Saya punya istilah sendiri mngenai fenomena yg Bro angkat ini :
Ada beda antara doa iman dg doa pengharapan.
Doa iman dgambarkan oleh kisah Elia yg ssungguhnya, yaitu Elia bertindak dan berdoa setelah mendapatkan firman/perintah dari Tuhan.
Firman dan perintah Tuhan inilah yang menimbulkan iman dan mbrikan KEPASTIAN JAWABAN DOA.
Ya... doa iman, dimana bold adalah informasi yg diketahui
.
Doa pharapan muncul dari keinginan dan sanubari manusia.
Tuhan tidak wajib mmenuhi doa pharapan.
Doa pharapan adl doa yg dinaikkan terus-menerus hingga Tuhan mbri jawaban, entahkah ya, tidak atau nanti.
Nah, disini masuk ke topik yg saya maksudkan. Suatu pengharapan/permohonan yang ngerujuk ke "pemenuhan" "standard" yg "dibutuhkan" dirsen dalam pov si pemanjat doa - dan dalam diskusi ini, fokusnya adalah yg bersifat duniawi.
Jikapun 'ya', memang bisa aja ada dispute (dari Oda) mngenai apakah 'ya' itu adalah kebetulan ataukah 'ya' krn djawab Tuhan.
Sebenernya saya nggak sedang nge-dispute ato apa siip. Saya disini sedang menggambarkan bhw secara logik, apabila saya berpendapat bhw Kuasa Doa pasti terkabul - maka apabila tidak terkabul maka logisnya adalah Doa tsb tidak mempunyai kuasa, terlepas apakah itu disertai dgn keyakinan yg kuat atokah keyakinan yang sekedarnya.
Tp spanjang concern pov yg mdoakan, asalkan doanya terwujud, maka IMANnya akan mngatakan bhw itu jawaban Tuhan dan memang hal itupun sah krn jika Tuhan tidak mngijinkan, 'ya' tidak akan pernah terjadi.
Saya nggak sedang "cerewet" bhw suatu permohonan doa yg terkabul itu tidak bisa / tidak boleh pov si ybs mengimaninya sebagai jawaban Tuhan, siip.
Yang saya maksudkan adalah :
APAPUN itu ---> itulah jawaban Tuhan (internal) .... BUKAN : terkabul = true, Tuhan menjawab(mengijinkan) ... tidak/belum terkabul = true, Tuhan belum/tidak menjawab(mengijinkan).
Dalam ranah kelogisan dan diskusi terkait disini ... (imo) tindakan/sikap ybs juga tersangkutpaut didalam "perwujudan" terkabulnya suatu doa permohonan.
Dalam obrolan saya dengan mr.X saat itu, saya memberikan secuil contoh peristiwa di kehidupan sehari hari yg pernah saya alami :
(sekilas curhat yaa....)Saya kerja disebuah toko. Terdapat juga satu staff, seorang bapak2 sebagai teman kerja saya. Suatu ketika, sang bapak jaga toko sendiri - dan salah harga. Sudah saya wanti2 dan bbrp kali saya bilang agar bapak memperhatikan dgn seksama harga barang tsb. Ketika saya datang ke toko, bapak memberi laporan jual barang tsb, dan saya shock krn barang seharga sekian juta dia jual harga sekian ratus ribu
.
Mr.X menyrobot bertanya : "nah elu terus begimana ?"
Dan karena yg kita lagi obrolin adalah ttg Kuasa Doa, mr.X bertanya :
"elu doanya begimana ? - bukannya nggak jauh dari suatu permohonan/harapan ke Tuhan yg berkaitan dgn kepuasan buat elu ?"Jawaban saya adalah :
saya tidak berdoa ... namun saya mempunyai keyakinan bhw : kalo barang tsb memang mesti "ilang" ya hilang ... kalo barang tsb mesti "kembali" ya kembali ... APAPUN itu, itulah yg Tuhan berikan.
