Di mana hikmat?
Amsal 1: 20-21
Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya.
Konon seorang pemuda dari Timur pernah berkelana berkeliling dunia untuk mencari guru yang paling bijak. Ia diberitahu bahwa orang itu hidup dalam sebuah gua di atas gunung Himalaya. Maka ia memuati kudanya dengan bahan makanan, berjalan menyeberangi pegunungan dan padang pasir. Setelah berbulan-bulan perjalanan, maka ia sampai di kaki gunung yang tinggi. Ia membimbing kudanya menelusuri celah sempit, mendaki ke puncak, sampai ia tiba di depan gua itu.
Kemudian pengelana itu bertanya pada seorang tua yang duduk di dalam gua, “Apakah Anda sang guru yang tersohor di seluruh dunia karena sangat bijaksana?” Orang tua itu berdiri, berjalan keluar ke arah terangnya siang hari, dan melihat kepada sang pengelana sambil berkata, “Ya, saya dikenal karena kebijaksanaan, ada apa?” “Orang tua yang bijak, bagaimana caranya agar saya menjadi berhikmat, dan di mana saya dapat menemukan kebijaksanaan?”, Tanya orang itu. Guru yang bijak itu menatap sejenak ke mata pengelana yang penuh rasa ingin tahu dan bertanya sebagai jawabannya, “Dimana Anda dapat menemukan kuda Anda?”, sambil berkata demikian ia berbalik dan kembali masuk ke dalam gua.
Jawaban orang tua bijak itu sangat jelas, kuda sang pengelana terus bersamanya setiap saat. Demikian juga dengan hikmat, ia dapar ditemui setiap saat. Jikmat sangat kita butuhkan dalam hidup ini. Namun hikmat tidak hanya kita temukan di tempat yang jauh. Misalnya dalam konteks pekerjaan, hikmat bisa kita dapat dengan bertanya kepada sesame rekan kerja atau kepada atasan, ataupun dengan membaca buku, mengakses internet, dan sebagainya. Singkatnya, hikmat ada di sekitar kita, yang bisa senantiasa kita temukan, asalkan kita mau mencarinya. Bukankah firman Tuhan di atas berkata bahwa hikmat berseru-seru di berbagai tempat? (HJO)
Asal kita peka
Hikmat ada di sekitar kita
Sumber BOM