Author Topic: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?  (Read 62125 times)

0 Members and 15 Guests are viewing this topic.

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #480 on: February 25, 2013, 11:34:54 AM »

@ Bro. Husada,


Tentang mempromosikan orientasi pada sosok individu, juga menurut pikiran saya ada kesalahkaprahan. Katolik, sepanjang pemahaman saya, memang sangat menghormati individu-individu yang dipandang layak dijadikan teladan bagaimana seharusnya dalam bersikap menjalankan perintah Jesus Kristus. Bukan hendak mempertuhankan individu tersebut, melainkan ingin menimba sikap individu tersebut tentang bagaimana seharusnya menjalankan perintah Tuhan. Yah... seperti sikap seorang anak yang mengidolakan orang tuanyalah.


20. Tidak mempertuhankan? Maksud Anda? Ukurannya? Mungkin sudah terkena ‘ketidak-sadaran’ yang mengental atau pengebalan atau keterbiasaan?

21. Dalam banyak forum Yesus sering digugat bahwa DIA tidak pernah mengaku dirinya sebagai ‘Allah’. Tapi ‘cara’ DIA mengungkapkannya memang berbeda dengan ukuran orang lain, ‘kan? Maksud saya, ‘sebelum’ dituduh demikian, apakah tidak ada inisiatif untuk mengurangi indikasinya? Misalnya, lihat gelar yang diberikan pada Paus dan Maria, yang nyerempet-nyerempt pada istilah yang melekat pada Allah… Apa tujuannya? Bagi Katolik itu ‘belum’, atau ‘tidak’ mempertuhankan, tapi bagi orang lain atau bagi Allah Tritunggal? Kita mungkin tidak pernah tahu, bukan? Tapi keberatan hati nurani ratusan juta orang tetap dipandang bukan sebagai ‘indikator’?



Tentang poin B itu, sudah mendapat penjelasan tambahan bukan? Bahwa menanam dan menyiram, sebenarnya hanya beda waktu, namun yang ditanam dan yang disiram adalah sama, yaitu kabar suka cita (Injil). Bukan bahan ajarnya yang berbeda. Bahan ajarnya hanya itu-itu juga, yaitu Injil (Kabar Suka Cita = Jesus Kristus).


Orientasi pada ‘beda waktu’ sudah saya tanggapi di atas (‘kronologis’).




Orientasi? Kayaknya Katolik juga tidak berorientasi kepada Paus, deh. Khususnya Katolik Roma, yang dipuja dan dipuji (diorientasi) adalah Allah Tritunggal yang dikenal melalui Jesus Kristus. Paus, memang dipercaya memiliki kewenangan mengajar, bukan tanpa alasan. Paus adalah penerus kompetensi penggembala yang diteruskan dari Petrus. Petrus memiliki kompetensi menggembala, jelas dikatakan oleh Jesus Kristus, "Gembalakanlah domba-dombaKu" kepada Petrus, di antara para murid lain. Perintah itu dikatakan bukan ketika hanya Jesus Kristus bersama Petrus. Itu dikatakan di antara para murid Jesus Kristus. Jadi, orientasi Katolik (Roma) adalah Jesus Kristus, Paus adalah penerus tongkat penggembalaan yang diberikan Jesus Kristus kepada Petrus.


Segala sesuatu dalam Gereja Katolik pasti disertai alasan, bahkan yang amat-sangat ‘kuat’. Persoalannya adalah alasan-alasan itu sendiri tidak dapat digugat karena memang tidak mungkin keliru… Karena tidak mungkin keliru, maka umat tinggal terima hasilnya saja dengan cara ‘mengimani’ yang diputuskan oleh Magisterium…




Wah... hebat. Tapi, nama yang disebut bukan Kefas saja, ya? Ada disebut juga aku (Paulus), ada Apolos, ada Kristus. Mengapa hanya nama Kefas yang disoroti? Tentang mengetahui, kayaknya semua yang percaya kepada Tuhan mengimani bahwa Tuhan mengetahui segala hal. Tentang orientasi, Katolik (Roma) tidak berorientasi kepada Paus, tetapi Paus memiliki kewenangan mengajar, sesuai dengan perintah Jesus Kristus di Mat 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.


23. Yang disoroti adalah ‘Kefas’ karena saya tidak tahu apakah Paulus, Apolos dan Kristus, memiiki pengikut yang orientasi mereka kepada sang pemimpin demikian kuat hingga menyebut mereka dengan ‘Holy Father’ dan menyatakan ‘infallible’ untuk tiap pernyataan ‘ex-cathedra’-nya (yang dipermasalahkan bukan kewenangan mengajarnya, melainkan infalibilitasnya).

Tentu semua orang tahu bahwa Allah Mahatahu, tapi terkadang kita perlu mengetahui implikasinya juga, bukan?


DISTRACTED-ORIENTATION

Bro. Husada,

24. Tentang ‘orientasi’, nampaknya ada sistem nilai individual (atau komunal?) di atara kita yang berbeda. Bagi Anda ‘sesuatu’ menyatakan tetap ber-‘orientasi’ kepada Allah/Kristus. Bagi saya (dan kebanyakan Protestan) ternyata tidak demikian. Lalu mana yang lebih mengarah kepada ‘perkenan’ Allah (nanti diskusinya pasti berkepanjangan, apa maksud ‘perkenan’ Allah? Ukurannya apa? Kitab Suci atau plus Tradisi Suci)?

Contoh pertama: keselamatan model “EENS” sudah menambahkan eklesio-sentris kedalam Kristo-sentris.

Contoh kedua: Anda mengatakan ‘orientasi Gereja Katolik adalah Yesus Kristus’? Well, Gereja Katolik itu sendiri sudah ‘menggeser’ Yesus sebagai ‘dasar Gereja’ dengan menggantikan-Nya dengan Petrus…

Contoh ketiga: pemberian ‘gelar’ (Holy Father, Vicar of Christ, Bunda Gereja, Bunda Allah, santa-santo), ritual, simbol, dll. adalah ‘media’ untuk menyembah Allah, bukan? Sekarang ada DUA hal yang terlibat dalam penyembahan: Allah dan ‘MEDIA’ penyembahan. (catatan bocoran: kini ‘MEDIA’ penyembahan ini mulai dikontraskan dengan konsep ‘tatanan Perjanjian Baru’ alias ‘New Covenant’).

Energi dan waktu serta mental- psychological-effort untuk ‘MEDIA’ tersebut pasti sedikit banyak ‘menyita’ bagian-bagian yang sebenarnya dapat lebih diarahkan dan diberikan secara LANGSUNG kepada Bapa (menyembah di dalam ‘roh’, Yoh 4:23,24), terlebih lagi pelanggaran atau sikap yang keliru atas ‘gelar’, ritual, simbol, dll., umumnya disertai konsekuensi (tidak seluruhnya?) moral dan/atau rohani (jika tidak dapat disebut ‘intimidasi’) yang menimbulkan rasa ‘bersalah’ (jika tidak mau disebut rasa ‘berdosa’ hingga memenuhi syarat perilaku keagamaan yang ‘legalistik’)…

Coba Anda pertimbangkan, apakah Gereja harus makin ‘murni’ berarti Gereja harus makin ‘peka’ terhadap perkembangan ‘ukuran’ di dunia? Maksud saya, jika ‘dunia’ (katakanlah ‘gereja non-katolik’ memiliki ukuran-ukuran yang ‘lebih tajam’ (misalnya dapat membuktikan atau memberikan alasan objektif bahwa beberapa gelar dan ‘MEDIA’ itu TIDAK BOLEH dianut dan diajarkan dalam gereja mereka) dibandingkan Gereja Katolik tentang batas-batas ‘orientasi’ (yang relatif ‘longgar’) di atas, apakah Gereja Katolik tidak ingin masuk dalam arus ‘pemurnian’ Gereja ini (walaupun itu berarti makin memangkas diri dengan mengurangi berbagai perilaku keagamaan dari orientasi yang mengurangi penyembahan ‘langsung’ pada Allah)?

25. Dalam kaitan itu, apakah orang Kristen yang tidak menerapkan ‘MEDIA’ seperti yang diajarkan dalam Katolik akan masuk sorga? Rasul Yakobus yang tidak sempat mengenyam bahkan nama ‘Gereja Katolik’, apakah dia masuk sorga? Rasul Paulus yang melarang peraturan tentang hari-hari yang terkait perayaan-perayaan, dan cerita-cerita dongeng, dll., serta yang diutus melayani non-Jews sehingga tidak mewariskan kebiasaan Yudaisme dalam ibadah gereja yang dirintisnya, apakah ia masuk sorga? Bahkan rasul Petrus, yang tidak sempat memiliki rumah ibadah resmi model Gereja Katolik sekarang (masih beribadah di rumah-rumah), sehingga tidak sempat menerapkannya bahkan tidak pernah mendengar berbagai julukan/gelar untuk Maria, apakah masuk sorga?

Lalu, sehubungan dengan ‘pemurnian’ di atas, kalau tidak mau ‘ketinggalan’, maka mau ‘lari’ dengan kecepatan berapa? Atau dengan ‘percepatan’, mungkin? Makin banyak, lho, orang yang mengejar bukan hanya ‘kesucian’, melainkan juga ‘kemurnian’…


Demikian, Bro, Husada…

Salam… Damai, damai, damai…

(Epafras)


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #481 on: February 25, 2013, 11:42:34 AM »

@Bro. Ond32lumut

KANON JUSTRU MEMBUKTIKAN PERBEDAAN ‘MATERI AJARAN’

Justru Kanon itu dihadirkan Allah untuk membuktikan adanya ‘Paulus’ yang berbeda dengan ‘Petrus’, dan ‘Yohanes’, serta ‘Yakobus’, dll., bukan? Mereka menulis dengan gaya, minat dan kapasitas masing-masing. Semua digabungkan menjadi satu, maka lengkaplah Kanon PB. ‘Perbedaan’ adalah untuk saling melengkapi. Penghadiran Kanon PB oleh Allah justru membuktikan bahwa keberbagaian ajaran memang dimunginkan dalam Kanon PB.

=======================================================================================
Ehm.... :-)  salam bro...

Sekarang apa menururt anda kasus kononisasi itu sinonim dengan kasus banyaknya denominasi protestan?
Kanonisasi menghasilkan sebuah produk, yaitu kita suci, yg kita gunakan bersama..


Salam, Bro...,

Kelihatannya sederhana… yaitu kanonisasi… Tapi ternyata ‘muatannya’ tidak sederhana. Kanon itu bukan hanya melibatkan kompleksitas manusia penulisnya saja, tapi juga pembaca dan jaman (harus dapat mengatasi  permasalahan jaman tapi sanggup mengarahkan budaya dan peradaban).

Kombinasi semua itu tentu tidak dapat disederhanakan dengan ‘tidak ada korelasinya’ dengan jumlah denominasi, bukan? Tapi, walaupun begitu, kita harus tetap konsisten dengan kriteria ‘perpecahan’ dalam Kitab Suci, dan tidak boleh mengutamakan ‘suka-atau-tidak-suka’ kita… termasuk atas jumlah denominasi itu… KARENA siapa tahu jumlah itu termasuk kepada ‘solusi’ mengatasi ‘perpecahan’… dan sekaligus menjadi solusi jaman (lihat fenomena ‘karismatik’ yang sudah saya sebutkan sebelumnya)…




Sekarang pertanyaanya: apakah ajaran kritus mengenai baptisan, dan keselamatan menurut kristen?

Perbedaan itu sah-sah saja, tapi denominasi terus muncul berlatar belakang protes terhadap denom asal, dan kemudian saling tunjuk bahwa dirinyalalah yg bnar..

