Damai sejahtera menyertai FIKers sekalian.
@Yopi, salam hangat.
Yop, dalam hal tanya jawab yang terhormat, saya pikir, memang pantas dan layak para partisipan saling memperhatikan apa yang disampaikan oleh pasangan diskusinya. Bila masih nyambung, diskusi berlanjut. Jika sudah tidak nyambung, maka saling menanyakan ketidaknyambungan, atau saling meminta penjelasan lanjutan, untuk mempersambungkan kembali. Jika sudah sampai pada titik tidak ada ketersambungan, maka sebaiknya diskusi atau tanya jawab dihentikan. Sebab bila diteruskan juga, akan cenderung melebar kemana-mana dan tidak mustahil justru menjadi ajang saling merasa tidak nyaman.
@WB, salam hangat.
Saya malah g' ngerti maksud bang Yopi ini.
Mungkin Yopi berkenan menjelaskan maksudnya kepada WB mengenai apa saja yang WB tidak mengerti.
Saya hanya mengatakan bahwa kaum muslimin mengimani kalu para Nabi diutus oleh Allah diberi wahyu (Kitab) ... Injil telah diberikan kepada Nabi Isa. Bagaimana cara pemberian wahyu? Wallahu a'lam, al-Quran tidak menerangkan secara detil mengenai hal tsb, itu urusan Allah.... Jadi, saya tidak pernah mengklaim apapun tentang PL maupun PB.
Saya jadi lebih ingin tahu pemahaman WB mengenai yang saya garisbawahi di atas. Menurut WB, wahyu kepada Isa itu, diberikan atau diturunkan, apakah dalam bentuk kitab seperti yang Anda maksudkan dalam kurung di atas? Tentang cara pemberian wahyu kepada Isa, kiranya yang saya tangkap, WB tidak mengetahuinya. Tetapi bentuk wahyu termaksud, apakah dalam bentuk kitab (seperti yang Anda tulis dalam kurung itu)?
Saya tegaskan. Keberadaan Taurat maupun Injil sekarang tidaklah penting bagi kaum muslimin, karena sudah ada al-Quran. Kaum muslimin hanya berkewajiban untuk percaya/beriman klu Kitab2 tersebut telah diberikan kepada para Nabi-Nya.
Baiklah, saya cukup dapat mengartikan penegasan Anda. Tapi, mungkin hanya sedikit, atau malah hanya WB
sorangan yang berpemahaman seperti itu (Keberadaan Taurat maupun Injil sekarang tidaklah penting bagi kaum muslimin, karena sudah ada al-Quran). Sebab, adalah fakta, banyak kisah-kisah yang dikisahkan dalam Alkitab (PB dan PL)
mirip dengan kisah-kisah yang dikisahkan dalam Al Qur'an.
Mosok sih Anda tidak pernah tergoda untuk mencari tahu, mana yang lebih benar antara
kisah-kisah yang sudah ratusan tahun dikisahkan dengan
kisah-kisah dikisahkan setelah tahun 500an?. Apakah WB serta merta lebih memilih menerima kisah-kisah terbaru, meskipun di bahagian kisah terbaru itu WB dianjurkan mempercayai bahwa sudah ada kisah-kisah yang mirip dengan itu terdahulu?
Betapa diskusi ini semakin menggembirakan, bila WB berkenan menjelaskan.
Damai sejahtera menyertaimu WB.