Nah jawaban diatas itu, kayaknya jawaban yg berkonsep freewill, bud ... hehehe .
Jadi, para predestinationist pasti tahu siapa-siapa yg dipredestinasi? Masa sih?
Dari bold, jawabannya : ya bisa bisa aja, tapi cuma bisa ditinjau dari pov Allah .
Kan saya sendiri ---kalo melibatkan pengetahuan Allah--- , maka semua event sejak penciptaan itu bisa disebut predestinasi, bud. Termasuk malaikat yg menjadi jahat ... termasuk iblis ditaruh di Eden.
Bukankah predestinasi itu memang
hanya bisa ditinjau dari pov Allah? (Karena dalam salah satu unsur kunci dalam doktrin predestinasi adalah bahwa manusia tidak berdaulat atas keselamatan mereka sendiri)
Kalau dipaksakan meninjau dari pov manusia, ya pastilah doktrin predestinasi itu "tidak manusiawi" (dan memang predestinasi bukan ttg manusia, kan?)
Entah juga ya... saya sendiri soalnya bukan Kristen, bud ... hehehe . Namun semisal saya ini Kristen, maka yg ada di pengertian saya ... dikala manusia berinteraksi antar manusia, maka yg diharapkan dari dua hukum Kasih itu teraplikasi secara simultan dan konsep yg "pas" (imo) adalah freewill
Mungkin saya perlu tau dulu, apa alasan sso itu menginjili nonK ? (misionaris ke pedalaman, misalnya).
Alasan sso menginjii adalah karena itu amanat Tuhan. Itu pekerjaan/tugas orang Kristen.
Btw, saya bingung sama yg merah. Maksud saya, predestinasi itu kan bukan "interaksi antar manusia", melainkan interaksi antara Pencipta dan ciptaanNya. Lalu, mengapa meninjaunya dalam konteks "interaksi antar manusia"?
Sekarang apakah ada keterangan bhw : Pisau diciptakan, sebagian utk potong bebek angsa, sebagian lagi dibiarkan dipake utk ngegorok leher orang ? Nggak kan bud .
Oleh karena itu, (imo) - Tuhan ya silahkan / bisa bisa aja ... bertindak secara demikian ... (predestinasi), namun ya itu mentok2nya sampe di-imani aja bud... dimana akan menjadi rumit, ketika sso berusaha menjelaskan kelogikannya.
Ya itu betul sekali. Dan itulah posisi saya dalam diskusi ini. Di atas-atas saya juga telah mengatakan bahwa perihal predestinasi ini adalah perihal "selera" iman. Ia akan logis bagi orang yg menganutnya, dan tidak logis bagi orang yg tidak menganutnya. JAdi, kurang tepat bila menganggap bahwa doktrin predestinasi itu salah karena tidak logis. Sebab, standar logikanya sudah berbeda.
Nah, skali lagi ... diatas kan penjelasan pov budi dalam pedoman predestinasi ... kembali saya tanyakan : bagaimana dengan si B yg di hutan belantara yg keburu mati bbrp hari setelah Yesus naik surga tanpa sempet mendengar Injil ataupun kisah2 ajaib Yesus saat itu ?
Budi ngerasa nggak, dengan pengajuan kalimat ungu oleh budi itu (beserta penjelasan "logik"nya oleh budi) menuntun saya utk bertanya lebih jauh dgn pertanyaan coklat ?
Mudah2an disini budi menangkap yg saya maksud "mengukur"....
so, kalimat ungu itu dari pov saya pas-nya adalah : "Tuhan mempredestinasikan SAYA selamat". ... menjadi "sulit" apabila digunakan si A, si B, si C. Kalimat ijo adalah ranah ke-imanan dirsen ybs. Tidak bisa diganggu gugat, dipertanyakan dan tidaklah perlu ybs mencoba menjelaskan kelogikan-nya... pokok ybs yakin bhw dirinya sudah-sedang-akan diselamatkan
Itu betul sekali. Di post #490 saya pun telah menuliskan "Kalo mengenai "dipakai untuk mengukur orang lain", saya rasa itu (seharusnya) udah bukan perihal predestinasi lagi. Maksud saya, pembicaraan mengenai "mengukur orang lain" tidak kompatibel dng pembicaraan ttg predestinasi."