Dan dari "keyakinan" saya tsb, sikap/tindakan saya tersangkutpaut. Saya kecewa, itu jelas ... namun saya tidak bisa marah ke bapak ini
(entah mengapa). Namun yang pasti, saya tidak merasa kuatir ataupun takut dimarahin boss, disuruh ngeganti, dlsb ... ini ibarat sebagai bukti
(yg tidak saya sedang paksa2in utk dibuktikan) dari "keyakinan" saya tsb.
Suasana antara saya dan bapak tidak keruh. Semua berjalan seperti biasa ... saya tersenyum - bapak tersenyum mengingat kebodohan yg terjadi. Dan saya bilang ke bapak :
yah ... mudah2an pembeli tsb kembali ya pak ... tapi kalo ya mesti ilang, ya sudahlah - laen kali jangan sampe terjadi lagi.Gak perlu sampe sekian jam, pembeli itu kembali karena kepingin membeli barang lain - dan segera saya jelaskan ttg "salah harga" tsb secara jujur. Pembeli menerima/mengerti, tidak ada komplain dan bahkan dia beli satu lagi jenis barang yang sama!
.
Peristiwa serupa, bapak salah ngasih harga terulang kembali bbrp bulan kemudian. Kecewa/kesal ya jelas-lah
namun sikap/tindakan serta "keyakinan" saya tidak berubah. Dan ini kali, si pembeli itu dua hari setelahnya kebetulan lewat didepan toko dan kebetulan pula si bapak melihat pembeli tsb lewat didepan toko. Barang kembali, dan saya "menukar"nya dengan barang lain yg di ingini si pembeli yg nilainya sama dengan harga yg telah dia bayar
.
Tidak ada doa, tapi ada keyakinan serta harapan dan keyakinan itu bukan ttg kepuasan diri terkabulnya harapan tsb
.
Dari situ saya belajar, bhw diketika ada suatu event "menghimpit" - berangkat dari keyakinan, sikap/tindakan/tanggapan dalam menghadapi event tsb positif - maka apapun kedepannya selalu terlihat positif (terlepas apakah barang itu kembali ataupun tidak kembali). Campur tangan Allah ada didalam pov dirsen ybs (internal) - pembeli yg kembali dan pembeli yg lewat didepan toko "urusan"nya di SebabAkibat (eksternal) ---> informasi yg saya tidak ketahui, dan tidak saya pendapati bhw Allah membisikan si pembeli utk kembali ke toko ataupun menggerakan hati si pembeli yg satu lagi utk lewat didepan toko ...
.
Maka itu saya sebut 'supranatural' krn dia melawan impossibilities.
Nah dari kisah curhat saya, siip bisa liat kan bhw disitu tidak ada sesuatu yg logically impossible - menjadi possible. Secara eksternalnya semuanya adalah logis - kalimat saya diatas "
(entah mengapa)", itulah "supranatural"nya dan ini berada di internal (pov odading ttg campur tangan Allah).
Ketika kita menyatakan sesuatu yg logically impossible adalah dikarenakan kurang informasi secara logik - atau bisa juga dikatakan : didalam ketidak tahuan
Kembalinya barang, sulit utk saya mengertikan bhw itu karena Kuasa Doa
. Tidak adanya informasi (didalam ketidak tahuan) apakah si pembeli akan kembali lagi ke toko dan mau mengerti ... dan blakangan ternyata dia kembali dan menerima, bukan sesuatu yg logically impossible, kaan
.
Coba deh liat ayatnya dg lengkap.
Dari yang saya mengertikan, disitu tidak sedang tersangkutpaut dengan Kuasa Doa ... tapi saya sendiri belum tau seperti apakah keKristenan mengertikannya, makanya saya tanyakan ke siip
.
Saya juga masih belon jelas, apakah ayat tsb sedang membicarakan event supranatural yg possible ? ataukah suatu hal yg diasumsikan logically impossible (krn kurang informasi) yg menjadi possible ?
(saya cenderung mengertikannya secara yang pilihan kedua).Makasih siip atas tanggapan2 dan respond masukan2nya.
salam.