Jadi apa sebab adad dan makin beertambahnya denominasi, kalau katanya perbedaan itu sah-sah saja? Uang mungkin? Hehehehe....

Sebenernya terjadi perbedaan pendapat itu pati dan wajar saja terjadi, jauh sebelum ada protestanisme, perbedaan pe dapat itu sdh terjadi dia tara jemeaat, dan itu sah-sah saja teradi..
Cuma, para rasul termasuk Paulus membhat solusi yaitu dengan cara bermusyawararh saling melelengkapai' saling memperkaya dan mempersolid kesatuan jemeaat. Demikian juga adengan konsili-konsili.. yg berfungsi untuk menyatukana pandangan-pandangan yang berbeda dengan bermusyawarah.

Dlm tubuh gerreja katolik sangata seri g terjadi perbedaan, makaka gereja zering mengadaakan konsili-konsili-. Mengahsilkan keputusan.

Gereja katolik dan gereja protestan sama saj, sering terjadi perbedaan pe dapat.. hanya saja solusinya yang berbeda, kalau gerej katolik de gan konsili, kalau protestan dengan cara memisahkan diri, buata denominasi baru.


Manusia (pembaca Kitab Suci) keberadaannya sangat kompleks, termasuk alasan-alasannya pun kompleks. Kita bicarakan satu fenomena, mungkin akan mengabaikan fenomena penyeimbang lainnya, sehingga walaupun kita pikir kita objektif, tapi selalu dapat kita pertanyakan objektifitas kita. Bukan hanya Katolik yang dapat mengklaim bahwa Magisterium mereka dipimpin oleh Roh Kudus, tapi Protestanpun bisa, ‘kan?

Tentang ‘solusi’ atas perbedaan yang ‘sah-sah saja’ memang tidak harus disertai ‘perpisahan’, tapi juga tidak harus selalu dengan ‘tetap dalam payung yang sama’.

Orang bebas untuk menilai bahwa ‘perpisahan’ bisa saja terjadi karena ‘kegagalan’ (dalam semua tingkat) dalam menjaga agar tidak berpisah.

Prinsipnya: pemurnian gereja pasti (atau mungkin ‘sedang’) terus berlangsung. Yang kudus makin kudus, yang jahat makin jahat. Penyesatan (menurut saya) bisa datang dari dalam gereja, dan bisa saja umat tidak menyadarinya, hingga dibutuhkan umat dari gereja lain (baca: penerus rasul lain selain Petrus…) untuk menegur mereka (itu kalau masih mengakui saudara seiman yang di dalam diri mereka berdiam Roh Kudus, atau sesama anggota ‘Gereja’, atau sesama anggota Tubuh Kristus).

Kalau konsili yang satu dengan konsili berikutnya berjarak lebih dari satu abad, ya, jelaslah itu tidak dapat diandalkan untuk menyamai laju kecepatan perubahan jaman, terlebih lagi untuk mengarahkan jaman dan peradaban… Tapi ini hanya perspektif saya saja.

Membuat denominasi baru pun tidak apa-apa, asalkan tidak dinilai (dikategorikan) ‘perpecahan’ oleh Allah dan tidak pula dinilai menabur ‘BENIH’ perpecahan.




Kalau kita mau melihat secara lebih jujur, sesungguhnya dlm tradisi protestanismelah yg tidak menetolelir perbedaan.. sehingga, mereka lebih me ilih berdiri sendiri ketimbang mencari solusi untuk sepakat. Itu!

Kemampuan orang dalam mengatasi masalah (termasuk perbedaan) tentu berbeda-beda. Tapi ‘pengalaman’ memang dapat menentukan kedewasaan. Toh Gereja Katolik, setelah sekian abad, tidak dapat menahan skisma dan Reformasi… atau menyatukan mereka kembali… Mungkin karena BENIH-nya adalah diri mereka sendiri?
 
Salam,

(Epafras)

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #482 on: February 25, 2013, 05:53:15 PM »
Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu Epafras.

Saya komentari pada yang masih saya artikan berbeda, ya?
A. DUA BANGUNAN, DUA DASAR, SATU PENDIRI
Mari kita mulai dengan satu hal ini:
BANGUNAN “A”:
Ada SATU bangunan, dengan dasar Yesus Kristus. Bangunan ini terus ‘dibangun’, hingga saat ini.
BANGUNAN “B”:
Lalu ada SATU bangunan lain, dengan dasar Petrus (ditarik dari tafsiran Mat 16:18). Nama bangunan ini adalah ‘Gereja Katolik’. Bangunan ini juga terus dibangun hingga saat ini.
Baik BANGUNAN “A” maupun BANGUNAN “B” mengklaim diri sebagai ‘didirikan oleh Yesus Kristus’.
Jadi,
Ada berapa ‘dasar’ bangunan? DUA.
Ada berapa bangunan? Dua.
Klaim ‘pendirinya’ ada berapa? Satu, yaitu Yesus Kristus.
Wah, semoga Injil yang kita pakai sama sehingga Mat 16:18 itu sama. Sebab, pernah terjadi, bertukar pikir sekian lama, ternyata meski sama-sama membahas ayat yang sama, tetapi bunyi ayatnya berbeda, karena Injil yang digunakan diterjemahkan oleh pihak (lembaga) yang berbeda. Semoga Mat 16:18 yang saya maksud adalah sama dengan yang Epafras maksud, yaitu berkata begini, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."

Jika Epafras dan saya sama-sama memaksudkan Mat 16:18 yang itu, maka sekarang kita mencoba mengartikannya. Menurut pemahaman saya, Mat 16:18 ini mengatakan bahwa yang didirikan Kristus hanya satu jemaat (Gereja) kepunyaan Kristus, didirikan di atas batu karang. Kristus tidak mendirikan jemaat-jemaat (Gereja-Gereja). Alam maut tidak akan menguasai jemaat yang didirikan Kristus itu. Jadi, jemaat (Gereja) yang didirikan Kristus itu didasarkan pada batu karang. Artinya, batu karang, dijadikan oleh Kristus sebagai dasar jemaat (Gereja) yang didirikanNya.

Mengapa menurut Epafras ada dua jemaat (Gereja)?

SEKARANG, kita masuk ke masa ‘dewasa ini’:
1. Kristen non-Katolik (misalnya saya, Karismatik, Pentakosta, Reformed, Baptis, dll, yang umumnya adalah penganut Sola Scriptura) TIDAK MUNGKIN dikategorikan ‘masuk’ sebagai BANGUNAN “B”, bukan? Nah, kalau bukan merupakan BANGUNAN “B”, apakah otomatis masuk sebagai anggota dari BANGUNAN “A”?
Bagaimana ceritanya hingga Epafras di postingan itu mengatakan BANGUNAN “A”:Ada SATU bangunan, dengan dasar Yesus Kristus. Bangunan ini terus ‘dibangun’, hingga saat ini. Pada bagian mananya Mat 16:18 Epafras pahami mengartikan seperti itu? Saya tidak menangkap bahwa Mat 16:18 itu mengisahkan adanya dua jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Kristus. Ayat itu menyatakan bahwa Kristus akan mendirikan jemaat (Gereja) yang didasarkan pada batu karang.
B. TERLEPAS DARI ‘DASAR KRISTUS’?

2. Memang benar, non-Katolik banyak mengklaim bahwa gereja mereka dibangun di atas dasar Kristus, dan menyebut gereja mereka merupakan bagian dari Gereja Kristus, Lalu Anda mengatakan, “tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus.”. Apa buktinya bahwa ‘bangunan’ (non-Katolik) itu terlepas dari dasar Kristus?
Weh, kayaknya saya tidak mengatakan bahwa jemaat-jemaat yang ada dewasa ini terlepas dari dasar Kristus. Epafras ingin memelintir postingan saya? Saya tidak mengharapkan itu.


Yang saya postingkan ialah jemaat yang didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus, walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus. Seperti saya katakan di awal posting kepada Epafras, pemikiran saya sederhana saja. Menurut sejarahnya, jemaat (Gereja) Roma didirikan oleh Paulus dan Petrus, meskipun tidak pada masa yang sama. [Kawan-kawan yang mempunyai tahun-tahun Paulus dan Petrus melayani di Roma bisa bantu?] Jemaat (Gereja) itu masih eksis sampai sekarang, yang dikenal sebagai Katolik Roma. Mengetahuinya, mudah saja, yaitu menarik garis waris kepausan, dari Benediktus XVI sekarang naik terus sampai ke Petrus, dan Kristus. Nah, jemaat-jemaat yang ada dewasa ini, secara sederhana saja kelihatan tidak jelas garis warisnya dari pimpinannya sekarang sampai ke para Rasul dan Jesus Kristus sendiri.

3. Kalimat ini Anda sEbut sebagai ‘bukti’ (tapi bukan bukti, melainkan pernyataan yang sama tapi dengan kalimat yang berbeda): “bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman)”, sebenarnya BANGUNAN “A” atau BANGUNAN “B”? Bagaimana Anda membuktikannya?
Saya kira, Epafras yang perlu membuktikan bahwa Mat 16:18 itu mengandung arti bahwa Kristus mendirikan jemaat-jemaat, dan bukan jemaat saja.

4.a. Bagaimana Anda tahu dan dapat membuktikan bahwa bangunan dewasa ini, “… terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus”, sementara mereka tidak mengklaim bahwa ‘dasar’ bangunan itu adalah Petrus?
Garis waris kepausan jemaat-jemaat yang ada sekarang, sudah sangat banyak yang tidak dapat ditelusur sampai ke para Rasul.

4.b. Bagaimana pula Anda membuktikan bahwa mereka tidak disertai oleh Tuhan Yesus sampai akhir jaman?
Kayaknya saya tidak memposting tidak disertai oleh Tuhan Yesus. Mana saya berani membatasi kehendak Tuhan Jesus Kristus?

4.c. Apakah klaim ‘tidak dapat sesat’ (dan/atau ‘infalibilitas’) merupakan ‘satu-satunya’ bukti bahwa Yesus menyertai Gereja Katolik sampai akhir jaman? Koq, sepertinya ‘mudah’ sekali menyebut klaim demikian, ya, mudah karena gereja lokal lainnya dapat menirunya, tanpa harus memberi bukti dari dinamika dan fenomena gereja sepanjang sejarahnya.

5. Apakah bangunan yang dibangun di atas dasar Petrus (BANGUNAN “B”), secara logis berarti terlepas dari bangunan yang dibangun di atas dasar Kristus?
Bolehkah saya minta ayat yang mengatakan ada jemaat (Gereja) yang didirikan di atas dasar Kristus? Kalo Mat 16:18, menurut pemahaman saya, jemaat yang didirikan Kristus itu didasarkan di atas baru karang. [bahasan tentang ini trit yang lain].

6. Jika BANGUNAN “B” sulit dibuktikanTELAH terlepas dari dasar Kristus sejak awal, bukankah lebih sulit lagi membuktikan BANGUNAN “A” terlepas dari dasar Kristus?
Yang mana yang Epafras maksudkan sebagai BANGUNAN "A" dan yang mana pula BANGUNAN "B"? Seperti tidak konsisten?
C. KATOLIK PUNYA UKURAN-UKURANNYA SENDIRI
Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

7. Kalau BANGUNAN “B” dibangun atas dasar ‘bukan Kristus’, melainkan Petrus, apakah bangunan itu tidak terlepas dari Kristus?
Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. menunjukkan bahwa Jesus Kristus mendirikan jemaatNya di atas batu karang, bukan di atas diriNya.

