Maaf, aku masih belum menemukan jawaban dari pertanyaanku.
Jadi kalo manusia itu selamat, karena ditakdirkan / ditentukan sebelum dunia dijadikan bahwa dia akan selamat, atau karena Tuhan mengetahui sebelumnya bahwa dia akan selamat?
IMHO, ”Tuhan mentakdirkan” vs ”Tuhan mengetahui sehingga seolah2 Tuhan mentakdirkan” itu adalah 2 hal yg berbeda lho. Yg pertama karena Tuhan aktif menjadikannya demikian, yg kedua Tuhan tidak aktif menjadikannya demikian.
Penyebab terjadinya dosa adalah Iblis / manusia dan Allah mengijinkan dosa bisa terjadi karena memberikan freewill kepada manusia.
Didalam kekekalan Tuhan sudah memiliki rancangan yang lengkap dan sempurna (Eternal Decree) akan keselamatan,khususnya bagi mereka yang sudah ditentukannya untuk diselamatkan dari dosa dosa yang akan mereka perbuat kelak didunia.
Jadi Tuhan memilih dari semua manusia yang akan binasa akibat dosa,maka sebagian akan diberikan anugerah keselamatan oleh Tuhan.
Saya tidak setuju menggunakan istilah takdir karena ketidakselamatan manusia adalah ulah dan dosa manusia itu sendiri bukan karena tidak dipilih atau ditentukan oleh Allah.
Predestinasi hanya menyangkut siapa yang akan selamat.
Quote from: solideogloria on June 04, 2013, 05:21:37 PM
Bukan takdir namanya kalau manusia memang mendapat hukuman akibat dosa dosanya sendiri,lihat replay saya No.161
Hmm… lagi2 kok aku belum menemukan jawaban dari pertanyaanku...
Takdir ini diartikan bertentangan dgn hukum alam. Kalo manusia berdosa, maka hukum alamnya tentu saja tidak selamat (dihukum). Ini bukan yg aku tanyakan.
Yang aku tanyakan, misal Jenova dan Solideogratia sama2 melakukan perbuatan dosa mencuri.
Keduanya diberi rahmat (kesempatan) utk bertobat. Soli bertobat dan meninggal sebagai orang percaya sehingga selamat, Jenova tidak bertobat dan meninggal dalam keadaan berdosa sehingga tidak selamat.
Apakah ini berarti Solideogratia ditakdirkan utk selamat, sedangkan Jenova tidak ditakdirkan utk selamat?
Soli bukan ditakdirkan melainkan dipilih untuk diselamatkan oleh Tuhan karena istilah takdir tidak pernah digunakan didalam Alkitab melainkan predestinasi.
Jenova dihukum bukan karena dia tidak dipilih melainkan karena memang statusnya berdosa dan upah dosa adalah maut,sebab Tuhan itu adil.
Quote from: solideogloria on June 04, 2013, 05:21:37 PM
Hanya satu Bapa Gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri bro,makanya Protestan tidak mengenal istilah Bapa Suci karena Yesus sendiri mengatakan hanya satu bapamu :
Matius 23:9 Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.
IMHO, hanya perbedaan semantic.
Kami sebut Agustinus Hippo sebagai bapa gereja. Di sini digunakan huruf “b” kecil, ga ada bedanya dengan panggilan kita kepada ayah kita dengan sebutan bapa atau bapak, kecuali kalo Anda mau artikan ayat tersebut bahwa dilarang utk memanggil ayah kandung kita dengan sebutan bapa / bapak.
Tokoh2 dari jaman gereja purba ini kami sebut bapa (ayah), karena memang mereka ini layaknya seorang ayah yg membesarkan, mengajarkan iman kristen kepada anak2nya, dan melindungi anak2nya itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah murid2 Tuhan di generasi2 berikutnya.
Btw, apa sebutan yg Anda berikan bagi Agustinus Hippo?
Saya tidak sependapat kalau menggunakan istilah Bapa didalam hal hal rohani karena memang dilarang oleh Tuhan Yesus.