Btw, jawaban saya utk yg coklat: kalo orang tsb termasuk org yg dipredestinasikan Allah untuk selamat, ya pasti ia selamat, dan pasti ia telah mengenal injil (sekarang saya pakai kata "mengenal" saja, ketimbang "mendengar", supaya pengertiannya tidak dibaca secara terbatas). Kalo org tsb tidak termasuk yg dipredestinasikan Allah utnuk selamat, ya org tsb tidak selamat (entah dia telah mengenal injil atau tidak).
Apakah jawaban saya itu termasuk "pengukuran kepada orang lain"? Ya, tidak, kan? Sebab, tetap saja tidak ada yg tahu apakah orang itu selamat atau tidak. Jawban saya itu hanya menjelaskan konsp predestinasi itu sendiri, bukan "mengukur" org tsb.
Dari bold, bagaimana dengan Tugas orang nonK ? dipercayai/diyakini bhw ADA juga untuk membawa sso bertobat ato kagak bud ? .
Setahu saya, orang nonK tidak diberi tugas apa-apa sama Allah (seperti Allah menugasi orang Kristen). Tapi, Allah memang bisa memanfaatkan mereka demi mewujudkan rencanaNya. Contoh: Pontius Pilatus, Nebukadnezar, Firaun jaman Musa, dll
Nah, karena ada ukuran bhw yg dipredestinasi akan "mendengar dalam artian luas" itulah, bud yang menuntun ke pertanyaan "siapa?" yang "mendengar dalam artian luas".
Pertanyaan saya: kenapa bisa menuntut ke arah pertanyaan "siapa"? Pola pikir apa (motif) yg beroperasi dibalik pertanyaan "siapa"? Apakah pola pikir ini ada dalam pikiran kaum predestinasi ketika mereka berpikir ttg predestinasi?
IMO, tuntunan ke pertanyaan "siapa" bukan tuntunan dari doktrin predestinasi itu sendiri. Saya sempet membaca di tulisan calvin bahwa pembicaraan/pemikiran ttg predestinasi harus strictly dibatasi oleh apa yg diinfromasikan dalam Alkitab. Si calvin menyadari bahwa orang bisa memakai pola pikir2 lain yg menuntun pada spekulasi2 tertentu, dan ia melihat bahwa hal ini salah.
Jadi, apakah doktrin predestinasi menuntun kepada pertanyaan "siapa"? Tidak. Apakah bisa dipaksakan untuk menuntun ke arah situ? Bisa, tapi itu berarti sudah bukan membahas doktrin predestinasi lagi.
(Saya harap orang2 yg mendebat doktrin predestinasi di sini membaca sumbernya terlebih dahulu. Jangan sampai argumen mreka hanya didasarkan pada tradisi mendebat doktrin predestinasi)
Lalu ayat "mintalah, carilah, ketuklah" itu buat siapa bud kalo bukan utk murid orange ? .
Ya, itu untuk murid orange, dan hanya utk murid orange. Artinya, status orange itu (predestined atau "diluluskan") sudah terestablished duluan. Jadi, "mintalah, carlah, ketuklah" bukan jalan untuk menjadi orange. Tapi, karena mereka murid orange, maka mereka bisa "minta, cari, ketuk" dan pasti mendapat jawaban.
Dengan standard sejauh jauhnya manusia bisa mengertikan suatu kata/kalimat secara logis... toh yang digunakan kan adalah bahasa manusia, bukan bahasa dewa ... hehehe .
Hehehe...justru karena yg digunakan adalah bahasa manusia, maka standarnya jadi tidak bisa ditentukan --> Bahasa manusia yg mana? yang predestinationist? yg anti-predestinationist? yg nonK? dst dst...
Orang agama nonK, misalnya, akan bilang bahwa Allah Kristen tidak logis. Tapi, bagi orang Kristen tentunya logis-logis saja. Dan sebaliknya.
Cheers