« Last Edit: February 26, 2013, 01:32:59 PM by Husada »
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #483 on: February 25, 2013, 05:53:35 PM »
8. ‘Keterlepasan’ dari ‘dasar Kristus’, bukan hanya dibuktikan dari ‘dasar’-nya saja yang berbeda (yaitu Petrus), melainkan ‘bangunan itu sendiri’ punya sistem yang tidak sesuai dengan Kitab Suci.
Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

9. Misalnya, Gereja Katolik punya ukuran-ukurannya sendiri, dalam arti hanya dapat ditimbang dan diukur oleh timbangan atau ukuran-ukuran internal Gereja Katolik saja, misalnya dalam memahami dan menilai “EENS”.
Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

10. Kalau produk hukum Gereja Katolik akan diukur dengan Kitab Suci saja dan (misalnya) terbukti ‘keliru’, maka hasil pengukurannya itu tidak akan pernah diakui ‘benar’ dan ‘valid’, karena Gereja Katolik memiliki tambahan ukuran lainnya, yaitu Tradisi Suci. Nah, logikanya, jika hanya sekedar bertentangan dengan Kitab Suci saja (misalnya tafsiran ‘petra’ dianggap merujuk pada Kefas/Petrus, Megisterium, dan “EENS”, serta ‘monopoli’ kata ‘katolik’ yang diambil dari kata sifat menjadi nama diri), akan tetapi jika masih didukung oleh Tradisi Suci, maka tetap dianggap sesuai dengan ajaran LISAN para rasul atau para bapa gereja.
Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

11. Lalu, dalam ‘sistem’-nya, jika dalam Kitab Suci, ‘magisterium’ terdiri dari 12 murid Kristus, tetapi Magisterium Gereja Katolik diwakili oleh penerus 11 rasul lainnya (Plus Paulus jadi 12), melainkan hanya berisi ‘para penerus rasul’ yang berkiblat pada Petrus saja. Nah, apakah Magisterium yang tidak menyertakan para penerus 11 rasul lainnya ini dapat disebut ‘valid’ dan produk-produk hukumnya dapat disebut ‘benar’ (terlebih lagi disebut ‘infallible)?
Meski ketika mandat penggembalaan diberikan, murid Jesus Kristus bukan hanya Petrus, tetapi Jesus Kristus memberikan hak penggembalaan hanya kepada Petrus, kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

12. Masih dalam ‘sistem’-nya, Gereja Katolik banyak yang keberatan dengan Kanon PL versi Sola Scripturis (tanpa menyertakan Deuterokanonika), karena Kanon para Sola Scripturis itu ditarik dari konsili lokal ‘Jamnia’ yang diselenggarakan kalangan Yudais untuk memvonis kekristenan sebagai ‘sesat’. Keberatan Gereja Katolik didasarkan pada “apakah mungkin hal yang infallible diperoleh dari yang tidak infallible?” Kenyataannya, Gereja Katolik sendiri pun menarik (‘beberapa’, jika tidak ‘seluruhnya’) produk infallible mereka dari ajaran atau tafsiran yang sebelumnya tidak pernah dinyatakan infallible, seperti ajaran (tafsiran?) para Bapa Gereja atas ajaran LISAN atau tertulis dari para rasul.
Lhah, kalo memang ada kelompok yang lebih mengutamakan produk Judaisme daripada produk Kristen, kayaknya Katolik tidak melarang, seperti Jesus Kristus tidak melarang Yudas Iskariot meski Jesus tahu Yudas akan menjualNya.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #484 on: February 25, 2013, 06:25:32 PM »
13. Kalau bukan karena ‘sosok individu manusia’, maka mengapa dikategorikan ‘perpecahan’ sementara Paulus dan inisiator Kitab Suci (yaitu Allah Tritunggal) tidak mengatakan demikian? Mengapa Anda bersikukuh membuat ukuran yang tidak sesuai dengan standar ‘Mereka’?
Epafras, Mat 16:18 itu mengatakan bahwa Kristus mendirikan jemaat (Gereja), bukan mendirikan jemaat-jemaat (Gereja-gereja)

14. Coba kalimat Anda yang saya bold-merah itu Anda terapkan pada Gereja Katolik. Itu lebih relevan. Ini kalimatnya(kalimat tambahan dari saya bold-biru):

Bahkan banyak orang yang telah dibaptis dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus dalam ‘Gereja Katolik’, TIDAK MENYADARI bahwa kumpulannya sudah didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus (yaitu Yesus Kristus, melainkan Petrus), walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus… bahkan tidak menyadari bahwa penggunaan nama diri dari kata sifat ‘katolik’ telah menghadirkan bangunan kedua (BANGUNAN “B”) disamping bangunan pertama (BANGUNAN “A”)
Maaf, saya jawab pertanyaan Epafras dengan pertanyaan, "Apakah seluruh kumpulan yang mengaku sebagai pengikut Kristus sekarang ini dapat ditarik garis warisnya[/i] sampai kepada Jesus Kristus?" Apakah ajaran yang diterapkan di kumpulan-kumpulan itu ujug-ujug diperoleh dari Kristus?

15. ‘Ketidak-sadaran’ tiap gereja (termasuk Katolik juga) mungkin merupakan hal umum. Tapi masalahnya adalah apakah dimungkinkan ‘akses’ untuk teguran, nasihat, kritik, koreksi dan ‘pengujian’ bahkan revisi atas ‘hal-hal yang mulai tidak disadari’ itu memang ‘terbuka’ atau tidak? Misalnya, kalau non-Katolik menilai “EENS” sebagai ‘keliru’ apakah mereka punya akses? Kenyataannya ‘dogma’ infalibilitas tidak memungkinkan untuk ‘hasil pengujian’-nya adalah ‘keliru’, bukan? Jadi, sekarang memang benar-benar ada DUA BANGUNAN.
Wadduh, jangan cemberut dong kalau tidak digubris. Dari semula, Gereja itu hanya satu, kemudian ada pihak yang memisahkan diri membentuk kumpulan baru, dan itu berkembang biak terus menjadi seperti sekarang ini. Lhah, analoginya, kalau seorang 'anak' memisahkan diri dari 'keluarga besar'nya, kemudian 'anak' itu berkembang biak, dan setelah banyak mau mengritik 'keluarga besar'nya, apakah ada keharusan 'keluarga besar'nya merespons kritikan 'anak' yang sudah memisahkan diri?
16. Ooo… jadi Anda berorientasi kepada ‘kronologis’? Boleh-boleh saja, Bro… Tapi apakah orientasi Anda itu ‘meniadakan’ atau memarjinalkan ‘pengajaran dan/atau pelayanan’ sebagai tafsiran yang juga ‘memungkinkan’? Atau kedua tafsiran (Anda dan saya) adalah benar? Atau justru tafsiran Anda itu keliru?

17. Tapi kalau Anda sebut Paulus adalah orang yang pertama mengabarkan Injil Sukacita di Korintus, dan dia disebut ‘menanam’, lalu Apolos ‘menyiram’, kemudian dimana peran Kefas/Petrus?
Hehheehheee... 'menanam' dan 'menyiram' itu hanya membedakan waktu saja, Epafras. Bahkan dimungkinkan Paulus 'menanam', dan dia pula yang 'menyiram'. 'Menanam' dan 'menyiram' itu sebenarnya ya sama saja, sama-sama mengabarkan kabar suka cita = Injil = Jesus Kristus. Mengapa jadi terpaku pada pengertian hanya Paulus yang 'menanam', dan hanya Apolos yang 'menyiram'? 'Menanam' dan 'menyiram' itu ya sama-sama mengabarkan kabar gembira, kabar keselamatan. Hehheehheee...

18. Bagaimana kalau orang lain berpendapat bahwa surat Paulus itu bukan surat pekabaran Injil Sukacita (‘menanam’), melainkan surat apostolik yang terkategorikan ‘menyiram’? Jadi, menurut saya, alternatif tafsiran yang Anda sajikan masih belum kokoh, Bro…

Hehehe… sorry, Bro… tafsiran Anda memang makin rumit  :grining:, tapi juga belum cukup kuat.
Saya kira, Epafras cukup mampu menangkap apa yang saya maksudkan, dan menurut saya, ini sudah saya respons. Hehheehheee... sepanjang Epafras mengerti apa yang saya maksud, itu sudah cukup bagi saya, apakah itu berterima atau tidak, bisa kita cari bagian mananya yang belum berterima.   :grining:
19. Justru karena adanya kecenderungan manusia selalu mengidolakan, bahkan mengkultuskan guru/pemimpin merekalah, maka ayat dalam I Korintus itu disajikan Allah, agar kecenderungan demikian dapat dikikis, dan tiap umat kepunyaan Allah sungguh-sungguh hanya berorientasi (formal, legal, konseptual, hingga implikasi dan praktisnya) kepada Allah saja, dan tidak boleh mereduksinya sama sekali, sesedikit apa pun, bahkan harus ditambah-tambahkan…
Weleh, weleh, weleh... lantas apa arti gembala bagi suatu kumpulan? Apakah tidak boleh meneladani seseorang yang dipandang lebih dekat dengan Tuhan? Apakah tidak boleh mempelajari sikap baik seorang yang dipilih Tuhan?

Jika hal seperti itu Epafras pandang sebagai menggerus kecintaan kepada Tuhan, kayaknya kita memang berbeda pemahaman. Hehheehheee...
Bagi Anda terasa berbeda dari yang saya ungkapkan?  Nah, mungkin itu karena ‘ketidak-sadaran’ yang ‘mengental’ (mendarah-daging), begitu?
:D  :grining:  :) Saya masih mengerti yang Epafras sampaikan. Saya berharap, Epafras juga mengerti yang saya sampaikan.

Damai sertamu.
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #485 on: February 25, 2013, 07:35:26 PM »
Damai sejahtera menyertaimu Epafras.
20. Tidak mempertuhankan? Maksud Anda? Ukurannya? Mungkin sudah terkena ‘ketidak-sadaran’ yang mengental atau pengebalan atau keterbiasaan?
Atau, bagaimana kalau Epafras saja menggambarkan pemahaman Anda tentang ukuran mempertuhankan itu?

