maap saya nyrobot pembicaran gavin ama nothingman.
Boleh ya ... anyway kalopun gak boleh, saya udah nyrobot dibawah ini...
hehehe...
.
Justru kita mengetahui bhw buah PJB dan buah Kehidupan itu bukan buat Adam, ya karna adanya larangan Tuhan itu bro.. klo buah tsb buat Adam, tetapi Tuhan melarangnya kan malah aneh..
IMO, Allah menginginkan Law & Order.
Dengan terpenuhinya Law & Order, chaos tidak eksis.
harusnya pertanyaan yg muncul adlh : kenapa buah tsb terlarang/tidak diperuntukan bagi Adam..?
imo jawabannya adalah :
PBJ memang "natural"nya mesti ada disitu ---> ini ibaratnya adalah sebuah "Law" secara "gak keliatan". Karena Law itu "gak keliatan" maka diberitahukanlah ke AdamHawa utk tidak memakannya.
klo ptanyaannya spt ini sy jg nda tau jawaban pastinya, ya cuma Tuhan yg tau alasannya, karna di Alkitab jg tidak ada keterangan ttg hal tsb..
saya tentu juga gak tau bhw jawaban saya diatas itu adalah pasti mutlak benar ... dan bold saya sependapat.
Namun disini saya cuma sedang mencoba "ngolah pikiran".
Kalimat ungu tidak sedang bermaksud didalam pendapat :
Tuhan sengaja naroh PBJ deket2 di dalam lingkungan Adam (agar mudah dijangkau)secara khayalan saya berdasarkan kisah AdamHawa di Eden :
PBJ adalah "Law"
(dalam menghindari Chaos)... dan ini "tidak keliatan".
Kita cenderung berpendapat bhw Apa_yang_dilarang ---> inilah yang disebut Law
yg dinyatakanPadahal kalo kita pikir2 lagi ...(imo) Apa_yang_disuruh ---> ini juga Law
yg dinyatakanSaat itu di Eden, binatang2 adalah "Law" yang "nggak keliatan".
Allah menyuruh Adam menamai binatang2 ---> Law dinyatakan.
Dan Adam menurutinya, tidak ada chaos.
Ya... memang ... tidak tertulis di ayat bhw Allah bilang
"kalo kamu nggak namain binatang2, akibatnya akan bla3x". kesimpulan sementara :
sekalipun AdamHawa tidak memakan buah di Eden... disuatu ketika - entah kapan, eksis itu event makan buah oleh "adam2" atopun "hawa2" berikutnya, karena posibilitasnya eksis.
sekalipun Adam nggak namain binatang2 saat itu di Eden... disuatu ketika - entah kapan, eksis itu event namain binatang oleh "adam2" lainnya, karena posibilitasnya eksis.
tp mnrut apa yg ada di Alkitab kita bisa tau bhw pohon PJB itu sudah ada taman Eden sebelum manusia diciptakan..
kayaknya PBJ itu setelah penciptaan Adam, nothingman ?
nyok kita coba liat ayatnya :
(8) And the Lord God planted a garden toward the east, in Eden ; and there He put the man whom He had formed tapi sudahlah... nggak penting kok kalo buat saya yg nonK ... toh saya mengertikan kisah AdamHawa itu cenderung memilih secara simbolis, ketimbang literally blekplek begitu adanya
.
Tuhan memberi peringatan/perintah (Hukum) kpd Adam supaya jangan makan buah PJB tsb, karna itu akan 'membahayakan' bagi Adam jika memakannya.. klo Tuhan nda ngasih peringatan dan larangan tsb kan sama artinya Tuhan dgn sengaja mencelakakan Adam..
hehehe... akhirnya saya ketemu juga temen yg cara berpendapatnya mirip ama saya ....
IMO, dgn makan buah PJB manusia(Adam) cuma tau apa yg baik dan apa yg buruk tp dia pun belum tau apa itu dosa atau dia blum tau klo melanggar hukum Tuhan berakibat dirinya akan berdosa bro.. setelah makan buah tsb Adam Hawa cuma merasa 'malu' krn telanjang ketika bertemu Tuhan
Nah.... secara saya mengertikan kisah AdamHawa secara simbolis, bold itu dipengertian saya bukan literally seperti diri kita malu telanjang bulet. "malu" karena "telanjang" adalah diketika
secara gak keliatan eksis perasaan "nggak pas" di diri ybs. Dengan demikian....
tp tidak menyadari bhw dirinya telah bersalah(berdosa) karna melanggar perintah
terlepas apakah Adam literally bhw sebuah pelanggaran itu
disebutnya / dinamai DOSA ... (imo) yang pasti eksis itu perasaan "nggak pas" di diri Adam.
Selanjutnya, saya kurang sependapat dalam pemilihan kalimat sbb :
Adam malah mengkhianati kepercayaan Tuhan tsb dgn lebih mempercayai omongannya si iblis..
karena saya tidak mampu utk berpendapat Adam mengkhianati Tuhan
.
Ibu melarang sesuatu pada Cuplis, namun Cuplis tidak menurutinya (imo) tidak sertamerta artinya ketidakmenurutan Cuplis tsb = Cuplis mengkhianati ibu.
manusia baru mengenal apa itu yg namanya dosa nanti, ketika Hukum Taurat disampaikan kpd Musa dan bangsa Israel..
secara kata dosa pertama kali muncul di peristiwa Kain, maka (imo) bahkan sebelum Torah Musa dituliskan-pun dosa sudah dikenal.
(7) Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."mnrut sy, pernyataan anda ada yg sedikit janggal bro..
ketika hukum pertama diberikan Tuhan, manusia kan blom makan buah pengetahuan, jd dia kan tentu blom tau ada hukum
terlepas apakah itu punishment badani/duniawi ato bukan, ... akibatnya pasti ada pabila Law/Order tidak terpenuhi - terlepas apakah sebelumnya diketahui ato tidak mengenai akibatnya.
quote dari gavin :
Jika pengetahuan itu tidak pernah ada (Adam tidak pernah makan buah), maka dunia itu aman2 aja.
belon tentu kalo menurut saya
. Karena adanya PBJ disitu artinya menempatkan suatu posibilitas. So,
(pada asumsi kisah AdamHawa literal) sekalipun kedua manusia (AdamHawa) tsb gak makan buah... maka it's always possible "adam2" / "hawa2" berikutnya makan buah ... so "
dunia itu aman2 aja" bukan suatu kepastian diketika hanya apabila AdamHawa gak makan buah, KARENA (imo) makan buah itu sendiri akan menyebabkan "chaos" sekalipun tidak dinyatakan oleh Allah.
Taro kata di suatu negara antah berantah "timbuktu" ditaroh utk pertama kalinya lampu merah dijalanan (kira2 beginilah maksud saya pada kalimat ungu diatas).
Apa tujuan pemerintah menaruh lampu merah tidak ada satu rakyatpun yang tau ... dengan kata lain, pemerintah tidak mengumandangkan "Law" :
jangan nglewatin lampu merah.
So, diketika orang2 pada ngelewatin lampu merah ... tidak sertamerta artinya tidak akan ada chaos dikarenakan tidak adanya pencanangan "Law" oleh pemerintah.
Cuma kan jadinya lucu, pemerentah naroh lampu merah agar tidak ada akibat "chaos" tapi diem diem aja nggak menyatakannya kepada orang2/rakyat
.
makasih atas waktu yg diberikan utk "nyrobot" ...
hehehe....
salam.