Kalau anda lebih banyak menggunakan tradisi ajaran manusia ketimbang dasar kebenaran Kitab Suci.
Setidaknya aku menggunakan tradisi yg diajarkan oleh manusia yg mewarisi jabatan rasul dan menerima ajaran2 mereka dari rasul2 pendahulu mereka, alias SUKSESI AJARAN RASULIAH, alias
Tradisi Suci.
Tradisi yg aku pakai ini ada naskah asli maupun terjemahan yg utuh dan bisa sama2 kita access dan baca, jadi aku berani mengatakan bahwa referensi ku VALID! Jika Anda meragukan referensi yg aku pakai, silakan dibaca sendiri naskah asli / terjemahannya yg sudah aku berikan link2nya.
Lha kalo Anda???
Menggunakan ajaran2 dari website2 anti-katolik, selalu mengutip sepotong2 tulisan2/naskah2/dokumen2 Gereja Katolik, diartikan di luar konteks utuh tulisan/naskah/dokumen tersebut, sama sekali tidak mencari kebenaran atau naskah asli dari kutipan2 tersebut, lalu potongan2 kutipan2 tersebut disalah-artikan menurut pemahaman sendiri. Lebih parah lagi, tradisi ajaran manusia yang sama sekali tidak mempunyai otoritas ini dengan beraninya diklaim sebagai "kebenaran Kitab Suci"???
Mau percaya Tarragona atau tidak sepanjang isinya sama saja dengan dengan konsili lain hanya membuktikan anda tidak bisa menerima kenyataan.
Apakah isi konsili Taragona tidak identik dengan konsili lainnya mengenai larangan membaca Alkitab ?
Justru seharusnya aku yg menanyakan hal ini kepada Anda: “Apakah Anda bisa menerima kenyataan bahwa Anda TIDAK PAHAM tentang Gereja Katolik”???
Dari awal diskusi Anda tidak mau menerima FAKTA dalam Gereja Katolik bahwa konsili LOKAL Gereja Katolik, seperti konsili Toulouse, konsili Tarragona, dsb, TIDAK mengikat SELURUH umat katolik, tetapi HANYA berlaku di wilayah otoritas LOKAL konsili tersebut, dan berlaku sesuai kondisi yg mendesak diadakannya konsili tersebut!!
Dari awal diskusi, Anda selalu mengisolasi kanon2 konsili Toulouse dan konsili Tarragona dari latar belakang diadakannya konsili tersebut, juga sengaja mengabaikan / menghilangkan hasil / keputusan2 lainnya yg dikeluarkan oleh konsili tersebut, sehingga kanon2 tersebut Anda salah artikan utk mendukung hipotesis pribadi!!
Boro2 memahami masing2 kanon / keputusan itu dari konteks utuh konsili tersebut, mencari kebenaran atau dokumentasi lengkap dari konsili2 itu saja TIDAK PERNAH mau Anda lakukan!!
YA!!!
Hasil / keputusan2 konsili2 Gereja Katolik yg Anda bawa memang serupa, tetapi maukah Anda menerima kenyataan bahwa hasil / keputusan2 itu TIDAK SEPERTI dugaan Anda???
Konsili2 Gereja Katolik jika sampai melarang umat membaca Kitab Suci tertentu, pasti ada latar belakangnya, dan latar belakang itu dapat dipastikan dan dibuktikan bahwa Kitab Suci YANG DILARANG adalah YANG TIDAK SESUAI dengan Kitab Suci katolik!!!!
Jadi jangan hanya merasa benar sendiri saja kalau sudah demikian banyak bukti yang sudah saya kutip.
Silahkan teliti lagi sumber Catholic Encyclopedia anda seperti yag sudah saya rujuk diatas.
Shalom
Inilah contohnya bahwa Anda TIDAK MAU MENERIMA KENYATAAN!!!!
Anda tidak pernah berhasil membuktikan kebenaran konsili Tarragona jika tidak menggunakan website katolik seperti newadvent!!
Jika kali ini Anda menggunakan website newadvent utk membuktikan kebenaran konsili Tarragona, terima lah kenyataan bahwa newadvent itu menuliskan demikian:
( http://www.newadvent.org/cathen/13635b.htm)
In 1233 the Synod of Tarragona issued a similar prohibition in its second canon, but both these laws are intended only for the countries subject to the jurisdiction of the respectivesynods (Hefele, ibid., 918)Jelas2 ditulis bahwa larangan ini
HANYA BERLAKU DI WILAYAH YURIDIKSI SINODE TERSEBUT, bukan???
Gunakan akal sehat Anda!!! Dari referensi yg Anda ambil sendiri itu, tidak masuk akal kalo lalu dipaksakan tuduhan Anda itu, bahwa dalam konsili Tarragona, Gereja Katolik melarang seluruh umat katolik membaca Kitab Suci yang benar.
Sekali lagi, jika Anda mau meninggalkan kebiasaan buruk “metode tebang pilih”, jika Anda tidak “memutilasi” tulisan2 referensi tapi mau membaca semua referensi itu secara utuh, di kalimat pendahulunya di mana Anda mengutip keterangan mengenai konsili Tarragona itu, sudah dijelaskan pula bahwa yg dilarang adalah Kitab Suci
vernacular dalam bahasa Slavic dan Kitab Suci vernacular Waldensian dan Albigensian!!!
Ini aku bantu Anda menemukan tulisan yg telah Anda "tebang pilih" itu!!
Aku bantu pula dengan menuliskan dalam huruf kapital, bahwa paus Innocent III JUSTRU menghendaki semua umat dapat membaca Kitab Suci YANG BENAR, tidak seperti tuduhan Anda selama ini!!
Juga aku tunjukkan di text yg sengaja Anda buang itu, bahwa konsili Toulouse juga tidak melarang umat katolik utk membaca SEMUA Kitab Suci, tetapi hanya Kitab Suci yg salah yaitu Kitab Suci versi vernacular Albigensians!!
The next five hundred years show only local regulations concerning the use of the Bible in the vernacular. On 2 January, 1080, Gregory VII wrote to the Duke of Bohemia that he could not allow the publication of the Scriptures in the language of the country. The letter was written chiefly to refuse the petition of the Bohemians for permission to conduct Divine service in the Slavic language. The pontiff feared that the reading of the Bible in the vernacular would lead to irreverence and wrong interpretation of the inspired text (St. Gregory VII, "Epist.", vii, xi). The second document belongs to the time of the Waldensian and Albigensian heresies. The Bishop of Metz had written to Innocent III that there existed in his diocese a perfect frenzy for the Bible in the vernacular. IN 1199 THE POPE REPLIED THAT IN GENERAL THE DESIRE TO READ THE SCRIPTURES WAS PRAISEWORTHY, BUT THAT THE PRACTICE WAS DANGEROUS FOR THE SIMPLE AND UNLEARNED ("Epist., II, cxli; Hurter, "Gesch. des. Papstes Innocent III", Hamburg, 1842, IV, 501 sqq.). After the death of Innocent III, the Synod of Toulouse directed in 1229 its fourteenth canon against the misuse of Sacred Scripture on the part of the Cathari: "prohibemus, ne libros Veteris et Novi Testamenti laicis permittatur habere" (Hefele, "Concilgesch", Freiburg, 1863, V, 875). .) In 1233 the Synod of Tarragona issued a similar prohibition in its second canon, but both these laws are intended only for the countries subject to the jurisdiction of the respective synods (Hefele, ibid., 918).