21. Dalam banyak forum Yesus sering digugat bahwa DIA tidak pernah mengaku dirinya sebagai ‘Allah’. Tapi ‘cara’ DIA mengungkapkannya memang berbeda dengan ukuran orang lain, ‘kan? Maksud saya, ‘sebelum’ dituduh demikian, apakah tidak ada inisiatif untuk mengurangi indikasinya? Misalnya, lihat gelar yang diberikan pada Paus dan Maria, yang nyerempet-nyerempt pada istilah yang melekat pada Allah… Apa tujuannya? Bagi Katolik itu ‘belum’, atau ‘tidak’ mempertuhankan, tapi bagi orang lain atau bagi Allah Tritunggal? Kita mungkin tidak pernah tahu, bukan? Tapi keberatan hati nurani ratusan juta orang tetap dipandang bukan sebagai ‘indikator’?
Hmmm... di satu sisi, Epafras bilang tidak tahu, sementara di sisi lain, Epafras memastikan bahwa itu mempertuhankan. Yang mana yang benar menurut pemahaman Epafras?
Segala sesuatu dalam Gereja Katolik pasti disertai alasan, bahkan yang amat-sangat ‘kuat’. Persoalannya adalah alasan-alasan itu sendiri tidak dapat digugat karena memang tidak mungkin keliru… Karena tidak mungkin keliru, maka umat tinggal terima hasilnya saja dengan cara ‘mengimani’ yang diputuskan oleh Magisterium…
Katolik (Roma) hanya menerapkan perintah Jesus Kristus, "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mengingat bahwa sesuai janji Kristus yang akan menyertai Gereja sampai akhir zaman, maka umat menerima pengajaran dari pihak yang disertai Kristus. Selain itu, umat Katolik (Roma) juga menghayati "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku." Nah, kalo ada umat yang menolak pihak yang diutus sekaligus disertai Tuhan, kayaknya orang itu tidak layak menamakan diri sebagai pengikut Kristus. Bagaimana menurut pemahaman Epafras?
23. Yang disoroti adalah ‘Kefas’ karena saya tidak tahu apakah Paulus, Apolos dan Kristus, memiiki pengikut yang orientasi mereka kepada sang pemimpin demikian kuat hingga menyebut mereka dengan ‘Holy Father’ dan menyatakan ‘infallible’ untuk tiap pernyataan ‘ex-cathedra’-nya (yang dipermasalahkan bukan kewenangan mengajarnya, melainkan infalibilitasnya).
Weh... saya cenderung menangkap posting Epafras yang ini sebagai sesuatu yang tidak Epafras mengerti. Bisa lebih konkrit?
Tentu semua orang tahu bahwa Allah Mahatahu, tapi terkadang kita perlu mengetahui implikasinya juga, bukan?
Hehheehheee... no comment.
DISTRACTED-ORIENTATION[/b
Bisa lebih konkrit, Epafras?
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline Husada

  • FIK council
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 3585
  • Reputation Power:
  • Gerejaku Didirikan oleh Yesus Kristus
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #486 on: February 25, 2013, 07:35:39 PM »
24. Tentang ‘orientasi’, nampaknya ada sistem nilai individual (atau komunal?) di atara kita yang berbeda. Bagi Anda ‘sesuatu’ menyatakan tetap ber-‘orientasi’ kepada Allah/Kristus. Bagi saya (dan kebanyakan Protestan) ternyata tidak demikian. Lalu mana yang lebih mengarah kepada ‘perkenan’ Allah (nanti diskusinya pasti berkepanjangan, apa maksud ‘perkenan’ Allah? Ukurannya apa? Kitab Suci atau plus Tradisi Suci)?
Betul, kelihatannya banyak kosa kata yang kita maknai bernuansa berbeda.
Contoh pertama: keselamatan model “EENS” sudah menambahkan eklesio-sentris kedalam Kristo-sentris.
Wadduh... jangan pakai bahasa yang sulit-sulit. Di permulaan diskusi juga sudah saya sampaikan bahwa saya hanya menyampaikan pikiran sederhana. Bisakah Epafras menyajikannya dalam bahasa yang dapat saya cerna?
Contoh kedua: Anda mengatakan ‘orientasi Gereja Katolik adalah Yesus Kristus’? Well, Gereja Katolik itu sendiri sudah ‘menggeser’ Yesus sebagai ‘dasar Gereja’ dengan menggantikan-Nya dengan Petrus…
Lhah... kelihatan lagi perbedaan kosa kata yang kita pahami. Saya kira, pada Mat 16:18 itu, kita belum sepaham.

Begini saja dulu, "batu karang ini" yang terdapat pada Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya, kalau diperlihatkan dengan menunjuk, menurut Epafras, dada siapa yang ditunjuk oleh Jesus Kristus? DadaNya sendiri atau dada Petrus?

Contoh ketiga: pemberian ‘gelar’ (Holy Father, Vicar of Christ, Bunda Gereja, Bunda Allah, santa-santo), ritual, simbol, dll. adalah ‘media’ untuk menyembah Allah, bukan? Sekarang ada DUA hal yang terlibat dalam penyembahan: Allah dan ‘MEDIA’ penyembahan. (catatan bocoran: kini ‘MEDIA’ penyembahan ini mulai dikontraskan dengan konsep ‘tatanan Perjanjian Baru’ alias ‘New Covenant’).

Energi dan waktu serta mental- psychological-effort untuk ‘MEDIA’ tersebut pasti sedikit banyak ‘menyita’ bagian-bagian yang sebenarnya dapat lebih diarahkan dan diberikan secara LANGSUNG kepada Bapa (menyembah di dalam ‘roh’, Yoh 4:23,24), terlebih lagi pelanggaran atau sikap yang keliru atas ‘gelar’, ritual, simbol, dll., umumnya disertai konsekuensi (tidak seluruhnya?) moral dan/atau rohani (jika tidak dapat disebut ‘intimidasi’) yang menimbulkan rasa ‘bersalah’ (jika tidak mau disebut rasa ‘berdosa’ hingga memenuhi syarat perilaku keagamaan yang ‘legalistik’)…
Bahasan topik lain lagi, nih. Mungkin sudah ada tritnya. Kita cari sama-sama yuk?
Coba Anda pertimbangkan, apakah Gereja harus makin ‘murni’ berarti Gereja harus makin ‘peka’ terhadap perkembangan ‘ukuran’ di dunia? Maksud saya, jika ‘dunia’ (katakanlah ‘gereja non-katolik’ memiliki ukuran-ukuran yang ‘lebih tajam’ (misalnya dapat membuktikan atau memberikan alasan objektif bahwa beberapa gelar dan ‘MEDIA’ itu TIDAK BOLEH dianut dan diajarkan dalam gereja mereka) dibandingkan Gereja Katolik tentang batas-batas ‘orientasi’ (yang relatif ‘longgar’) di atas, apakah Gereja Katolik tidak ingin masuk dalam arus ‘pemurnian’ Gereja ini (walaupun itu berarti makin memangkas diri dengan mengurangi berbagai perilaku keagamaan dari orientasi yang mengurangi penyembahan ‘langsung’ pada Allah)?
Lhah... dari awal, yang meninggalkan Gereja Katolik itu siapa? Apakah kalau yang meninggalkan Gereja itu 'menggurui' Gereja akan memasukkan Gereja ke 'pemurnian' seperti yang Epafras maksudkan? Sejak semula, Jesus Kristus sendiri sudah menjanjikan akan menyertai sampai akhir zaman, apakah Epafras percaya pada janji Jesus Kristus? Apakah mungkin, walau baru 2.000 tahun lalu Jesus Kristus lupa pada janjiNya yang mengatakan akan menyertai sampai akhir zaman?

25. Dalam kaitan itu, apakah orang Kristen yang tidak menerapkan ‘MEDIA’ seperti yang diajarkan dalam Katolik akan masuk sorga? Rasul Yakobus yang tidak sempat mengenyam bahkan nama ‘Gereja Katolik’, apakah dia masuk sorga? Rasul Paulus yang melarang peraturan tentang hari-hari yang terkait perayaan-perayaan, dan cerita-cerita dongeng, dll., serta yang diutus melayani non-Jews sehingga tidak mewariskan kebiasaan Yudaisme dalam ibadah gereja yang dirintisnya, apakah ia masuk sorga? Bahkan rasul Petrus, yang tidak sempat memiliki rumah ibadah resmi model Gereja Katolik sekarang (masih beribadah di rumah-rumah), sehingga tidak sempat menerapkannya bahkan tidak pernah mendengar berbagai julukan/gelar untuk Maria, apakah masuk sorga?
Sorga? Emang ada manusia yang tahu sorga secara persis? Apakah ada manusia yang tahu kriteria pasti yang diberlakukan oleh Tuhan dan dapat diketahui orang lain secara pasti? Pertanyaan Epafras itu salah arah. Untuk mendapat jawaban pasti, itu pertanyaan ke Tuhan Jesus Kristus.

Walaupun di Mat 16:19 tertulis Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga, saya belum dapat mengetahui apakah Petrus masuk Sorga atau tidak. Siapa tahu dia hanya ditugaskan memegang kunci tanpa dapat masuk ke dalamnya, kan?:D  :grining:  :) Tetapi, mengingat Jesus Kristus tidak pernah berbohong, kayaknya Petrus tidak akan mengikat dirinya sendiri. Dengan iman kepada Tuhan Jesus Kristus, saya percaya orang-orang yang Epafras sebut itu sudah masuk Sorga.

Lalu, sehubungan dengan ‘pemurnian’ di atas, kalau tidak mau ‘ketinggalan’, maka mau ‘lari’ dengan kecepatan berapa? Atau dengan ‘percepatan’, mungkin? Makin banyak, lho, orang yang mengejar bukan hanya ‘kesucian’, melainkan juga ‘kemurnian’…
Maksudnya?
Demikian, Bro, Husada…
Salam… Damai, damai, damai…
(Epafras)
Terima kasih Epafras. Damai, damai, damai.
« Last Edit: February 25, 2013, 07:38:14 PM by Husada »
PRO ECCLESIA ET PATRIA, PRO PATRIA ET ECCLESIA

Offline Leonardo

  • Global Moderator
  • Super Hero
  • *****
  • Posts: 1772
  • Reputation Power:
  • katolik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #487 on: February 26, 2013, 09:18:12 AM »
@ Bro Leo,

1. Kasusnya diungkapkan (yaitu 'perpecahan' yang disebabkan orientasi pada sosok individu), lalu solusinya diberikan, yaitu ‘menanam’ dan ‘menyiram’. Hal apakah yang dapat disebut ‘solusi’ untuk ‘perpecahan’ selain pengajaran dan/atau pelayanan? Itulah pula yang dilakukan Katolik untuk ‘membina’ Marthin Luther (eks-komunikasi?) sebelum dia memisahkan diri dari Katolik, bukan?
Imho yang dibicarakan Paulus adalah mengingatkan kembali bahwa umat jangan terpecah pada individu2 hamba Tuhan tetapi yang dilihat pekerjaan mereka yaitu menanam, menyiram...semua itu diletakkan pada dasar yang sama yaitu Yesus Kristus...

pertanyaannya apakah Yesus mengajarkan ajaran yang berbeda2 bagi tiap murid...di ayat mana silahkan anda sebutkan...ayat Yesus mengajarkan ajaran A bagi Petrus di lain kesempatan ayat B pada Yohanes atau ayat C pada Paulus...

Menanam dan menyiram justru menyiratkan menanam dan menyiram pada ladang yang sama dan tumbuhan yang sama bukan beda ladang atau beda tanaman.

Orang yang menanam biji apel tidak akan mungkin berbuah jeruk begitu seturusnya.
Quote

2. Berbicara tentang ‘menanam’ dan ‘menyiram’, tetapi dikaitkan dengan ‘pertumbuhan’ yang justru dilakukan oleh Allah (berarti bersifat ‘rohani’, ‘kan?), kira-kira apa yang dimaksudkan dengan ‘menanam’ dan ‘menyiram’ itu? Jawabannya pasti tidak akan mengenyampingkan pengajaran dan/atau pelayanan, ‘kan?

3. Kalau ketiga sosok individu itu (Paulus, Apolos, Kefas) datang ke Korintus, apa yang mereka lakukan disana tetapi yang bisa ‘ditumbuhkan’ oleh Allah? Kalaupun Anda menemukan jawaban lain, pasti selalu menyertakan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’, bukan?

4. Ayat 8 menyebut ‘upah’ dan ‘pekerjaan’. Nah, ’pekerjaan’ apa yang terkait dengan 'upah' dimana yang memberi upahnya adalah Allah? Pasti juga tidak akan membuang atau mengabaikan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’.

5. Masih dalam kaitan antara ‘perpecahan’ yang disebabkan orientasi pada sosok individu yang dikontraskan dengan ‘menanam’ dan ‘menyiram’, dalam ayat 9 Paulus menyatakan: “Kami adalah kawan sekerja Allah…”.  Nah, pekerjaan apakah yang dapat dikategorikan demikian? Pastilah tidak akan mengabaikan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’.

