Lantas, apakah kemudian Allah menyaksikan satu persatu manusia itu lahir, hidup dan mati? Menantikan dengan 'harap harap cemas' si manusia ini ngapain saja? Nope sepertinya tidak begitu, bro.
Kok ada kata "menantikan", salt ?
Nggak ada istilah "menantikan" apabila kita liat dari pov Allah (timeless), kaan ? Semua simultan ---> so Allah gak perlu cemas, toh semuanya kan dalam rancanganNYA ?
Tidak, predestinasi dan Kemahatahuan itu beda, kan?
Kemahatahuan tidak menentukan akhir.
Ya ... "itu beda" karena kita ngitung-nya secara krono durasi manusia.
ortu menentukan anak2nya (yg belum lahir) siapa2 saja yg akan dapet warisan (rencana yg belum terwujud).
NANTI akan dikasih nama Adi dan Budi (anak2 belon eksis)
NANTI Adi yang akan ortu kasih warisan. (anak2 belon eksis)
SEBELUM anak2 lahir, ortu SUDAH TAU bhw Adi akan dpt warisan - Budi tidak akan dapet warisan ----> tidak ada sangkutpaut ke"maha-tahu-an" sang ortu disini --->
murni predestinasi.Ilustrasi diatas, idem dgn 7 krono yg saya post-kan di reply #12.
Karena krono-nya logik.... walau buat saya "menyakitkan" melihat ortu yang step perancangannya seperi itu - namun saya setuju dan sependapat
.
Kalau anda sedang main game, kemudian teman anda menyarankan ini itu, apakah anda wajib atau bebas dalam memilih langkah di game tersebut?
Lah... ya itu lah... makanya saya katakan, si player itu 100% "free"will (bounded will)
.
salam.