Semua hal hal yang rohani harus mengacu kepada prinsip dan aturan yang sudah digariskan dan ditetapkan didalam Alkitab.
Diluar yang bersifat rohani tentu saja istilah itu biasa digunakan.
Saya menganggap mereka semua hanya para teolog gerejawi klasik yang memberikan sumbangsih bagi penegakan dan penerusan kebenaran ajaran para Rasul.
Quote from: solideogloria on June 04, 2013, 05:21:37 PM
Ah... ternyata ada kalimat lanjutannya yg terlewat utk Anda kutipkan sebelumnya:
Augustine's description of the person after the fall "not able not to sin (non posse non peccare)" is what it means for humanity to have lost the liberty of the will. Fallen man's will is free from coercion yes, but not free from necessity... ie. he sins of necessity due to a corruption of nature.
Ternyata aku salah memahami, bahwa “The Fall” yg dimaksud di sini bukan lah kejatuhan Adam dan Hawa, dan keempat tahapan dosa ini adalah sama seperti yg kami pahami, bahwa Agustinus mendeskripsikan 4 tahapan dosa dalam perjalanan hidup seseorang, bukan dalam sepanjang sejarah umat manusia.
Jadi ”The Fall” di sini, sebagaimana yg dituliskan dalam web tersebut, adalah ketika manusia menggunakan kehendak bebasnya secara salah, terjatuh dalam dosa, dan dia kehilangan kehendak bebas karena menjadi dikuasi oleh dosa itu (dosa menjadi kebutuhan).
"When the will was conquered by the vice into which it had fallen, human nature began to lose its freedom." - Augustine, On Man's Perfection in Righteousness iv 9 (MLP 44. 296; tr. NPNF V. 161)
"Through freedom man came to be in sin, but the corruption which followed as punishment turned freedom into necessity." - Augustine On Man's Perfection In Righteousness
Kembali ke postingan Anda #152, di mana Anda katakana:
Quote from: solideogloria on May 31, 2013, 03:31:36 AM
Kalau manusia menolak memang itu sudah kodratnya akibat dosa sejak didalam rahim ibunya (non posse non peccare).
IMHO tidak sesuai dengan ajaran Agustinus Hippo, atau bahkan ajaran dalam website yg Anda berikan, karena ”non posse non peccara” itu adalah tahapan ketika seseorang telah terjatuh dalam dosa, bukan karena dia telah berdosa sejak dalam kandungan.
Saya berbeda pendapat dengan anda sebab apa yang diajarkan Agustinus dan akhirnya diteruskan oleh para Reformator adalah status manusia dihadapan Allah dalam kaitannya dengan dosa dan freewill.
1. Adam memang ‘bisa berdosa dan bisa tidak berdosa’ karena freewillnya belum terpolusi oleh dosa dan dia belum pernah berdosa sebelumnya.
2. Semua keturunan Adam (kecuali Kristus) Sudah berdosa sejak didalam kandungan ibunya (dosa asal) dan dosa perbuatan selama hidupnya sehingga berlaku hukum Tuhan yaitu upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Dia sudah menjadi hamba dosa (Roma 6:17),dan freewillnya sudah dipolusi dosa sehingga tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
3. Setelah mereka menerima iman keselamatan dari Tuhan dan Roh Kudus tinggal selamanya didalam diri mereka maka mereka bisa berdosa dan bisa tidak berdosa lagi karena kutukan akibat dosa sudah dipatahkan oleh Yesus diatas Salib dan kuasa iman mereka bisa melawan cobaan dosa.
4. Setelah manusia ada di Sorga kelak maka tidak mungkin lagi melakukan dosa karena si Iblis sang pencoba itu sudah dibinasakan didalam Neraka kekal.
Tuhan sudah mengatakan bahwa apapun yang dilakukan kalau tanpa iman maka tidak ada yang berkenan bagi Tuhan :
Ibrani 11:6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.Jadi apapun yang dilakukan oleh manusia yang masih didalam status hamba dosa (bukan anak anak Allah) yang tanpa iman hanyalah dosa dihadapan Allah.
Shalom