6. Dalam ayat 5 dinyatakan kata ‘pelayan’. Nah, kata apa yang pantas untuk merangkaikan kata ‘menanam’ dan ‘menyiram’ tetap terkait dengan ‘pelayan’? Pasti tidak akan mengenyampingkan ‘pengajaran’ dan/atau ‘pelayanan’.

7. Paulus sedang menuliskan surat kerasulan (surat apostolik) kepada jemaat itu. Jadi pastilah ia sedang ‘mengajar’, dan tidak mungkin hal ini tidak termasuk dalam kategori ‘menanam’ atau ‘menyiram’, ‘kan?.

Lalu di bagian mana perbedaan pengajaran ajaran iman dari Paulus dan Apolos atau Kefas hingga mereka repot2 menyatukan pendapat dalam konsili Yerusalem.

Jika perbedaan ajaran iman itu fine2 saja maka mereka tidak akan kumpul bareng, rapat , etc untuk membicarakan masalah perbedaan pendapat.

Karena bagi Paulus dan Kefas ajaran Kristen itu adalah satu , seia dan sekata...
Jadi kalau ada perbedaan pendapat mereka akan kumpul dalam sebuah konsili.


Quote


Contoh yang saya berikan bukan antara Apolos dan Paulus, melainkan Injil Sinoptis dengan Injil Yohanes; dan ajaran Paulus dengan Petrus (karena kita tidak memiliki contoh ajaran Apolos).

Prinsipnya, perbedaan ajaran bukan berarti saling bertentangan atau berkontradiksi, melainkan saling melengkapi. Petrus tidak menulis tentang Roh Kudus, iman karunia-karunia Roh Kudus, dan utamanya konsep tentang Tubuh Kristus dan karunia pelayanan, serta doktrin keselamatan dalam kaitan dengan nabi-nabi Israel dan Kristus..., padahal Paulus mengajarkannya.

Demikian juga, Injil Sinoptis tidak banyak mengajarkan tentang ‘AKULAH’ (dalam pengajaran Yesus) suatu tema yang justru ditekankan dalam Injil Yohanes.


Semoga cara berpikir Anda tidak berorientasi kepada ‘sosok individu’ karena menyatakan ‘jemaat Paulus’… ‘jemaat Apolos’…. Sebab, justru konsep demikianlah yang sebenarnya dikritik Paulus (istilah yang dia gunakan adalah ‘golongan’).

Yang harus sehati dan sepikir tentu saja jemaat yang sudah mengalami ‘perpecahan’ itu. Ajaran memang sudah dan akan terus diberikan para pengajar kepada jemaat. Sekalipun para rohaniwan itu sudah mengajar disana, tetapi ternyata ‘pengajaran’ mereka diresponi dengan cara yang salah, yaitu pengidolaan tokoh pengajarnya (‘perpecahan’).

Perbedaan ajaran tidak sama dengan saling melengkapi ....
Injil yang berbeda antara sinoptis dan Yohanes tidak menjadi bukti ada perpecahan ajaran...karena tulisan2 tersebut saling melengkapi...

bedakan dengan ajaran berbeda antara TUlip dan non Tulip atau OSAS dan non OSAS atau makanan haram dan tidak.

Karena hal tersebut adalah contoh ajaran yang saling bertolak belakang bukan saling melengkapi seperti injil sinoptis dan Injil Yohanes...

sampai di sini dulu apakah sudah jelas  :)

salam  :)

In Omnibus Caritas

Offline Gavin Tuturuga

  • Super Hero
  • ******
  • Posts: 1276
  • Reputation Power:
  • Denominasi: -
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #488 on: February 26, 2013, 12:00:18 PM »
Epafras, solideogratia ini dari dulu sudah dibilangi bahwa haruslah dibedakan antara AJARAN YG BERTOLAK BELAKANG, dengan jemaat yg berbeda (seperti yg ditulis dalam surat Paulus itu)

Yang dikritik Paulus adalah jemaat yg berbeda, karena Paulus berpendapat bahwa meskipun jemaat beda, tetapi PENGAJARAN kira-kira sama dan bisa saling melengkapi.

Sedangkan yg terjadi pada pengikut martin luther adalah PENGAJARAN yg BUKAN SALING MELENGKAPI, tetapi pengajaran yang BERTOLAK BELAKANG dari pengajaran yg sudah ada.
Back to TOPIC!

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #489 on: February 27, 2013, 02:51:49 PM »

@ Bro. Husada,


Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu Epafras.
Semoga Mat 16:18 yang saya maksud adalah sama dengan yang Epafras maksud, yaitu berkata begini, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."

Jika Epafras dan saya sama-sama memaksudkan Mat 16:18 yang itu, maka sekarang kita mencoba mengartikannya. Menurut pemahaman saya, Mat 16:18 ini mengatakan bahwa yang didirikan Kristus hanya satu jemaat (Gereja) kepunyaan Kristus, didirikan di atas batu karang. Kristus tidak mendirikan jemaat-jemaat (Gereja-Gereja). Alam maut tidak akan menguasai jemaat yang didirikan Kristus itu. Jadi, jemaat (Gereja) yang didirikan Kristus itu didasarkan pada batu karang. Artinya, batu karang, dijadikan oleh Kristus sebagai dasar jemaat (Gereja) yang didirikanNya.


Damai sejahtera untukmu Husada,

Mohon maaf, saya tidak memperhatikan pesan Anda tentang kesederhanaan.

Tentang Mat 16:18 akan sangat panjang bahasannya.

Saya setuju dengan kalimat Anda di atas, kini tinggal menafsirkan ‘apa’ atau ‘siapa’ yang dimaksudkan dengan ‘batu karang’ (Yun.: ‘petra’) itu…

Saat ini saya sedang mendiskusikan topik ini dengan katolisitas.org pada artikel berjudul, “Tentang ‘Petros’ atau ‘Petra’” (http://katolisitas.org/4606/tentang-petros-dan-petra). Disana saya menggunakan nama “Hamba02” (disambung, bukan “Hamba 02”).




Mengapa menurut Epafras ada dua jemaat (Gereja)?
 Bagaimana ceritanya hingga Epafras di postingan itu mengatakan BANGUNAN “A”:Ada SATU bangunan, dengan dasar Yesus Kristus. Bangunan ini terus ‘dibangun’, hingga saat ini. Pada bagian mananya Mat 16:18 Epafras pahami mengartikan seperti itu? Saya tidak menangkap bahwa Mat 16:18 itu mengisahkan adanya dua jemaat (Gereja) yang didirikan oleh Kristus. Ayat itu menyatakan bahwa Kristus akan mendirikan jemaat (Gereja) yang didasarkan pada batu karang.


Ceritanya begini:

Dalam surat Paulus (I Korintus 3) di atas ada satu bangunan yang dasarnya adalah Kristus. Bangunan ini saya sebut sebagai BANGUNAN “A”.

Lalu, ada bangunan yang juga didirikan oleh Yesus dalam Mat 16:18. Pihak Gereja Katolik menafsirkan ‘batu karang’ (Yunani: ‘petra’) dalam ayat itu sebagai ‘Petrus’. Nah, ‘batu karang’ ini adalah dasar Gereja. Maka jadilah Petrus sebagai dasar Gereja Katolik… Inilah tafsiran Gereja Katolik atas ‘batukarang’ (atau ‘petra’) itu. Ini saya sebut dengan BANGUNAN “B”.

Jadi, DUA bangunan itu didasarkan atas DUA ayat di atas, BUKAN didasarkan hanya dari satu ayat saja, yaitu Mat 16:18.




Weh, kayaknya saya tidak mengatakan bahwa jemaat-jemaat yang ada dewasa ini terlepas dari dasar Kristus. Epafras ingin memelintir posting[/]an saya? Saya tidak mengharapkan itu.


Saya tidak pernah memelintir postingan orang lain. Tidak ada gunanya (malah mungkin merupakan dosa). Kalau ada kekeliruan, pastilah karena saya salah menangkap apa yang Husada tuliskan... CMIIW...

Coba kita lihat lagi postingan Husada, ya…


Yang saya postingkan ialah jemaat yang didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus, walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus. Seperti saya katakan di awal posting kepada Epafras, pemikiran saya sederhana saja. Menurut sejarahnya, jemaat (Gereja) Roma didirikan oleh Paulus dan Petrus, meskipun tidak pada masa yang sama. [Kawan-kawan yang mempunyai tahun-tahun Paulus dan Petrus melayani di Roma bisa bantu?] Jemaat (Gereja) itu masih eksis sampai sekarang, yang dikenal sebagai Katolik Roma. Mengetahuinya, mudah saja, yaitu menarik garis waris kepausan, dari Benediktus XVI sekarang naik terus sampai ke Petrus, dan Kristus. Nah, jemaat-jemaat yang ada dewasa ini, secara sederhana saja kelihatan tidak jelas garis warisnya dari pimpinannya sekarang sampai ke para Rasul dan Jesus Kristus sendiri.


Frasa, “jemaat yang didirikan… “ saya tafsirkan sebagai non-Katolik. Mengapa? Karena ada kalimat selanjutnya yang menyatakan, “… bukan lagi sebagai terusan… “ yang berarti ‘terlepas’.

Pertanyaannya, “Terlepas dari apa?” (atau, "bukan lagi terusan dari apa"?)

Jawabannya ada pada frasa berikutnya, “… dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus…”. Kumpulan yang dimaksudkan itu adalah ‘gereja’ dengan dasar Yesus Kristus, bukan?

Jadi, tafsiran saya atas kalimat Husada adalah: “Jemaat non-Katolik telah terlepas dari dasar Kristus”.

Maka kemudian muncullah pertanyaan saya: “Bagaimana Anda membuktikannya?”

Jadi, poinnya adalah: saya harus membuktikan bahwa Husada memang sedang membandingkan antara Katolik dengan non-Katolik. Satu bukti telah saya nyatakan tadi. Sekarang kita lihat bukti berikutnya, yaitu kalimat Anda ini:


Banyak bangunan-banguna baru didirikan oleh orang-orang, dengan menyebut, sekali lagi (hanya=sola) menyebut, bahwa dasar bangunan itu adalah Jesus Kristus, tetapi terlepas dari bangunan yang disebutkan oleh Paulus bahwa dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Artinya, banyak bangunan baru didirikan, dengan menyebut berdasarkan kepada Jesus Kristus, tetapi bukan bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus. Buktinya, bangunan-bangunan itu terlepas dari bangunan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus yang masih eksis (disertai Tuhan sampai akhir zaman).”


Anda tidak akan menyebut kata ‘banyak’ atau ‘bangunan-bangunan’ (jamak) jika Anda ingin merujuk kepada Katolik, bukan? 

Nah, kalau disimpulkan, Anda ingin agar saya memahami postingan Anda bahwa Anda hanya membicarakan tentang Katolik saja (satu pihak saja), yaitu Gereja Katolik Roma. Sedangkan saya justru memahami postingan Anda itu sedang membicarakan dua pihak, yaitu Katolik dan non-Katolik. Maka muncullah pertanyaan saya: mohon buktikan bahwa gereja non-katolik terlepas dari Kristus. Namun, jika satu diskusi memang membicarakan tentang Katolik dan non-Katolik, tentu jawaban saya dalam postingan sebelumnya tetap berlaku.

Sekali lagi, kalau tafsiran saya atas kalimat Husada di atas ternyata keliru, saya mohon maaf.  :grining:

(Bersambung…)


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #490 on: February 27, 2013, 03:19:54 PM »
@ Bro. Husada,



Bolehkah saya minta ayat yang mengatakan ada jemaat (Gereja) yang didirikan di atas dasar Kristus? Kalo Mat 16:18, menurut pemahaman saya, jemaat yang didirikan Kristus itu didasarkan di atas baru karang. [bahasan tentang ini trit yang lain].


