Akan menjadi rancu Om.
Karena ini akan menempatkan Firman Tuhan sama tinggi, sejajar, dan sama benarnya dgn tradisi manusia, ritual setempat dsb sebagai konsekuensi logis dari pandangan om tsb.
Menjadi lain ya Djo? Padahal, sebelum sampai ke
postingan saya yang Djo pandang rancu itu, justru berasal dari
postingan Djo.
Di
Reply#37, Djo
posting begini:
Saya pribadi mengakui bahwa PASTI ADA ajaran yg tidak tertulis, bahkan seluruh protestan jg mengakui ini. Apalagi Yohanes sendiri telah memastikannya. Hanya saja mungkin, sekali lagi mungkin, protestan menilai bahwa Tradisi Suci yg ada telah tercampur dgn tradisi2 yg terjadi setelahnya. Penambahan2 inilah yg dikuatirkan akan merusak nilai Tradisi Suci yg sesungguhnya. Menurut saya, di
Reply#37 itu Djo ingin menyampaikan bahwa
semua Protestan mengakui adanya Ajaran yang Tidak Tertulis. Tetapi Protestan khawatir bahwa Ajaran Tidak Tertulis itu telah ditambah-tambah sehingga rusak. Demikiankah? CMIIW.
Sebelumnya, yaitu di
Reply#35, Djo
posting begini:
Cth simple : Kalo Alkitab bilang kasihi sesamamu manusia, nggak mungkin TRadisi Suci nyuruh kita nonjok orang. Isi harafiah bisa beda, tapi Nilai ajaran nggak mungkin beda. Menurut saya, di
Reply#35 itu Djo ingin menyampaikan bahwa
meski redaksional (harfiah) Ajarannya berbeda, tetapi nilai Ajaran tidak berbeda. Demikiankah? CMIIW.
Postingan saya di
Reply#38 justru memparalelkan (eh, mungkin juga istilah memparalelkan ini salah), katakanlah mengalirkan
Reply#35 dengan
Reply#37 itu. Jika itu Djo pandang rancu, artinya, pemahaman Djo rancu, sebab
Reply#38 hanya mencoba menggabungkan pengertian yang terkandung di
Reply#35 & #37, yang tidak lain dari
postingan Djo sendiri.
Maksud saya, di
Reply#38, ingin mengungkapkan,
pada
Reply#35 Djo bilang,
harfiah Ajaran bisa beda, tetapi nilai Ajaran tetap sama.pada
Reply#37 Djo bilang,
Protestan percaya ada Ajaran Tidak Tertulis, namun khawatir Ajaran Tidak Tertulis itu sudah ditambah-tambah sehingga rusak.
Jadi, jika kekhawatiran Protestan pada
Reply#37 itu tidak terjadi, atau dengan kata lain, jika memang terjadi penambah-nambahan tetapi tidak merusak Ajaran, bagaimana menurut Djo? Masih rancukah? Bahasan belum sampai pada ke ketinggian atau kesejajaran. Masih di kisaran penggabungan pengertian yang terkandung di
Reply#35 & #37.
Damai, damai, damai.