kalau boleh tahu, kenapa berbeda dlm hal mendogmakan ?
Apakah dogma dlm hal ini lebih tinggi dari deposit iman ?
Sebagai umat Katolik, kita percaya bahwa Tuhan-lah memberikan wewenang kepada Magisterium untuk mengajarkan kepada kita interpretation yang otentik tentang Sabda Allah (lih. KGK 85). Magisterium menerapkan otoritas yang dipercayakan kepadanya dari Kristus ketika ia menentukan dogma (KGK 88). Dalam hal pengajaran definitif tentang iman dan moral, maka Magisterium diberi kuasa untuk tidak mungkin salah (infallibility), seperti yang dinyatakan dalam Lumen Gentium
Perlu kita ketahui di sini terdapat tingkatan dalam pengajaran dari Magisterium ini, berdasarkan yang disebutkan dalam Apostolic Letter Motu Proprio “Ad tuendam fidem” oleh Paus Yohanes Paulus II:
1. Credenda (kan. 750, 1) artinya, ‘to be believed’.
Berupa: Sabda Allah (dalam hal ini penentuan kanon Alkitab), deposit iman (deposit of faith), dogma, artikel iman
Tanggapan yang disyaratkan: harus dipercaya dengan iman (catholic and theological faith).
2. Tenenda (kan 750, 2) artinya, ‘to be held’
Berupa: semua yang dinyatakan secara definitif tentang iman dan moral (termasuk hal-hal yang ditentukan untuk melindungi dan menjaga penerapan hal-hal credenda)
Tanggapan yang disyaratkan: harus dipegang dengan teguh dan dipertahankan; dan tidak boleh ditolak.
3. Obsequium terhadap pengajaran Bapa Paus dan kolese para Uskup (kan. 752).
Berupa: Doktrin tentang iman dan moral yang dinyatakan oleh Paus dan kolese Uskup ketika melaksanakan wewenang mengajar.
Tanggapan yang disyaratkan: ketaatan religius dari akal budi dan kehendak bebas dan menghindari hal-hal yang tidak sejalan dengan hal itu.
4. Obsequium terhadap otoritas dari para uskup (kan. 753).
Berupa: Pengajaran otentik dari seorang uskup atau beberapa uskup.
Tanggapan yang disyaratkan: ketaatan religius dari akal budi kepada otoritas.
5. Servandi (kan. 754)
Berupa: Konstitusi/ dekrit dari Paus/ uskup yang menyatakan pengajaran atau yang menolak pengajaran yang salah.
Tanggapan yang disyaratkan: Obligasi untuk melaksanakannya.
Menurut Ad tuendam fidem, yang kemudian diperjelas oleh Professio Fidei, yang dikeluarkan oleh CDF (Congregation for the Doctrine of Faith), yang menyebutkan:
Pengajaran yang termasuk dalam categori Credenda adalah semua artikel yang ada dalam Credo/ Aku percaya, doktrin Kristologis, Dogma tentang Maria, doktrin tentang pendirian Sakramen- sakramen oleh Kristus dan penyampaian rahmat Allah melalui sakramen, doktrin tentang kehadiran Yesus yang nyata dalam Ekaristi, tentang hakekat kurban dalam Ekaristi, tentang Gereja yang didirikan oleh Kristus, doktrin tentang keutamaan dan infalibilitas (tidak dapat sesat) dari Bapa Paus, doktrin tentang dosa asal, doktrin tentang jiwa yang immortal (kekal) dan spiritual dan penghakiman yang terjadi sesaat setelah kematian, doktrin bahwa tak ada kesalahan dalam Alkitab, doktrin tentang keseriusan kesalahan moral tentang hal pembunuhan seorang manusia yang tek bersalah (innocent) secara langsung dan dengan sengaja.
Pengajaran yang termasuk dalam categori Tenenda misalnya adalah doktrin tentang infallibilitas Bapa Paus, sebelum hal itu dinyatakan secara definitif dalam Konsili Vatikan I. Sebab sebelum dinyatakan sebagai Credenda dalam Konsili Vatikan I, ajaran ini telah disebutkan secara definitif. Konsili Vatikan I bukanlah saat pertama untuk menyatakannya secara definitive, tetapi pada Konsili Vatikan I hal tersebut dinyatakan sebagai kebenaran ilahi/ ‘a divinely revealed truth’.
Proses yang sama ada pada doktrin tentang ordinasi imam yang terbatas hanya untuk kaum pria. Hal yang sama adalah doktrin yang menolak euthanasia yang diajarkan dalam surat ensiklikal Evangelium Vitae. Demikian pula doktrin yang menolak prostitusi dan percabulan.
Tingkatan berikutnya adalah doktrin yang dinyatakan oleh pihak Magisterium secara otentik, tetapi dinyatakan tidak secara definitif, hal ini adalah tingkat ketiga, yaitu “obsequium”.
Lebih lanjut tentang ini, berikut adalah keterangan yang kami terima dari Dr. Lawrence Feingold, yang adalah pembimbing Teologis website Katolisitas ini. [Berikut ini adalah teksnya dalam bahasa Inggris]
With regard to the question about infallible teachings, it is important that these can be of two kinds: those which must be “firmly believed,” and those which must be “firmly held.” The former are said to be “credenda” and the latter “tenenda.” Both kinds of teachings are infallible. A very common error is to limit infallible teachings to those which are said to be “credenda.”
The teachings which are to be “firmly believed,” are dogmas of faith, and correspond to the first level of assent, as explained in the doctrinal commentary (by Ratzinger, then Prefect of the CDF) on the Motu proprio, Ad tuendam fidem, of John Paul II.
However, the teachings which require the second level of assent are also infallible, and must be “firmly held.” These teachings are said to be “tenenda” (to be held).
The doctrinal commentary on Ad tuendam fidem says the following about the second level of assent:
The second proposition of the Professio fidei states: “I also firmly accept and hold each and everything definitively proposed by the Church regarding teaching on faith and morals.” The object taught by this formula includes all those teachings belonging to the dogmatic or moral area, which are necessary for faithfully keeping and expounding the deposit of faith, even if they have not been proposed by the Magisterium of the Church as formally revealed.
Bersambung...