Ini ayatnya:

I Kor 3:11  Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Dan Yesus sebagai ‘batukarang’ ada dalam ayat ini:

1 Kor 10:4, “sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.

Jadi, tafsiran Katolik bahwa ‘batu karang’ dalam Mat 16:18 itu adalah Petrus, jelas melanggar Kitab Suci (dua ayat di atas). Karena itulah saya mengatakan tentang Katolik adalah ‘BENIH’ perpecahan, karena mengutamakan sosok individu Petrus (dan penerusnya, Paus, yang bersama Magisterium memproduksi “EENS” yang dianggap infallible).

Dengan demikian sekarang sudah ada DUA bangunan. Bangunan Gereja Katolik dibangun di atas DASAR Petrus, sedangkan Bangunan ‘Gereja’ yang SATU itu dibangun di atas DASAR Kristus. Karena DASAR-nya berbeda, maka dapat disebutkan DUA bangunan itu ‘terlepas’ satu sama lainnya.




Yang mana yang Epafras maksudkan sebagai BANGUNAN "A" dan yang mana pula BANGUNAN "B"? Seperti tidak konsisten?


BANGUNAN “A” adalah ‘Gereja’ dengan ‘DASAR’-nya Kristus, baik dari I Kor 3:11, maupun Yesus Kristus sebagai ‘batu karang’ dalam I Kor 10:4.

BANGUNAN “B” adalah ‘Gereja Katolik’ karena ‘DASAR’-nya Petrus (ditarik dari tafsiran atas ‘batukarang’/petra dalam Mat 16:18).

Kemudian saya bertanya: dari kedua bangunan itu, mana yang ‘terlepas’ dari ‘DASAR’ Kristus?


Akhirnya, coba pertimbangkan hal-hal berikut ini, dengan DUA DASAR yang BERBEDA di antara Katolik dan non-Katolik, mana yang lebih berhak untuk:
1. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang menyatu dengan Kristus?
2. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang didirikan oleh Kristus?
3. Mengklaim bahwa anggotanya adalah anggota ‘Gereja’ yang SATU dan katolik?
4. Mengklaim bahwa pihak gereja lain telah melakukan ‘perpecahan’ dalam gereja-Nya?
5. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang disertai oleh Yesus Kristus hingga akhir jaman?
6. Mengklaim bahwa gerejanyalah yang merupakan Mampelai Kristus?
7. Mengklaim bahwa anggota gerejanyalah yang merupakan anggota Tubuh Kristus?





Meski ketika mandat penggembalaan diberikan, murid Jesus Kristus bukan hanya Petrus, tetapi Jesus Kristus memberikan hak penggembalaan hanya kepada Petrus, kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."


Postingan saya adalah tentang ‘Magisterium’, bukan tentang penggembalaan.

Magisterium terdiri dari banyak orang (yaitu Paus plus Uskup dan Kardinal?) dan haknya disebut ‘wewenang mengajar’, sedangkan penggembalaan (seperti yang Anda katakan), terbatas hanya kepada satu orang, yaitu Petrus, hak-nya Anda sebut sebagai ‘hak menggembalakan’.

Ini postingan saya:


11. Lalu, dalam ‘sistem’-nya, jika dalam Kitab Suci, ‘magisterium’ terdiri dari 12 murid Kristus, tetapi Magisterium Gereja Katolik diwakili oleh penerus 11 rasul lainnya (Plus Paulus jadi 12), melainkan hanya berisi ‘para penerus rasul’ yang berkiblat pada Petrus saja. Nah, apakah Magisterium yang tidak menyertakan para penerus 11 rasul lainnya ini dapat disebut ‘valid’ dan produk-produk hukumnya dapat disebut ‘benar’ (terlebih lagi disebut ‘infallible)?


Kalau tidak salah, Paus adalah penerus Petrus, sedangkan Magisterium adalah penerus rasul (CMIIW).

Baiklah, saya jelaskan maksud saya…

1. Persidangan pertama di Yerusalem (Kis 15) terkadang oleh Katolik disebut sebagai Konsili pertama (CMIIW). Dalam konsili itu hadir unsur-unsur:
a. Para rasul. Katolik menyebutnya, “diketuai oleh Petrus”.
b. Para penatua. Disana hadir Yakobus. Dia bukan rasul (karena Rasul Yakobus telah wafat sebelumnya). Jadi, Yakobus ini adalah seseorang dengan jabatan ‘penatua’. Masuk dalam kategori ini adalah pengikut Yesus yang non-rasul.
c. Unsur Paulus, yang walaupun disebut ‘Rasul’ dan penulis Kitab Suci, tetapi dia bukan satu dari 12 anggota Murid Kristus (rasul).

2. Persidangan yang diklaim sebagai konsili oikumenis pertama itu, oleh Katolik juga sering diklaim sebagai ‘justifikasi’ untuk keberadaan Magisterium (CMIIW). Jika benar Katolik mengklaim demikian, maka perhatikan unsur-unsur di atas. Kita mulai dulu dua unsur pertama, yaitu para rasul dan para penatua.

3. Dari 12 rasul itu, masing-masing pati melaksanakan Mat 28:18-20, yaitu memberitakan Injil keluar Israel. Disana mereka juga punya murid-murid, dan para murid mereka itu pun memuridkan orang lain lagi… begitu seterusnya.

4. Tetapi kemudian, di masa kini, kita melihat bahwa Magisterium Gereja Katolik ROMA, hanya diwakili oleh murid-murid (yang disebut ‘penerus’) Rasul Petrus saja, bukan (CMIIW)? Kita ambil contoh, misalkan para ‘penerus Petrus’ ini berjumlah 300 orang (uskup plus kardinal). Penerus Andreas 50 orang. Penerus Yohanes 50 orang, Andreas 50 orang, dst… Anggaplah diluar penerus Petus, jumlah para ‘uskup’ ini adalah 700 orang, sehingga jumlah keseluruhan penerusnya adalah 1000 orang.


Pertanyaannya:

1. DIMASA KINI, yang disebut MAGISTERIUM Gereja Katolik itu apakah yang berjumlah 300 orang (hanya dari pihak Petrus saja) atau yang berjumlah 1000 orang (yaitu yang berasal dari dari penerus 11 murid Yasus lainnya plus penerus para penatua non-rasul)? Jadi ada kemungkinan ‘perbedaan’ komposisi antara Magisterium dalam konsili pertama (di Yerusalem) dengan Magisterium Katolik masa kini, bukan?

2. Jika memang benar ‘ada perbedaan komposisi’ Magisterium, maka apakah KEBERADAAN Magisterium MASA KINI (yang diklaim sebagai Magisterium Gereja universal) adalah SAH?

3. Jika memang benar ‘ada perbedaan komposisi’ pada kedua Magisterium, maka apakah penetapan berbagai dekrit definitif yang infallible OLEH Magisterium Gereja Katolik MASA KINI adalah SAH?

4. Jika penetapan dogma infalibilitas Paus (sekalipun dalam ex-cathedra) adalah dilakukan oleh Magisterium MASA KINI yang berbeda dengan komposisi Magisterium perdana, apakah penetapan dogma itu SAH?

Semua pertanyaan di atas muncul karena Gereja Katolik memiliki sistemnya sendiri yang berbeda dengan model atau sistem yang dipaparkan dalam Kitab Suci, misalnya tentang komposisi Magisterium di atas.

(Bersambung...)



Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #491 on: February 27, 2013, 03:29:37 PM »
@ Bro. Husada,


Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

Katolik melaksanakan apa yang dimaksud oleh Mat 28:20, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.


Benar, Husada, saya mempercayai bahwa Katolik mengajarkan demikian. Tetapi postingan-postingan  saya yang Anda tanggapi di atas adalah upaya saya yang sedang berusaha menampilkan perspektif tentang implikasinya dari ayat itu dalam kaitannya dengan BANGUNAN “B” (yaitu Gereja Katolik) yang ‘terlepas dari ‘DASAR’ Kristus’.




Lhah, kalo memang ada kelompok yang lebih mengutamakan produk Judaisme daripada produk Kristen, kayaknya Katolik tidak melarang, seperti Jesus Kristus tidak melarang Yudas Iskariot meski Jesus tahu Yudas akan menjualNya.


Saya juga tidak tahu pasti apakah Katolik melarangnya atau tidak.




Epafras, Mat 16:18 itu mengatakan bahwa Kristus mendirikan jemaat (Gereja), bukan mendirikan jemaat-jemaat (Gereja-gereja)


‘Nama diri’ gereja-gereja boleh berbeda-beda dan dengan demikian bisa menjadi sangat banyak. Tetapi tiap gereja itu adalah anggota dari ‘Gereja’ yang SATU yang didirikan Kristus di atas dasar batu karang, yaitu Diri-Nya sendiri. Masing-masing gereja itu punya nama diri dan tiap ‘nama diri’ boleh dikatakan, mewakili satu nama gereja lokal. Setiap orang anggota dari gereja lokal itu adalah anggota dari ‘Gereja yang SATU’ itu, yaitu yang didirikan oleh Yesus Kristus diatas dasar batu karang Kristus, karena mereka tetap meyakini Mat 16:16 dan Yoh 3:16.

Dengan demikian kita harus membedakan antara ‘gereja lokal’ (yang boleh berjumlah ribuan dengan nama diri denominasi masing-masing), dengan ‘Gereja’ yang berjumlah HANYA SATU saja.

Gereja lokal yang demikian banyak itu tidak dapat digeneralisasi sebagai ‘perpecahan’ sebelum kita dapat memastikan apakah tiap gereja lokal itu didirikan karena motif yang berorientasi kepada ‘sosok individu manusia’ atau bukan.

Kalau gereja lokal yang demikian banyak jumlahnya itu didirikan BUKAN karena motif yang berorientasi kepada ‘sosok’ individu, maka hal demikian tidak dapat dikategorikan ‘perpecahan’.



Quote

14. Coba kalimat Anda yang saya bold-merah itu Anda terapkan pada Gereja Katolik. Itu lebih relevan. Ini kalimatnya(kalimat tambahan dari saya bold-biru):

Bahkan banyak orang yang telah dibaptis dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus dalam ‘Gereja Katolik’, TIDAK MENYADARI bahwa kumpulannya sudah didirikan bukan lagi sebagai terusan dari kumpulan yang dasarnya telah diletakkan oleh Paulus (yaitu Yesus Kristus, melainkan Petrus), walaupun menamakan diri sebagai memperkepalakan Jesus Kristus… bahkan tidak menyadari bahwa penggunaan nama diri dari kata sifat ‘katolik’ telah menghadirkan bangunan kedua (BANGUNAN “B”) disamping bangunan pertama (BANGUNAN “A”)


Maaf, saya jawab pertanyaan Epafras dengan pertanyaan, "Apakah seluruh kumpulan yang mengaku sebagai pengikut Kristus sekarang ini dapat ditarik garis warisnya[/i] sampai kepada Jesus Kristus?" Apakah ajaran yang diterapkan di kumpulan-kumpulan itu ujug-ujug diperoleh dari Kristus?


Fokus (orientasi) Protestan bukan soal dapat-tidaknya ditarik ‘garis waris’ secara historis hingga kepada Kristus, melainkan “Apakah mereka memiliki-atau-tidak ‘pengakuan’ yang diberikan Bapa kepada Petrus tentang Yesus Kristus”, yang mengacu kepada Mat 16:16 (‘bukan hanya’ pada Mat 16:18, maaf untuk sementara saya menggunakan kata ‘bukan hanya’).

