsi efeknya negatif).
Anak berbohong, ortu tidak marah/ngomel2 melainkan cuma mengeluarkan kalimat ijo ---> di pov si anak, dia "selamat" (ortu gak ngomel2 AKIBAT ketahuan dia berbohong).
Pertanyaannya, apakah benak si anak itu sendiri menyadari bhw kalo kebohongan dia diketahui oleh ortunya maka terbuka kemungkinan ortu marah2/ngomel2in dia ? Apabila jawabannya YA ---> maka dr pov si anak : ortu "mengampuni".
Dilain sisi, apakah pernah terjadi ortu marah2/ngomelin anak/atau menghukum ketika ortu mengetahui anaknya berbohong ? Kalo tidak pernah terjadi, maka dari pov si anak tidak ada event "pengampunan", yg dia tau ya langsung ijo
.
DAlam pemahaman saya, di dalam kekristenan keselamatan adalah sesuatu yg dikerjakan. Artinya, kondisi selamatnya itu berupa aktifitas.
Saya kurang paham dengan kalimat diatas ... hehehe
.
KAlo soal ini saya juga nggak tahu, bro oda. BAgi saya, anak itu ya anak, mau kandung atau adopsi.
Ini karena saya mengaitkan dengan kalimat budi, anak darah daging - sebelon jadi janin, budi sudah mengampuni .... (dimana dari pov saya, ini karena darah daging budi) ----> dari situ tertuntun pertanyaan di benak, bagaimana dgn anak yg bukan darah daging ? (adopsi) ... apakah sebelum anak orang lain itu ngbrojol (yg kemudian budi adopsi), budi juga sudah mengampuni mereka ?
.
Sepengetahuan saya sih tobat itu ya biasanya berkali-kali. Soalnya manusia suka berkali-kali jatuh. Jadi, bangkitnya (tobat) juga berkali-kali.
Yang saya sendiri juga masih belon paham, pertanyaannya adalah : bold itu berdasarkan WILL ybs ato kagak ?
Saya belum paham benar pertanyaan bro oda tsb. Tapi, imo yg ijo itu ajaran. Setelah anak diberi ajaran biasanya ia nurut, tapi bisa juga ia jatuh lagi ke kesalahan yg sama dan si ortu pun mengingatkannya lagi sampai akhirnya si anak nggak jatuh lagi.
Oke... saya sudah menangkap sekarang.
Tadinya saya kirain, segera setelah budi berucap kalimat ijo - maka hasilnya adalah otomatis anak budi terkena efek/akibat dari ucapan ijo tsb yakni tobat
(tanpa proses, melainkan hasil/akibat/effeknya lebih bersifat instant ibarat sso diajarin makan cabe ), berdasarkan kalimat budi sbb :
soalnya selama ini saya berpikir bahwa tobat itu adalah hasil/efek/akibat dari pengampunan dan ajaran
Mari kita lupakan pertanyaan saya tsb
.
JAdi, semacam proses pendidikan.
Nah, dari situ kan kita bisa mengkaji balik lagi, bud ... dengan pertanyaan : adakah "requirement"
(sekali lagi dalam tanda petik) didalam proses pendidikan tsb ?
Jawabannya : ADA, yakni "ajaran". Nah didalam ajaran itu sendiri, adakah "requirement" utk mencapai terpenuhinya keinginan diri si pengajar ? ADA ---> Dimana di pov odading : "jangan bohong" adalah "requirement" utk menjadi orang baik - "jangan males" adalah "requirement" utk murid naik kelas.
Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia adalah "requirement" utk layak bagi-NYA.
Anyway, kayaknya kita gak perlu ampe berkutat di "requirement" deh bud. Biasanya, ujung2nya sama kok kita berdua ... hehehe
.
salam.