Oleh karena hanya berbasiskan ‘pengakuan’, maka jelas tidaklah penting apakah terkait dengan garis-waris yang dirunut hingga kepada Petrus dan Kristus. Nah, ‘pengakuan’ itu dihargai Kristus, dan dihargai Allah karena ‘diberikan’ oleh Bapa, sekalipun mungkin tidak dihargai oleh Katolik karena mengabaikan nilai warisan sejarah. Tetapi perlu dinyatakan disini bahwa itu tidak berarti Protestan tidak menghargai warisan sejarah. Protestan hanya menempatkan warisan sejarah itu pada posisi fallible (yang tidak setara dengan Kitab Suci).

Demikian juga, ajaran Protestan diperoleh dari Roh Kristus (Roh Kudus, Yoh 16 yang sudah Anda kutip sebelumnya), baik yang ada kaitannya dengan ajaran bapa gereja maupun tidak. Kalaupun terlepas dari warisan sejarah (ajaran para bapa gereja) dan Anda mempersepsinya sebagai ‘ujug-ujug‘ diperoleh dari Kristus, itu tidak menjadi masalah tetapi mereka tetap meyakini bahwa ajaran mereka tidak bertentangan dengan Kitab Suci (walaupun mungkin bertentangan dengan Tradisi Suci), dalam arti ‘dapat diuji’ dan terbuka kemungkinan untuk ‘terbukti keliru’ agar ditemukan ajaran/rumusan baru yang dapat diyakini sebagai ‘benar’, sekalipun ‘MUNGKIN’ tidak nampak ditekankan oleh para bapa gereja, dan ASALKAN tidak berorientasi kepada sosok individu sehingga dinilai Allah sebagai ‘perpecahan’.

(Bersambung...)


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #492 on: February 27, 2013, 03:44:00 PM »

@ Bro. Husada,


Wadduh, jangan cemberut dong kalau tidak digubris. Dari semula, Gereja itu hanya satu, kemudian ada pihak yang memisahkan diri membentuk kumpulan baru, dan itu berkembang biak terus menjadi seperti sekarang ini. Lhah, analoginya, kalau seorang 'anak' memisahkan diri dari 'keluarga besar'nya, kemudian 'anak' itu berkembang biak, dan setelah banyak mau mengritik 'keluarga besar'nya, apakah ada keharusan 'keluarga besar'nya merespons kritikan 'anak' yang sudah memisahkan diri?


‘Gereja’ adalah SATU. ‘Gereja’ yang SATU itu bersifat ‘katolik’ dibangun di atas DASAR Kristus. Tetapi kemudian ada sekelompok orang yang menjadikan kata sifat ‘katolik’ itu menjadi ‘nama diri’, yaitu ‘Gereja Katolik’ (dalam analogi Anda adalah ‘mengaku diri sebagai keluarga besar’), yang dibangun di atas DASAR Petrus. Maka, jadilah ‘Gereja Katolik’ ini salah satu dari gereja lokal seperti gereja lokal Protestan (bedanya, DASARNYA bukan DASAR Kristus). Dengan pengubahan kata sifat menjadi nama diri ‘Gereja Katolik’ ini, ia bukanlah ‘keluarga besar’, melainkan ‘anak’ (dalam analogi Anda, tetapi apakah masih dapat dianalogikan dengan 'anak' jika DASAR-nya bukan Kristus?), sedangkan ‘Keluarga Besar’ itu adalah ‘Gereja yang SATU’ itu.

Karena Gereja Katolik ‘boleh’ memiliki nama diri, maka gereja-gereja Protestan pun boleh membuat nama diri untuk gereja lokal mereka masing-masing (sebagai 'anak' dalam analogi Anda), ASALKAN tidak memproduksi sejenis EENS, tidak membangun di atas dasar lain selain yang telah diletakkan yaitu Kristus, tidak membangun dogma infalibilitas, dll.


Bergabungnya gereja-gereja lokal Protestan itu dalam PGI maupun PGLII menjadi bukti bahwa mereka membuka diri terhadap kata ‘saling’ yang banyak diajarkan dalam Kitab Suci, termasuk saling mensehati, saling menegur, saling menguatkan dan sebagainya, sebagai bukti ‘saling mengasihi’ sebagai saudara seiman dan sesama anggota Tubuh Kristus (Gereja yang SATU, ‘Keluarga Besar’ dalam analogi Anda).

Perilaku ‘saling-saling’ inilah yang tidak dimungkinkan oleh Katolik (padahal sama-sama ‘anak’ dalam analogi Anda). Gereja Katolik, seperti yang Anda katakan, ‘tidak menggubris’ (jika ada teguran). Saya sudah tahu itu, makanya saya tuliskan di atas, bukan? Lalu, untuk apa saya cemberut? Saya justru prihatin, alias berbelas kasihan…




Hehheehheee... 'menanam' dan 'menyiram' itu hanya membedakan waktu saja, Epafras. Bahkan dimungkinkan Paulus 'menanam', dan dia pula yang 'menyiram'. 'Menanam' dan 'menyiram' itu sebenarnya ya sama saja, sama-sama mengabarkan kabar suka cita = Injil = Jesus Kristus. Mengapa jadi terpaku pada pengertian hanya Paulus yang 'menanam', dan hanya Apolos yang 'menyiram'? 'Menanam' dan 'menyiram' itu ya sama-sama mengabarkan kabar gembira, kabar keselamatan. Hehheehheee...


Ooo, begitu, ya… Lalu apakah Anda bermaksud untuk mengenyampingkan dan membuang tafsiran yang mengatakan bahwa ‘menanam’ dan ‘menyiram’ adalah ‘ajaran’ dan/atau ‘pelayanan’?




Saya kira, Epafras cukup mampu menangkap apa yang saya maksudkan, dan menurut saya, ini sudah saya respons. Hehheehheee... sepanjang Epafras mengerti apa yang saya maksud, itu sudah cukup bagi saya, apakah itu berterima atau tidak, bisa kita cari bagian mananya yang belum berterima.   :grining:Weleh, weleh, weleh... lantas apa arti gembala bagi suatu kumpulan? Apakah tidak boleh meneladani seseorang yang dipandang lebih dekat dengan Tuhan? Apakah tidak boleh mempelajari sikap baik seorang yang dipilih Tuhan?

Jika hal seperti itu Epafras pandang sebagai menggerus kecintaan kepada Tuhan, kayaknya kita memang berbeda pemahaman. Hehheehheee... :D  :grining:  :) Saya masih mengerti yang Epafras sampaikan. Saya berharap, Epafras juga mengerti yang saya sampaikan.


OK… semoga demikian, ya… Tapi yang pasti saya telah keliru memahami salah satu postingan Anda, bahkan mungkin yang terpenting.




Atau, bagaimana kalau Epafras saja menggambarkan pemahaman Anda tentang ukuran mempertuhankan itu?


‘Kan saya sudah bilang bahwa tidak ada yang tahu… Dan memang hal demikian bukan menjadi fokus saya. Yang menjadi fokus saya adalah keberatan hati nurani pihak lain yang seharusnya, kalau diakui sebagai saudara seiman yang kita kasihi (lihat Lumen Getium atau ‘KGK’ tentang ‘Gereja’ yang didahului dengan uraian tentang ‘kasih’ pada pasal-pasal pertamanya), maka kita harus mempedulikan, kita ‘care’, kita harus menggubris keberatan hati nurani mereka…

1Kor 10:29  “Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberatan hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?
32  Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
33  Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat”.


Jika Anda membaca keseluruhan pasalnya, maka Anda dapati bahwa ‘keberatan hati nurani’ adalah prinsip umum, tetapi kasus yang diangkat waktu itu adalah tentang ‘makanan’. Kalau seseorang keberatan hati nuraninya tentang apa yang Anda makan dalam salah satu kesempatan jamuan makan, maka Anda HARUS menggubris keberatan hati nurani orang itu. Demikian juga jika ada orang yang keberatan hati nuraninya dengan kasus lain, seperti berbagai gelar untuk Paus, bunda Maris, simbol dan ritual dalam Gereja Katolik…. jika ingin agar Katolik disebut sebagai ‘gereja’ kasih.

Kira-kira begitu penjelasan saya, Husada…

(Bersambung...)

Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #493 on: February 27, 2013, 03:54:23 PM »

@Bro. Husada,


Hmmm... di satu sisi, Epafras bilang tidak tahu, sementara di sisi lain, Epafras memastikan bahwa itu mempertuhankan. Yang mana yang benar menurut pemahaman Epafras?


Lho, Anda yang mengatakan ‘tidak mempertuhankan’. Lalu saya tanya (dengan cara yang berbeda), bagaimana Anda tahu bahwa Anda ‘tidak mempertuhankan’? Jadi, beban pembuktian ada para Husada. Nah, untuk membuktikannya tentu perlu ‘ukuran-ukuran’ untuk dapat dikatakan bahwa Anda ‘tidak mempertuhankan’.

Selanjutnya, saya tidak ‘memastikan’, melainkan hanya ‘memberikan analogi’ bahwa mungkin saja satu perilaku tidak diakui oleh pelakunya sebagai ‘mempertuhankan’, tetapi oleh pihak lain diakui demikian (dan sebaliknya). Misalnya, orang non-Yahudi (atau pun Muslim dan SSY), menyatakan bahwa Yesus tidak pernah mengaku Diri sebagai Allah. Padahal dengan ‘cara-Nya’ sendiri, yang juga dipahami oleh seluruh bangsa Yahudi, Dia SUDAH mengaku diri sebagai Allah (‘meng-Allah’-kan Diri-Nya sendiri, atau ‘memper-Tuhan-kan’ Diri-Nya sendiri?). Jadi, standarnya adalah ‘perilaku’ yang ‘dimaknai’ sebagai ‘mempertuhankan’ atau tidak, baik oleh kelompok sendiri MAUPUN kelompok lain (NON-Katolik, misalnya).

Nah, sekarang saya bertanya, apakah perilaku ‘tidak menggubris’ keberatan hati nurani orang lain tidak berarti ‘mempertuhankan’ sesuatu? Tentu orang bisa saja berkata, “Itu tergantung seberapa ‘berat’ kasusnya”, bukan? Apakah hal (‘tidak menggubris’ keberatan hati nurani orang lain) itu bisa dijadikan menjadi ukuran untuk ‘mempertuhankan’ sesuatu (misalnya, kapankah seseorang ‘mempertuhankan’ uang, cinta/eros, simbol keagamaan, sosok individu, ritual)? Saya tidak tahu, dan belum mendalaminya.

Namun, secara prinsip, ‘mempertuhankan’ tidak selalu berarti ‘mengakui secara verbal dengan kata-kata’, melainkan dengan perilaku yang dimaknai demikian (misalnya seseorang tidak akan mengatakan, “Aku menyembah engkau, ya, Paus/Bunda Maria…”).

Mungkin pendekatannya bisa dilakukan dengan cara lain, misalnya: “Apakah ‘mempertuhankan’ ada bedanya dengan ‘memberhalakan’, mengingat perilaku ‘memberhalakan’ memang ada dalam Kitab Suci?” Mungkin perlu thread khusus, ya, untuk menampung masukan sebanyak-banyaknya dan membuat kita mawas diri, disamping tentu saja menambah wawasan…




Katolik (Roma) hanya menerapkan perintah Jesus Kristus, "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mengingat bahwa sesuai janji Kristus yang akan menyertai Gereja sampai akhir zaman, maka umat menerima pengajaran dari pihak yang disertai Kristus. Selain itu, umat Katolik (Roma) juga menghayati "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku." Nah, kalo ada umat yang menolak pihak yang diutus sekaligus disertai Tuhan, kayaknya orang itu tidak layak menamakan diri sebagai pengikut Kristus. Bagaimana menurut pemahaman Epafras?


Pendapat saya?

Hehe… ‘penyertaan Yesus’ tidak HARUS seperti yang Anda dan Gereja Katolik maksudkan, yaitu HARUS dengan konsep INFALIBILITAS agar terhindar (terjamin) ‘tidak mungkin sesat’. Penyertaan Yesus tidak harus dengan ‘memberikan’ aspek infalibilitas kepada pihak lain, kecuali kepada Kitab Suci saja. Penyertaan Yesus HARUS ditafsirkan dalam koridor ‘Mahahadir dan Mahakuasa’. Akibatnya, BUKAN orang (subyeknya, yaitu para penulis Kitab Suci) yang infallible, melainkan ‘produk’ mereka (yaitu Kitab Suci). Setelah Kitab Suci terbentuk (lengkap), maka jelaslah hal ‘infalibilitas’ semakin tidak diberikan kepada orang (subyeknya, yaitu Paus dan Magisterium).

Selanjutnya saya tidak mengerti dengan pernyataan Anda, jadi saya bertanya dulu pada Anda (supaya tidak keliru dan disebut ‘memelintir’ postingan Anda), “Apakah non-Katolik yang menolak Katolik berarti menolak yang mengutusnya, yaitu menolak Kristus, sehingga tidak layak disebut pengikut Kristus?” Kalau benar demikian, itu merupakan lompatan (kekeliruan) logika yang aneh…  Saya baru dengar kali ini, Bro… Saya tidak akan berani berkata demikian kepada sesama pengaku Kristus sebagai Mesias, Juruselamat, dan Tuhan (percaya Allah Tritunggal)…



Quote
23. Yang disoroti adalah ‘Kefas’ karena saya tidak tahu apakah Paulus, Apolos dan Kristus, memiiki pengikut yang orientasi mereka kepada sang pemimpin demikian kuat hingga menyebut mereka dengan ‘Holy Father’ dan menyatakan ‘infallible’ untuk tiap pernyataan ‘ex-cathedra’-nya (yang dipermasalahkan bukan kewenangan mengajarnya, melainkan infalibilitasnya).
 

Weh... saya cenderung menangkap posting Epafras yang ini sebagai sesuatu yang tidak Epafras mengerti. Bisa lebih konkrit?


Kalau saya tidak mengerti, koq Anda malah minta penjelasan lebih lanjut, bahkan yang lebih konkrit. Lalu bagaimana kalau saya katakan, “Anda benar, saya tidak mengerti topik itu”. End… Titik… (?)

Baiklah, ini yang lebih konkritnya…

Siapa pengikut Apolos? Kalau kita punya data tentang hal itu, tentu kita bisa membahasnya sambil membandingkannya dengan pengikut Kefas, bukan?  Kalaupun ada pengikut Apolos, apakah para pengikutnya itu demikian ekstrim dalam mengidolakan sosok guru mereka (sehingga dapat dikategorikan ‘perpecahan’)?

Tentunya Anda akan bertanya, “Apa kriteria ‘ekstrim’-nya?” Saya memberi contoh dalam postingan saya adalah:

“menyebut mereka dengan ‘Holy Father’ dan menyatakan ‘infallible’ untuk tiap pernyataan ‘ex-cathedra’-nya (yang dipermasalahkan bukan kewenangan mengajarnya, melainkan infalibilitasnya)”.

Nah, apakah ada dari pengikut Apolos yang menyikapi Apolos seperti itu? Saya tidak memiliki data tentang hal itu, Husada. Itulah sebabnya saya tidak menyoroti Apolos (demikian juga dengan Paulus dan Kristus), melainkan hanya menyoroti KEFAS (Petrus) saja… karena saya dan kita semua memiliki datanya. Dan berdasarkan data itu maka nampak jelas bahwa Gereja Katolik itu adalah BENIH perpecahan yang dikecam oleh Paulus dalam I Kor 3 itu karena berpusat (berorientasi) pada sosok individu, dalam hal ini adalah Patrus, yang kemudian diteruskan kepada sosok ‘Paus’.


(Bersambung...)


Offline epafras

  • FIK - Junior
  • **
  • Posts: 82
  • Reputation Power:
  • Denominasi: Karismatik
Re: Yang dimaksud "Perpecahan Jemaat" sampai dimana sih ?
« Reply #494 on: February 27, 2013, 04:04:49 PM »

@Bro. Husada,

Quote
DISTRACTED-ORIENTATION[/b

Bisa lebih konkrit, Epafras?


Distracted-oritentation maksudnya adalah orientasi (fokus, pusat perhatian) yang teralihkan oleh objek lain. Fokusnya terpecah olah perkara lain yang ada disekeliling atau dilakukan oleh ybs.

Misalnya, Anda bersama empat orang lainnya harus mendaki suatu gunung terjal karena ada keperluan/kepentingan (acara) tertentu di puncak gunung terjal itu. Nah, dalam situasi itu, Anda tidak akan membawa banyak barang, terlebih lagi yang ‘berat-berat’, bukan? Anda tidak akan membawa spring-bed, melainkan sleeping-bag. Anda tidak akan membawa cangkir dari keramik, melainkan dari plastik. Anda juga tidak akan membawa tas koper, melainkan tas ransel. Tidak membawa payung, melainkan jas/jaket hujan. Anda juga tidak akan membawa kompor gas ukuran besar, bukan?

Nah, kalau ternyata Anda membawa semua asesoris yang berlebihan itu, maka perhatian, energi, dana, dll., termasuk beban mental/psikologis perorangan maupun kelompok, akan banyak yang teralihkan/terpecah, yang tadinya dapat disumbangsihkan 100% mengikuti ‘acara’ di puncak dengan tepat waktu dan dalam keadaan sehat/fit, kini harus ‘terpecah/teralihkan’ (dikurangi) oleh hal-hal yang kurang praktis (kurang menunjang) untuk pencapaian acara (‘keperluan/kepentingan’) di puncak gunung terjal itu (dan mungkin hanya tersisa 50% saja, itu pun yang belum tentu ‘memenuhi syarat’ untuk ‘acara’ di puncak gunung itu), bukan?

Jadi, berbagai aturan tentang sikap dan perilaku umat Katolik terhadap Paus, Bunda Maria, simbol, ritual dll., itu sedikit-banyak dapat menyita penyembahan kepada Allah SECARA LANGSUNG, yaitu didalam roh dan kebenaran (kalau keberatan disebut ‘bertentangan dengan tatanan Perjanjian Baru’).




Betul, kelihatannya banyak kosa kata yang kita maknai bernuansa berbeda.


Sudah saya jelaskan di atas melalui ilustrasi ‘tidak mempertuhankan’. Tambahan sedikit, ya,
Perhatikan CONTOH kasus ini.

“ITU PENYEMBAHAN BERHALA!”

I Kor 10: 27  Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.
28  Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.


Bagi seseorang (Katolik) melakukan suatu hal (misalnya pengagungan akan Paus, Maria, simbol, ritual, dll.) adalah sah-sah saja. Tetapi jika ada orang lain yang mengatakan “Itu penyembahan berhala!”, apa yang seharusnya dilakukan oleh orangitu? Tidak menggubris? Kata Kitab Suci, orang itu seharusnya “jangan lagi melakukan hal itu”.

Nah, disini ada perbedaan sistem nilai. Bagi si orang katolik, melakukan hal itu adalah ‘sah’ atau ‘tidak mempertuhankan. Tetapi bagi orang lain, itu adalah ‘penyembahan berhala’, atau ‘mempertuhankan’ hal itu.

Demikian juga, bagi Anda sesuatu halAnda anggap ‘tetap berfokus/berorientasi kepada Allah’. Sedangkan bagi saya (dan kebanyakan Protestan), sesuatu itu sudah mengalihkan orientasi demikian.




Wadduh... jangan pakai bahasa yang sulit-sulit. Di permulaan diskusi juga sudah saya sampaikan bahwa saya hanya menyampaikan pikiran sederhana. Bisakah Epafras menyajikannya dalam bahasa yang dapat saya cerna?


“EENS” = “Di luar Gereja Tidak Dapat Diselamatkan”

KGK-846 “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (Lumen Gentium 14).

Kristo-sentris artinya berpusat pada Kristus. Eklesio-sentri artinya berpusat kepada gereja (eklesia =gereja). Perhatikan kata “Gereja Katolik” yang menjadi karakteristik ekklesio-sentris. Dalam rumusan yang eklesiosentris itu, keselamatan ditentukan oleh respons orang kepada ‘Gereja Katolik’. Padahal sebelum nama diri ‘Gereja Katolik’ ada, ajaran Yesus dan Kitab Suci tentang keselamatan itu sudah ada, dan orientasinya adalah Kristo-sentris, sehingga tidak pernah ditambahi kata ‘Gereja katolik’. Sebagai nama diri, Anda tidak akan menemukan kata ‘Gereja Katolik’ di dalam Kitab Suci.

Jadi dengan demikian, pendapat Husada yang mengatakan Katolik tetap berorientasi kepada Kristus, ternyata disanggah oleh “EENS”.




Lhah... kelihatan lagi perbedaan kosa kata yang kita pahami. Saya kira, pada Mat 16:18 itu, kita belum sepaham.

Begini saja dulu, "batu karang ini" yang terdapat pada Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya, kalau diperlihatkan dengan menunjuk, menurut Epafras, dada siapa yang ditunjuk oleh Jesus Kristus? DadaNya sendiri atau dada Petrus?


Tentang Mat 16:18 Sudah dijelaskan di bagian atas…




Lhah... dari awal, yang meninggalkan Gereja Katolik itu siapa? Apakah kalau yang meninggalkan Gereja itu 'menggurui' Gereja akan memasukkan Gereja ke 'pemurnian' seperti yang Epafras maksudkan? Sejak semula, Jesus Kristus sendiri sudah menjanjikan akan menyertai sampai akhir zaman, apakah Epafras percaya pada janji Jesus Kristus? Apakah mungkin, walau baru 2.000 tahun lalu Jesus Kristus lupa pada janjiNya yang mengatakan akan menyertai sampai akhir zaman?


Mau tanya, Husada, apakah meninggalkan ‘Gereja Katolik’ sama dengan meninggalkan ‘Gereja’? Padahal DASAR keduanya berbeda, ‘kan? ‘Gereja’ DASAR-nya adalah Kristus. Sedangkan ‘Gereja Katolik’ DASAR-nya adalah Petrus. Coba lihat lagi postingan-postingan saya di atas yang intinya membedakan antara ‘Gereja Katolik’ dengan ‘Gereja’.


JANJI PENYERTAAN Yesus BUKAN UNTUK ‘GEREJA KATOLIK’

Karena ada perbedaan ‘DASART’-nya, maka yang dijanjikan untuk disertai Yesus adalah ‘Gereja’, bukan ‘Gereja Katolik’. Janji Yesus itu DIA ucapkan SEBELUM ada nama diri ‘Gereja Katolik’.

Karena itu pula jika janji Yesus itu dimaknai (oleh Katolik) sebagai JAMINAN infalibilitas dan/atau TIDAK MUNGKIN SESAT, maka sebenarnya tidak cocok, karena DIA memberikan janjinya bukan pada ‘Gereja Katolik’, sehingga perumusan tentang ‘wujud’ jaminan itu (entahkan berbentuk ‘infalibilitas’ maupun jaminan ‘tidak mungkin sesat’) dilakukan oleh ‘Gereja’, bukan hanya oleh ‘Gereja Katolik’ saja.

(Bersambung...)